13
Dulu Dextra akan mengeluh kenapa dirinya dipanggil ke klub detektif, tapi sekarang dia semangat datang ke sekolah. Akhirnya setelah sekian lama Aiden menghubunginya lagi.
"Saya datang, Kak Aiden—whoaa!"
Pemilik nama menyeret Dextra ke dalam, menyuruhnya duduk. "Kita langsung mulai saja. Tak ada waktu."
"O-oh, oke baiklah?" Dextra kagok.
Kalau mereka tidak mendapat apa pun dalam penelusuran kasus yang diambil Divisi Pasha, bagaimana jika mereka menilainya dari pihak berbeda?
"Dex, cobalah cari tentang kasus yang diselidiki oleh Inspektur Angra Nosaroc 4 tahun yang lalu." Hellen mewakili. Seharusnya itu perkataan Jeremy, tapi dia tak kenal dengan Dextra.
Dextra sigap membuka laptopnya dan mulai mengetik. Layarnya berubah menjadi hijau dipenuhi kode aneh yang hanya bisa dimengerti oleh dirinya saja.
"Akankah menerobos data siber Angra bisa memberi kita jawaban?"
"Entahlah, King. Bahkan Violet tidak bisa menemukan hal yang disembunyikan oleh mendiang ibumu." Aiden mendesah.
Sebenarnya sudah, tentang Revive Project. Tapi Watson tak sempat menerangkannya pada mereka karena Violet keburu ditangkap Angra.
Selagi mencari, Dextra diam-diam mendengar obrolan mereka. Violet? Siapa itu? Terlebih... Dia menoleh ke sekitar. Tidak ada orang bernama Watson di sana. Apa yang terjadi? Ke mana dia pergi?
"Ketemu!" Selang beberapa saat.
Mereka spontan merapat pada Dextra.
"Apa ini? Inspektur Angra mendatangi rumah sakit Aslenora? Ditutup 3 tahun yang lalu. Jarak waktunya beda setahun setelah kematian Nyonya Pasha. Ada yang terselubung di sini."
"Coba cari tahu kenapa rumah sakit itu ditutup, Dex." Mereka harus tahu alasannya. Boleh jadi sebuah petunjuk.
"Etto, kejaksaan mencurigai bahwa rumah sakit Aslenora menyembunyikan mayat secara tak resmi. Masalah ini pun dilaporkan ke pihak kepolisian yang mana Inspektur Angra memimpin."
Hening sejenak.
"Haruskah kita ke sana? Alamatnya sudah kita dapatkan."
King menggeleng. "Kurasa kita harus menunggu Pak Ketua dulu, biar dia yang memberi pengarahan selanjutnya."
"Tapi Dan sendiri yang menyuruh kita agar melanjutkan penyelidikan. Menurutku dia takkan marah. Lagi pula kita tidak tahu berapa lama Dan mengurus masalah Violet di luar sana. Aku tidak mau menjadi beban."
Plok! Jeremy menepuk tangan. "Kalau sudah begini, kita telepon saja dia dulu. Kita tak boleh mengambil resiko pergi ke tempat yang boleh jadi berbahaya."
Aiden, Hellen, dan King mengangguk.
-
Sindrom Asperger. Sebuah gangguan perkembangan mental dan saraf yang tergolong dalam gangguan spektrum autisme. Penderita tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi terhadap lingkungan dengan baik.
Dan Lupin plus Aleena mau Watson mewawancarai sosok autis. Kadang detektif muram itu heran, kenapa bisa berkawan dengan dua sejoli itu. Mereka menyuruh Watson melakukan tindakan yang tak masuk akal.
"Tanda tambah. Suara berisik. Baling-baling. Locoroco. Tanda tambah. Suara berisik. Baling-baling. Locoroco. Tanda tambah. Suara berisik..."
Lihatlah, Kubashari hanya mengulang kosakata sama seperti kaset rusak. Bayangkan, bagaimana cara Watson bertanya perihal kejadian di rooftop Hotel SO? Susah meminta kesaksian.
"Aku juga sudah bilang, kami tak bisa membantu apa pun. Tidak ada yang bisa mengerti apa yang dia katakan."
Watson beranjak bangkit. "Maaf telah merepotkan anda, Nona," katanya membungkuk sopan. Ini berakhir sia-sia.
"Tapi ada yang aneh dengannya. Padahal sebelumnya dia mengatakan 'taman bunga, anak-anak, lukisan'. Kenapa kalimatnya tiba-tiba berubah? Apakah ini gejala umum dari Asperger?"
Apa itu Ekolalia? Tidak. Orang autis punya sudut pandang yang berbeda dari orang-orang normal.
[Note. Latah/Ekolalia, menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain.]
Watson izin pamit. Tapi sayang, narkolepsinya kambuh. Dia sudah melewati batasnya untuk hari ini.
"Tidak... Jangan sekarang... posisi Vi masih belum aman." Watson memaksakan mata serta pikirannya agar tetap tersadar. Tidak boleh tidur, titik!
Watson mampir ke toilet umum, membasuh muka. Matanya berat dan sangat ingin terpejam. Pikirannya kacau karena kantuk luar biasa menyerang.
"Aku belum boleh tidur... Ng?"
Sherlock pemurung itu mengerjap. Kenapa tiba-tiba sekitarnya gelap? Karena ini musim panas, jarang jika awan menutupi matahari. Dibuatnya mendongak, bola matanya membulat.
Seekor paus raksasa mengambang di langit, mengayuh pelan ekornya.
Mulut Watson ternganga, mengucek mata, memastikan tidak salah lihat. Dan benar saja, paus itu sudah menghilang. Sherlock pemurung itu tertawa stres.
