CHAPTER 6 - THE TRUTH IS REVEALED
Title: Kill Me, Heal Me
Cast: Taehyung, Yoongi, Jungkook, Jimin (figuran/? : Hoseok, Jin, Namjoon) #TaeGi #MinYoon #VKook FF
Lenght: Mini Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
Note: (Visualisasi para tokoh sesuai dengan visualisasi mereka yang ada di cover ff)
"CHAPTER 6 - THE TRUTH IS REVEALED"
.
.
.
"Yaishhh, pria jalang! Jangan pernah lagi menggoda uri Taehyungie!" teriak Taesoon.
"Arghhhhhhhhh~ Sakit... Lepaskan rambutku!" Yoongi memekik kesakitan.
"Jangan pernah menggoda uri Taehyungieeee~~~~~~~~~~~~~~~~~" teriak Taesoon sambil terus menjambak rambut Yoongi tanpa ampun.
"Arghhhhhhhhhhh~ Lepaskaaaaaaaaaaaan~" Yoongi terus berteriak, sementara ribuan pertanyaan berputar di benaknya.
"Oke, cut! Aktingmu sangat bagus, Taehyung a~" Tiba-tiba sosok seorang Kim Seokjin datang mendekati mereka dengan membawa sebuah handicam, seolah sedang merekam sebuah adegan drama singkat.
Taesoon menatap ke arah Jin. "Oppaaa~ Apa yang kau lakukan? Biarkan aku membunuh si jalang ini!"
"Ayo semuanya, kita kembali~~~" Jin terpaksa menyeret tubuh Taesoon yang terus memberontak itu, sementara Jin menatap Yoongi dan berkata, "Ayo, cepatlah ikut denganku jika kau butuh penjelasan akan ini semua..."
Yoongi segera bangun, merapikan rambutnya, kemudian mengikuti Jin dan Taesoon yang tengah bertengkar.
"Oppaaaa~ Sakiiiit! Lepaskan aku, oppa... Kita mau kemana aaaaaaaaa~~~~~~" rengek Taesoon dalam rangkulan Jin.
"Ayo, cepat ikut aku!" bentak Jin sambil memegang erat bahu Taesoon agar tidak kabur.
"Lepaskan aku, oppa! Aku bisa jalan sendiri, araseo?" sahut Taesoon sambil menampis tangan Jin.
Mereka pun berjalan menuju parkiran mobil dan segera menaiki mobil milik Jin setibanya disana.
"Kau duduk di depan disampingku!" bentak Jin kepada Taesoon ketika Taesoon berusaha duduk di kursi belakang untuk kembali menghajar Yoongi.
Yoongi hanya bisa terus terdiam, tanpa dapat berucap sepatah katapun.
"Oppaaaa... Kau memang menyebalkan huft!" bentak Taesoon sambil duduk di kursi penumpang disebelah kursi Jin mengemudi.
Jin menatap wajah Yoongi yang pucat pasi itu dari kaca spion dalam.
"Uhm... Siapa namamu?" tanya Jin kepada Yoongi.
"Uh? Aku? Ah.. Min Yoongi..." sahut Yoongi, masih dengan ekspresi kebingungan.
"Yoongi-sshi.. Akan kujelaskan semuanya kepadamu, untuk saat ini tenanglah sejenak..." sahut Jin yang hanya diiringi anggukan kepala Yoongi.
"Yaishh, oppaaaa! Tak ada yang perlu dijelaskan! Jalang itu hanya perlu meninggalkan Taehyungie!" Taesoon terus menggerutu sepanjang perjalanan, memaki Yoongi dengan kata-kata kasar, dan tentu saja Taesoon berkali-kali ditegur oleh Jin atas sikapnya itu.
"Oppaaaa! Kau memang menyebalkan..." gerutu Taesoon.
"Igo mwoya?" teriak batin Yoongi.
.
.
.
"Oppaaaaaaa~ Keluarkan aku, oppaaaa! Jin oppaaaaaaaaaaa~~~~~~~~~~~" Taesoon terus berteriak ketika Jin menguncinya dalam sebuah ruangan di dalam klinik kejiwaan miliknya itu.
