26
Kita kembali ke sudut pandang Watson.
Ditatapnya sekali lagi peta di ponsel, menatap rumah megah di depan. Watson tidak salah alamat. Itu benar-benar rumah Jeremy. Astaga! Watson melongo takjub. Tidak Aiden, tidak King, tidak Jeremy, bagaimana bisa tiga anggota klub detektif berasal dari keluarga superkaya?!
Lihatlah bangunan memanjang di hadapan Watson ini. Jika rumah Aiden bernuansa Eropa mirip kastil kerajaan yang menunjukkan elegansi, maka rumah Jeremy tak jauh kalah indahnya. Rumah kaca dengan desain baja. Eksteriornya memperlihatkan kemewahan. Sentuhan baja di setiap eksteriornya menyatu dengan kaca untuk mempertahankan kesederhanaan rumah. Astaga, astaga, Watson jadi insecure datang bertamu.
Kembali besok saja setelah menyiapkan mental? Woi, jangan bercanda! Aiden sekarang pasti sudah bergegas ke auditorium. Hanya tinggal hitungan jam pelelangan dimulai. Tidak ada waktu untuk gengsi-gengsian!
"Kalau kamu melongo selama itu, nanti ada yang masuk lho." Seseorang tertawa ringan.
Watson menoleh, sedikit terlonjak. Sosok wanita muda berpakaian pelayan tersenyum ramah padanya. "Kamu pastilah Watson Dan, teman Jeri. Ayo masuklah, Nak. Kedatanganmu pastilah bukan hanya sekadar kunjungan biasa. Kamu beruntung Tuan dan Nyonya sedang ada di rumah."
Bagus. Mereka bisa menambah informasi yang Watson miliki saat ini. Tuan rumah menerima tamunya, maka apa lagi yang Watson tunggu. Dia segera mengekori pelayan.
Jika memasuki fase serius, Watson tidak lagi memperhatikan sekitar, termasuk isi dalam rumah mewah itu. Tatapannya fokus ke satu titik: orangtua angkat Jeremy.
"Ini kejutan luar biasa. Kamu Watson Dan, kan? Teman putraku di kegiatan klubnya. Jeri cerita banyak tentang kegeniusanmu, Nak Watson. Kamu juga sering membantu anak kami setiap dia dalam masalah." [Selise Eredira Bari, 38 tahun.]
Watson membungkuk sopan. Ya ampun, Ibu Angkat Jeremy membuatnya kalap dan pangling sejenak. Beliau cantik banget! Surai pink panjang itu sesuai dengan tumbuh semampainya!
"Aku berterima kasih padamu, Watson Dan. Mau menjaga Jeremy di luar sana. Kami senang sekali melihatnya aktif di sekolah, menyelamatkan banyak nyawa." [Goran Ghafora Bari, 41 tahun.]
Berkati aku, Tuhan. Mereka pasangan serasi. Sial kamu, Bari! Menyembunyikan orangtua secantik dan setampan ini! Mana mereka awet muda, penganut umur hanyalah angka. Watson menyumpah-nyumpah.
"Tapi baiklah, mari kita hentikan percakapan basa-basi ini. Kamu tidak mungkin datang kemari tanpa alasan." Goran meletakkan cangkir kopi ke nampan, menatap Watson serius. "Apa yang terjadi, Watson? Bukankah seharusnya kamu berada di Korsel sekarang? Di mana Jeremy?"
Tidak mungkin Watson bilang Jeremy diculik dan dijadikan 'benda' yang ditawarkan di pelelangan. Mereka berdua bakal auto mengamuk, terutama Selise. Watson merasakan aura kasih sayang berlimpah-limpah pada beliau. Itu ide buruk.
Maka tidak ada pilihan lain.
Watson mengeluarkan buku ajaib, eh, komunikasi maksudnya. Hal itu membuat Goran mengernyit bingung, bergumam pelan supaya pihak yang bersangkutan tak tersinggung. "Kenapa dia menulis di buku?"