"Hahaha, apa aku mulai berhalusinasi?"
Tapi berkat itu, rasa kantuk Watson lenyap karena kaget sekaligus syok.
Dia mengeluarkan ponsel. Watson yakin 'Locoroco' merujuk ke suatu subjek ketimbang objek. Coba search dulu.
"Apa ini? Locoroco rupanya username seseorang dari Moutube, heh?" Watson mengscroll updatean terbarunya, terkekeh miris. "Video apa yang dia buat? 'Mencoba menerbangkan drone hadiah para penggemar'? Konten apaan."
Sebentar. Watson tertegun.
Tanda tambah, jika diputar sedikit akan menyerupai bentuk silang. Persis seperti badan drone. Baling-baling, itu merujuk pada propeler drone. Suara berisik, Locoroco melakukan siaran live sehingga Kubashari mendengar bising notif 'suka' yang dilakukan fansnya.
Watson menyeringai. Bingo.
Drrt! Ponsel barunya berdering. Watson tanpa basa-basi mengangkatnya. "Apa yang kalian temukan?"
[Dextra mendapatkan sesuatu, Watson. Dalam menjalani kasusnya bersama Nyonya Pasha, Inspektur Angra meninggalkan sebuah jejak di rumah sakit terbengkalai Aslenora. Tempat itu ditutup satu tahun kemudian karena dicurigai telah menyembunyikan mayat untuk kepentingan pribadi.]
Mayat yang disembunyikan... Mungkinkah ada sangkut pautnya dengan penjualan identitas di Snowdown? Tiba-tiba kasus yang selesai kembali terungkit.
[Apa yang harus kami lakukan sekarang, Pak Ketua? Haruskah kami menunggumu atau pergi duluan ke sana?]
"Tidak, kalian tunggulah aku. Tempat itu berbahaya mana tahu ada jebakan. Aku tak lama lagi akan selesai."
[Tapi kami tak bisa berpangku tangan selagi kamu berjuang mencari bukti, Dan! Tak adakah yang bisa kami lakukan selain menunggumu?]
Baiklah, mereka yang meminta.
"Kalau begitu pergilah ke pemakaman Pasha dan periksa apakah jasadnya ada di peti atau tidak. Jika ada, ambil sedikit tulangnya dan lakukan autopsi."
[Apa?! Kenapa mendadak--]
"Kalian yang menginginkan pekerjaan, kan? Aku sudah memberikannya. Sekarang aku sibuk. Sampai jumpa."
Watson teringat tentang fakta jasad orangtuanya tidak ditemukan di Rumah Duka Dandelion. Kali saja hal itu juga terjadi pada 'mendiang' ibu King.
-
Apartemen Tweeter.
"Sstt! Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Mereka takkan menemukanku. A-aku aman di sini. Ya, benar. Aku akan selamat."
Duk! Duk! Duk! Pintu kamarnya diketuk keras. Dia menenggelamkan diri di selimut tebal, berharap yang terbaik dalam hati. Tidak apa-apa. Dirinya akan hidup. Tidak ada yang melihatnya.
"Ah, aku tidak punya waktu untuk ini. Tersisa 5 jam sebelum pemindahan. Buka baik-baik atau aku dobrak."
Pemilik kamar menggeleng kuat-kuat. Mana mungkin dia akan membukakan pintu untuk seseorang yang datang merenggut nyawanya?! Dia tidak sebodoh itu. Tangannya gemetar memegang pisau sebagai perlawanan.
"Buka atau aku hancurkan pintumu."
Dia berdiri, melangkah dengan kaki yang gemetaran. Tak apa-apa. Ada pisau di tangannya. Dia takkan ditangkap polisi karena ini adalah pertahanan diri.
Klek! Tangannya cepat membuka pintu, menghunuskan pisaunya ke tamu tersebut sambil memejamkan mata.
Dor! Seketika pisau di tangannya terpelanting ke belakang oleh peluru yang ditembakkan dengan peredam.
Watson pernah bilang dia lemah berkelahi, namun mahir menggunakan berbagai senjata asal dia paham mekanismenya. Dan itu terbukti.
"Sungguh? Menghunus pisau tanpa melihat targetnya? Apa kamu pikir kamu Hawkeye?" Watson menyeringai.
"P-PERGI! AKU TIDAK TAHU APA PUN!"
Hee. Dia ingin menyuruh orang yang menginginkan bukti di tangannya pergi?
"Aku akan pergi setelah kamu menyerahkan kamera yang ada di dronemu. Aku hanya menginginkan itu."
Locoroco segera mengambil benda yang diminta Watson. "I-ini! Ambil ini! Aku tak membutuhkannya! Tolong jangan bunuh aku! I-itu tidak disengaja! Aku akan pura-pura tidak melihatnya!"
Semudah ini? Watson mendengus. "Memangnya apa yang kamu lihat?"
"A-ada dua wanita di rooftop. Mereka saling berbicara dan perempuan berambut ungu menembak kaki wanita satunya. L-lalu setelah rambut ungu pergi, w-wanita yang terluka menyusul langkahnya, t-tapi muncul seseorang yang mengejarnya membuatnya terpaksa kembali ke rooftop. D-dan pria itu menggorok leher wanita itu lantas mendorongnya ke tanah!"
Ah, benar juga. Kenapa Watson bisa lupa penjelasan Chyntia mengenai peluru di kaki korban sudah masuk terlalu jauh sebab korban memaksa berlari dengan kaki yang terluka.
"Kamu, bisa jadi dalam bahaya jika terus berada di apartemen lusuh ini. Segera pindah sekarang juga. Dan, pinjamkan aku laptopmu." (*)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top