Jin mengabaikan teriakan Taesoon, ia segera masuk ke dalam ruangan prakteknya. Yoongi sudah menunggunya memberikan penjelasan disana.
"Uhm... Min Yoongi, benar?" tanya Jin ketika mereka duduk berhadapan di ruang praktek Jin.
Yoongi menganggukan kepalanya, masih dengan ekspresi penuh tanda tanya.
"Kau baru mengenal Taehyung, betul?" tanya Jin.
"Uhm... Ne..." sahut Yoongi.
"Maaf kalau kau terkejut melihat perubahannya..." sahut Jin.
"Dia itu.. Benar Taehyung kan?" tanya Yoongi dengan wajah kebingungan.
Jin menganggukan kepalanya. "Secara tubuh, itu tubuh Taehyung, namun jiwanya saat ini bukan Taehyung.. Tapi Taesoon..."
"Maksudnya?" Yoongi membelalakan kedua matanya, semakin tidak mengerti.
"Taehyung memiliki masalah kejiwaan... Dan mungkin ia takut menceritakan ini padamu..." jawab Jin.
"Ma... Masalah kejiawaan?" Yoongi semakin kebingungan.
"Dalam tubuhnya, terdapat tiga jiwa. Kim Taehyung, Taesoon, dan V..." sahut Jin, yang tentu saja membuat Yoongi semakin melongo kebingungan.
"Ia mengidap penyakit kejiwaan ini sejak usianya enam belas tahun, tepat setahun setelah kematian orang tua kami... Ah, kenalkan, aku Kim Seokjin, kakak kandung Taehyung..." sahut Jin.
"Ah, iya.. Taehyung pernah bercerita tentang hyeongnya yang bekerja di klinik kejiwaan ini..." sahut Yoongi.
"Ini semua mungkin berawal dari perlakuan burukku kepada Taehyung semasa kami kecil..." sahut Jin.
"Mengapa... Begitu..." gumam Yoongi.
"Taehyung lahir ketika keluarga kami pindah dari Gwacheon ke Daegu... Aku belum bisa beradaptasi dengan lingkungan baruku di Daegu, dan seorang adik lahir ketika aku masih dalam ego membutuhkan kasih sayang kedua orang tuaku. Beda usia kami tiga tahun..." sahut Jin.
Yoongi mendengarkan dengan seksama.
"Ia terlahir dengan tubuh yang lemah, waktu kecil ia sering sakit-sakitan sehingga aku sangat membencinya. Kedua orang tuaku terlalu membela dan menjaganya karena ia mudah sakit, membuatku merasa kehilangan perhatian kedua orang tuaku..." sahut Jin lagi.
"Ahhhh..." gumam Yoongi.
"Lalu, ketika kami bersekolah di sekolah dasar yang sama, ia sering dibully oleh teman-teman sekelasnya, dan aku tidak pernah sekalipun membantunya... Karena aku sangat membencinya waktu itu.. Berkali-kali ia menangis meminta pertolonganku ketika dipukuli temannya, namun aku hanya berjalan menjauh mengabaikan rengekannya..." sahut Jin meneruskan ceritanya.
"Sampai suatu hari, yang sangat mengejutkan, tiba-tiba kami dikabarkan bahwa kedua orang tua kami meninggal, kecelakaan... Saat itu Taehyung terus menangis dan aku tidak pernah memberikannya pelukan sekalipun... Kami akhirnya dirawat oleh adik dari appa kami, dan setahun setelah kematian orang tua kami, kondisi Taehyung menjadi seperti ini..." Jin memejamkan matanya, mengingat pertama kali sosok V muncul dihadapannya.
"Saat itu aku baru pulang kuliah, aku melihat Taehyung dalam seragam sekolah SMA nya, tengah dihajar beberapa teman sekelasnya, dan seperti biasa, aku tidak berniat menolongnya... Namun tiba-tiba Taehyung berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya, dan tak lama kemudian ia pingsan sejenak. Ketika teman-temannya mulai cemas dan mengerumuninya, Taehyung membuka matanya, dan tatapan mata itu, tatapan matanya berubah." Jin bergidik mengingat betapa menyeramkan tatapan mata milik V.