Selise menyikut pinggang suaminya, melotot. "Papa lupa insiden CL? Anak ini kehilangan suaranya karena lehernya dipukul oleh penjahat bajingan itu."
"Ya ampun! Aku tidak ingat."
Watson selesai menulis. Menunjukkannya pada mereka berdua. Sontak terbelalak.
'Ada sebuah organisasi gelap yang menjualbelikan identitas sipil, lantas konsumennya berupa tahanan atau orang jahat yang menginginkan kehidupan baru. Metode penjualan adalah pelelangan. Semakin tinggi harga organ yang ditawarkan, semakin bagus pula identitas yang didapatkan. Kami termakan umpan dan terbang ke Seoul. Mereka menjebak kami supaya leluasa menyiapkan rumah lelang. Meski demikian, kami berhasil memecah misteri dan menebak lokasinya. Itu berada di suatu distrik terpencil. Bari kemungkinan berada di sana, mencari kakaknya, Jerena Bari yang hilang setahun lalu.'
Selise menutup mulut. "Ma-maksud kamu, putri kami diculik organisasi itu?"
Watson mengangguk.
"Apa menurutmu putriku masih hidup?" Goran mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras. Pelayan yang membaca tulisan Watson meringis sedih.
'Kemungkinan besarnya masih, Om. Secara mereka hanya membutuhkan identitas korban. Mereka, si pemilik asli, dijadikan buruh kerja.' Asli, sangat ribet tidak bisa ngomong. Watson mendengus jengkel.
"Baik. Kalau begitu kita ke distrik itu malam ini juga." Goran beranjak bangkit. Disusul Selise. Mereka harus menyelamatkan Jerena. "Nak Watson, beritahu kami di mana Jeremy berada."
Watson menggeleng tegas.
"Kenapa kamu menggeleng, heh?"
Kepala Pelayan, Ama, melirik Watson lewat ujung mata. Tersenyum. Tetap bergeming di samping troli berisi cemilan. Anak ini benar-benar cerdik. Tidak salah Tuan Muda Jeri bilang dia genius. Dia sudah memperhitungkan reaksi Tuan Senior serta Nyonya dan memutuskan tidak menyebut nama alamatnya.
"Apa nama distrik itu, Nak Watson?"
Watson kembali menggeleng.
Membiarkan Selise dan Goran pergi sama saja membunuh Jeremy. Bagaimana jika mereka tak sengaja terluka? Jeremy bisa frustasi dan menggila lebih gawatnya bunuh diri, merasa telah membawa petaka pada keluarga Bari. Watson menggelengkan kepala. Itu bukan ide bagus. Juga tidak bijak.
Watson tahu mereka girang mendengar nama Jerena disebut, apalagi mendengar dia masih bernapas. Bayangkan saja, setahun kehilangan putrinya, kentara bahwa Selise dan Goran dikendalikan perasaan rindu berat, marah, khawatir. Semua elemen itu bersatu. Dengan kondisi mereka yang seperti ini bisa memicu insiden bahaya.
Goran mengepalkan tangan, memegang bahu Watson. "Dengarkan aku, Nak Watson. Jerena adalah putri kami. Sudah setahun lamanya kami melakukan usaha ini-itu untuk menemukannya namun nihil, tidak berhasil. Maka biarkan diriku merendah di depanmu. Kumohon, beritahu di mana Jerena."
Dan Anda pikir itu mempan pada saya? Selain nyawa Jerena, kewarasan Jeremy juga dipertaruhkan. Apa Watson harus merasakan sesak yang sama ketika mengetahui fakta Hellen, untuk kedua kalinya? Tidak. Watson tidak bisa. Dia tidak kuat menahan rasa sedih itu.