"Taehyung tiba-tiba tertawa dalam tawa yang menakutkan, dan entah dengan kekuatan darimana, Taehyung menghajar habis-habisan semua teman sekelasnya itu, dan dengan bibirnya yang dipenuhi darah ia menghampiriku yang masih berdiri terpaku tak jauh dari tempatnya... Dan aku ingat apa yang pertama kali diucapkannya padaku." Jin memejamkan matanya.
"Ia berkata, jadi inikah seorang hyeong yang tidak bisa menjaga dongsaengnya? Hyeong yang berniat membunuh dongsaengnya diam-diam? Cih! Si idiot Taehyung, poor kid... Memiliki hyeong setega dirimu..." Jin masih bergidik mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu itu.
"Aku bertanya kepadanya apa maksudnya dan ia menjawabku sambil menyeringai menakutkan. Ia menjawab, kenalkan, aku V, aku yang akan menjaga tubuh ini mulai sekarang, karena Taehyung yang lemah itu tidak memiliki hyeong yang bisa melindunginya, biar aku yang melindungi tubuh ini! Kau tahu apa arti V? Victory.. Kemenangan... Aku yang akan memenangkan tubuh ini dan menjaganya agar tidak ada seorangpun yang bisa menghajarku!" Jin menghela nafas sejenak dan menatap Yoongi.
"Itukah saat pertama kali jiwanya terpecah?" tanya Yoongi.
"Kau mengerti masalah kejiwaan?" tanya Jin.
"Aku mahasiswa lulusan psikologi... Dan aku rasa aku mulai mengerti arah ceritamu, hyeong..." sahut Yoongi.
Jin menganggukkan kepalanya. "Itulah pertama kali V muncul... Dan tak lama sesudahnya, sosok Taesoon mulai muncul, dalam balutan busana wanita, dan selalu mengatakan bahwa ia mencintai Taehyung... Taesoon terus memelukku dan berkata, oppa, katakan pada Taehyungie, aku mencintainya..."
Jin terdiam sejenak, membayangkan betapa menyeramkannya sosok Taesoon ketika pertama kali ia melihatnya, bahkan hingga beberapa menit yang lalu ia melihatnya.
"Sejak itu aku pindah jurusan... Aku bercita-cita menjadi seorang arsitek dan mengambil kuliah jurusan itu, namun setelah melihat sosok V dan Taesoon yang tiba-tiba muncul pada diri seorang Taehyung, aku berkonsultasi dengan seorang dokter kejiwaan dan ia mengatakan masalah beban mental yang selama ini diam-diam dirasakan Taehyung sudah memasuki tahap sangat parah, sampai-sampai jiwanya membelah menjadi beberapa karakter... Dan saat itu juga aku menyadari, ini semua akibat kesalahanku yang membencinya, membuatnya kehilangan sosok seorang hyeong yang seharusnya ada untuk menjaganya.. Dan aku langsung pindah jurusan sampai akhirnya aku bisa membuka klinik kejiwaanku sendiri seperti sekarang ini..." sahut Jin lagi.
Yoongi menganggukan kepalanya. "Lalu, selama ini ia kesini sebagai pasienmu? Ia cerita padaku katanya ia bekerja disini..."
"Taehyung tidak berbohong, ia memang kusuruh bekerja disini setelah ia lulus dari home schoolingnya.. Sejak karakternya terbelah menjadi tiga, aku dan adik appaku memutuskan untuk membuatnya home schooling daripada bersekolah lalu membuat keributan... Dan setelah ia lulus, aku tidak mengijinkannya melanjutkan kuliah, resikonya terlalu tinggi, jadi aku memintanya bekerja disini, sekaligus sebagai pasienku..." sahut Jin.
"Menurutmu, mengapa bisa terbentuk dua karakter itu dalam dirinya? Aku sudah melihat sosok Taesoon, lalu bagaimana dengan karakter V?" Yoongi benar-benar masih tak habis pikir, apa yang selama ini hanya pernah didengarnya, kali ini terjadi di depan matanya.
"Hmmmm... Setelah kupelajari lebih dalam, karakter V terbentuk akibat kecuekanku tidak pernah mau melindunginya dari pembullyan di sekolahnya sehingga lama kelamaan sosok V terbentuk dalam dirinya untuk melindungi dirinya sendiri.. Ia menjadi sangat ganas dan brutal ketika menjadi V... Karakternya menjadi sangat pemarah, emosian, egois, namun sangat kuat... " Jin menggelengkan kepalanya ketika mengingat betapa menyeramkannya sosok seorang V.
"Berarti yang malam itu kulihat memang Taehyung... Dalam jiwa seorang V... Tapi mengapa keesokan harinya ia tidak babak belur?" sahut Yoongi.
"Kau pernah melihat V?" Jin menatap Yoongi.
Yoongi menganggukan kepalanya. "Ia menghajar seseorang.. Namun keesokannya aku bertemu dengan Taehyung di halte bus dan ia baik-baik saja..."
"Taehyung menutupi luka di keningnya dengan poni lebatnya itu... Dan luka di bibirnya tentu saja tertutup masker..." sahut Jin.
"Aaaaah... Benar! Masker! Ia memang alergi? Atau..." Yoongi menatap wajah Jin.
"Sosok V terlihat sangat jelas di wilayah sekitar sini, dan V menjadi incaran para preman karena ingin balas dendam... Karena itu Taehyung terpaksa memakai masker agar tidak ada yang mengenali wajahnya. Bersyukurlah style mereka sangat berbeda mulai dari pakaian hingga gaya rambut sehingga sebuah masker sudah cukup untuk mengamankan Taehyung dari para preman yang mengincar V... Taehyung itu sangat lemah dan cengeng, ia bisa mati jika berhadapan dengan musuh-musuh V!" jawab Jin.
"Aaaaaaaah... Aku mengerti sekarang... Lalu Taesoon? Mengapa ia bisa terbentuk?" tanya Yoongi lagi.
"Lack of love..." Jin terdiam beberapa saat lamanya lalu melanjutkan ucapannya. "Orang tua kami meninggal sangat cepat.. Dan aku sejak ia lahir tidak pernah menyayanginya.. Ia bahkan dibully teman-teman sekelasnya karena ia lemah dan cengeng... Karena itu diam-diam terbentuklah sosok Taesoon... Sosok yang begitu mencintai Taehyung... Sosok yang terbentuk akibat Taehyung membutuhkan seseorang yang bisa benar-benar mencintainya..."
Yoongi terus menatap Jin. "Lalu mengapa Taesoon begitu membenciku?"
"Aku tidak tahu Taehyung sudah mengatakan ini padamu atau belum... Tapi aku rasa Taehyung mencintaimu... Makanya sosok Taesoon begitu membencimu, karena ia tahu bahwa Taehyung mulai jatuh cinta padamu... Dan Taesoon merasa kau adalah saingannya dalam memperbutkan hati Taehyung..."
DEG!
"Tae... Taehyung? Menyukaiku?" Yoongi membelalakan kedua mata kecilnya.
"Kau benar-benar tidak tahu atau kau pura-pura bodoh? Kau tidak bisa merasakannya?" Jin menatap Yoongi.
"Aku.. Aku hanya tidak ingin salah tanggap, aku takut aku berpikir ia mencintaiku namun ternyata salah... Karena itu aku jadi ragu apa ia mencintaiku atau hanya nyaman sebagai sahabat..." sahut Yoongi.
"Bagaimana perasaanmu pada Taehyung?" Kali ini Jin langsung memberanikan dirinya bertanya.
"Uh? Aku? Uhm... Molla~ Aku.. Uhm.. Merasa nyaman saat bersamanya... Tapi, apakah ini cinta? Aku juga belum memahaminya..." sahut Yoongi.
"Dan setelah kau mengetahui penyakitnya ini, apa kau menjadi takut dekat-dekat dengannya?" Jin kembali bertanya langsung.
Yoongi terdiam sejenak, lalu menatap mata Jin dan menjawab, "Aku... Justru aku jadi sangat ingin menjaganya... Membantunya disampingnya... Agar ia tidak kekurangan cinta yang dibutuhkannya... Aku ingin menemaninya hingga ia bisa pulih... Apa aku aneh?"