Watson melepaskan pegangan Goran, menulis cepat. Wajahnya datar. 'Percaya saja padaku, Om. Biar aku yang menyelamatkan mereka berdua. Om dan Tante diam saja di sini. Toh, kasus ini Bari sendiri lah yang meminta bantuanku. Aku punya kekuasaan penuh.'
"KAMU—" Goran marah.
"Saya rasa perkataan Nak Watson ada benarnya, Tuan," Ama memutuskan ikut andil. Mereka bertiga menoleh kepadanya yang melepaskan harnet maid. "Tidak bijak melepas Tuan dan Nyonya dalam kondisi aliran emosi tak menentu. Nak Watson khawatir akan terjadi sesuatu."
Goran menghela napas kasar. Watson agak cemas kalau-kalau Ayah Angkat Jeremy itu betulan memukulnya, namun syukurlah. Beliau berpikir rasional.
"Baiklah, Nak Watson. Kamu benar. Tapi paling tidak izinkan kami tahu apa yang terjadi di sana." Goran berkata pelan. Punggungnya diusap-usap oleh Selise. Menenangkan suaminya.
Yang satu ini Watson mengangguk. Bukan masalah. Dia menyerahkan sebuah benda seukuran kancing mantel. Selise menerimanya. "Benda apa ini, Watson?"
Penyadap. Komponennya tersambung dengan alarm yang dibawa Aiden. Mereka bisa mendengar suasana gegap gempita di gedung pelelangan. Tidak salah Watson membuatnya malam ketika Beaufort melarangnya ikut pergi ke Seoul.
"Terima kasih, Watson. Tolong bawa putra dan putri kami pulang." Selise menatap dengan binar penuh harapan.
Watson mengangguk, memamerkan catatan selanjutnya. 'Sebelum saya pamit, bolehkah saya memeriksa kamar Bari, kamar Kak Rena serta rekam medisnya?'
"Boleh, sangat dibolehkan. Ama, tolong."
"Baik, Nyonya."
Watson dituntun menuju kamar Jeremy dan Jerena. Itu hanya kamar remaja laki-laki biasa, tidak ada yang istimewa. Ada samsak tergantung, barbel warna-warni, mesin fitness, dan berbagai alat olahraga lainnya.
Begitu Watson mengintip kamar Jerena, dia mendapatkan hal menarik. Kenapa perkakas di kamar sebelah lebih padat dibanding kamar Jerena? Di sini minim gawai. Tatapan Watson jatuh ke foto bingkai, memandanginya intens.
Di dalam foto ada Selise, Goran, Jerena, dan Jeremy. Anehnya kenapa ada lipatan misterius di foto itu?
"Aku sudah membawa permintaan Anda, Nak Watson. Rekam operasi Nona Jerena." Ama memotong pengamatan Watson, menyodorkan selembar kertas.
Watson membungkuk. Terima kasih, Ama.
"Tolong selamatkan Tuan Muda Jeri. Hanya kamu yang bisa, Nak Watson."
Watson mengangguk.
Observasi selesai. Dia keluar dari perkarangan rumah Jeremy, menghela napas. Uap dingin mengepul. Rintik salju hinggap di rambut hitam kusutnya.
Kenapa firasatku tidak enak? Apa tebakanku benar? Watson membatin, mengeratkan syal dan sarung tangan. Udara malam menusuk.
Tap! Seseorang berdiri di depan Watson. Tangannya membawa kotak besar dan panjang. "Aku sudah lumutan menunggumu."
Watson menyeringai. Menggerak-gerakkan tangan. Lawan bicara pandai bahasa isyarat. Apa kamu sudah mengambil pesanan yang kuletakkan di sekolah?
Sosok itu mengangguk. "Aku tak percaya kita akan melakukan ini. Tapi yah, bukan berarti aku tidak menyukai rencanamu. Sebaliknya, ini rencana barbar yang mendebarkan."
Watson menyeringai. Aku juga.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita bergerak sekarang!"
Siapa sosok ini sebenarnya? []
Kamis, 3 Maret 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top