Jin tersenyum. "Bagulah kalau kau justru berpikiran seperti ini... Tapi jika kau ingin berada disampingnya, kau harus bersabar menghadapi Taesoon yang bisa kapanpun tiba-tiba muncul dan menjambak rambutmu... Belum lagi sosok V. Kau harus menghadapi V karena V memiliki kekasih bernama Jeon Jungkook..."
"V? Kekasih?" Yoongi kembali bingung.
"V dan Jungkook bertemu di Daegu ketika Jungkook melakukan pertukaran pelajar... Awalnya bagaimana aku juga kurang mengerti, namun tiba-tiba V membawa Jungkook ke rumah kami di Daegu dan memperkenalkan Jungkook sebagai pria yang dicintainya.. Mereka bercinta malam itu di kamar, dan aku sudah menyerah untuk menghentikan tindakan V... Namun tiba-tiba V terbangun sebagai sosok Taehyung, dan Taehyung berteriak histeris melihat apa yang terjadi antara dirinya dan Jungkook..." jawab Jin.
"Lalu bagaimana reaksi Jungkook?" Yoongi semakin penasaran.
"Awalnya aku rasa mereka bertengkar, namun setiap sosok V muncul ia selalu mendatangi Jungkook, hingga akhirnya aku menjelaskan semua pada Jungkook suatu hari, dan Jungkook cukup aneh juga karena ia justru jadi benar-benar jatuh cinta pada sosok V! Ia bilang kejadian ini sangat keren baginya, dan ia jatuh cinta pada sosok V... Namun Jungkook sangat membenci Taehyung karena Taehyung selalu menjauhi dan memarahi Jungkook..." sahut Jin.
"Ah..." Yoongi memiringkan kepalanya.
"Makanya kami terpaksa pindah ke Busan! Karena Jungkook tinggal di Busan, dan setelah masa pertukaran pelajarnya berakhir, hampir setiap malam V muncul dan melarikan diri ke Busan demi bertemu dengan Jungkook... Taehyung kelelahan setiap pagi ketika ia terbangun dan berada di Busan, karena ia harus kembali ke Daegu.. Karena itu kami terpaksa pindah ke Busan agar V dan Jungkook mudah bertemu..." lanjut Jin.
"Ia berbohong padaku... Tapi... Bukankah aku juga berbohong padanya? Bahkan kebohonganku jauh lebih parah..." gumam batin Yoongi.
"Kalau kau juga mencintai Taehyung, kau harus siap-siap berhadapan dengan Jungkook, V, dan juga Taesoon... Apa kau yakin kau kuat melakukan ini?" Jin mulai memperingatkan Yoongi.
"Entahlah... Aku butuh waktu untuk berpikir panjang, hyeong... Aku belum bisa menjawab pertanyaanmu..." jawab Yoongi sambil menundukkan kepalanya.
"Aku rasa lebih baik kau pulang kan beristirahat dulu, Yoongi-sshi... Nanti kalau Taehyung sudah kembali, akan kuceritakan semua padanya..." sahut Jin.
Yoongi pun berpamitan dengan Jin dan kembali ke rumahnya.
Sepanjang perjalanan otaknya terus berpikir keras.
"Haruskah kuperjuangkan hubunganku dengan Taehyung? Kuatkah aku menghadapi sosok Taesoon dan V yang bisa muncul kapan saja? Bagaimana dengan Jungkook itu? Dan yang terpenting, bagaimana dengan Jimin?" Batin Yoongi seperti tengah bertarung dalam menghadapi situasi yang tengah dihadapinya.
.
.
.
Jin membuka ruangan yang sudah terdengar sangat tenang itu, dan benar saja, Taehyung sudah kembali, terduduk di sudut ruangan sambil menangis memeluk kedua kakinya.
"Mengapa kau menangis, imma?" Jin terkejut melihat tangisan Taehyung.
"Taesoon... Taesoon muncul lagi hyeong? Bukankah aku sedang berkencan dengan Yoongi hyeong tadi? Bagaimana bisa Taesoon muncul? Bagaimana dengan Yoongi hyeong?" Taehyung menatap pasrah ke arah Jin.
Jin duduk di samping Taehyung dan menjelaskan semua yang terjadi tadi.
"Jadi, Yoongi hyeong sudah tahu semuanya? Sampai keberadaan V dan juga Jungkook?" Taehyung menatap Jin, wajahnya masih dipenuhi air mata dan ingus di sekitar pipinya.
"Aigoooo~ Lihat betapa berantakan dan mengerikannya dirimu saat ini, imma... Cepat bersihkan dulu wajah dan make up mu! Ganti bajumu... Yaishhhh, aku benar-benar membenci Taesoon..." gerutu Jin.
"Tapi aku tidak membawa bajuku..." Taehyung menundukkan kepalanya.
"Pakai bajuku dan celanaku, ukuran kita tidak berbeda jauh..." sahut Jin. Jin memang memiliki sebuah lemari pakaian disana karena terkadang ia harus mandi malam di klinik jika ia pulang larut malam.
Taehyung bergegas mengambil pakaian di lemari Jin lalu berjalan menuju kamar mandi dan membenahi dirinya.
Namjoon sudah tertawa cekikikan di depan wastafel kamar mandi ketika Taehyung selesai mandi dan merapikan tubuhnya.
"Waeyo, hyeong?" gerutu Taehyung.
"Aku melihatmu dalam sosok Taesoon tadi, ketika kau memukuli Jin hyeong saat Jin hyeong berusaha mengurungmu... Aigooooo~ Yeppudaaaa..." goda Namjoon sambil mencubit kedua pipi Taehyung.
"Yaishhhh~" Taehyung mengerucutkan bibirnya sambil menampis tangan Namjoon.
"Taesoon memang daebak! Hahahaha..." Namjoon tak bisa berhenti tertawa mengingat sosok Taesoon ketika masuk ke klinik tadi.
"Hyeoooonggggg~" Taehyung menggerutu sambil berjalan keluar kamar mandi.
"Aigoo... Jin hyeong memang hebat, ia begitu kuat menghadapi Taesoon dan V..." sahut Namjoon sambil berjalan keluar dari toilet menuju ruang prakteknya.
.
.
.
"Mengapa kau tidak mengangkat handphonemu tadi?" Jimin bertanya kepada Yoongi ketika sepulang kerja ia mampir ke rumah Yoongi.
"Ada urusan yang kukerjakan dan ternyata baterai handphoneku low, mian Jiminnie..." Yoongi berusaha untuk tidak menatap Jimin karena ia merasa bersalah kepada Jimin.
"Gwenchana... Setidaknya kita sudah bertemu saat ini.. Aku cemas kau kenapa-kenapa hyeong..." sahut Jimin.
"Aku baik-baik saja..." sahut Yoongi sambil mencoba tersenyum.
"Kau sudah makan malam, hyeong?" tanya Jimin.
Yoongi sama sekali tidak ada nafsu makan karena masih syok memikirkan semua kejadian hari ini.
"Sudah... Kau belum makan?" sahut Yoongi, berbohong agar ia tidak perlu makan malam bersama Jimin.
"Yasudah, aku makan nanti saja di apartementku..." sahut Jimin. "Kau terlihat lelah, hyeong.. Kau baik-baik saja?"
Yoongi menganggukan kepalanya. "Aku hanya butuh istirahat malam ini..."
"Ya sudah, istirahat saja hyeong, aku pulang dulu ya..." sahut Jimin.
Jimin memeluk Yoongi, mencium sekilas bibirnya, lalu mengacak-acak rambut Yoongi. "Sampai bertemu besok sore hyeong, aku akan mengajakmu ke sebuah taman yang memiliki danau yang cukup indah dekat apartementku..."
Yoongi menganggukan kepalanya dan terus mencoba tersenyum.
Setelah Jimin pulang, Yoongi terus merenung di dalam kamarnya.
"Ternyata Taehyung juga jatuh cinta padaku... Namun, ia memiliki masalah kejiwaan seperti itu dan aku harus berurusan dengan V, Taesoon, dan juga Jungkook jika aku melanjutkan perasaanku padanya... Belum lagi tunanganku Jimin... Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku harus bagaimana?" gumam batin Yoongi.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top