Third Cage

Seluruh siswa yang masih mengikuti kegiatan klub seketika dipulangkan setelah mereka berdua melaporkan soal penemuan mayat itu. Semuanya, kecuali Honoka dan Kaito tentu saja. Mereka berdua terpaksa pulang lebih lambat karena harus diinterogasi layaknya saksi mata pada umumnya.

Namun yang aneh, Kaito memilih untuk diam di TKP setelah diinterogasi, alih-alih segera pulang. Seolah tidak mendengar perintah dari seorang Polisi yang memimpin penyelidikan, ia tetap bergeming seraya berpikir keras. Bahkan, dia sama sekali tidak mangacuhkan Honoka yang terus mengajaknya pulang bersama.

"Hei! Apa telinga kalian sudah tidak berfungsi? Cepat pergi. Di sini tidak aman," titah seorang Polisi yang paling muda di antara rekannya. Tanpa peduli dengan seruan marah dari ketua klub karate yang mendadak berubah menjadi detektif itu, ia menyeret keduanya menjauh dari TKP.

"B-baik, kami akan pergi, Kazuhiko-san," erang Kaito sembari berusaha melepaskan lengannya yang memerah akibat dicengkeram terlalu kuat. Polisi muda bernama Kazuhiko itu tidak merespons sampai jarak mereka cukup jauh dengan TKP.

"Hei, dengar Kaito. Di sini bukan tempat bagimu untuk bermain detektif-detektifan. Sebaiknya cepat pulang sebelum aku melapor ke kakakmu," ancam Kazuhiko serius. "Tapi, kamu boleh memilih akan kulaporkan pada siapa, Mitsuki atau Keiko," lanjutnya sembari mengeluarkan handphone. Kaito menelan ludah. Ia sama sekali tidak takut dengan wajah garang petugas kepolisian itu. Dia jauh lebih takut membayangkan kemarahan kedua kakaknya.

"B-baik ..., kami akan segera p-pulang," ujar Kaito lalu segera berbalik sembari menarik lengan Honoka. Dengan cepat ia menjauhi Kazuhiko yang tersenyum jahat hingga penampilannya sangat mirip shinigami dalam film. Sambil terus berlari membawa Honoka, pemuda itu membatin, Mitsuki atau Keiko sama saja.

Kaito merupakan anak paling kecil di antara tiga bersaudara. Sebagai anak terkecil, dialah yang paling diawasi, alih-alih dimanjakan seperti anak bungsu pada umumnya. Tentu saja dengan keberadaan kedua kakaknya, ia seperti memiliki empat orang pengawas jika ditambah dengan kedua orang tuanya.

Walaupun sebenarnya dia bisa menghindari kemarahan kedua kakaknya — yang kadang jauh lebih menakutkan daripada Ayah dan Ibu — dengan membawa pulang anjing atau memperlihatkan darah palsu, ia tetap saja tidak tega. Melihat kedua saudaranya yang fobia membuat Kaito selalu merasa bersalah.

"Hei, Kaito! Sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Honoka yang menyadari jika lama-kelamaan laki-laki itu malah membawanya ke arah yang berlawanan dengan gerbang. Gadis itu memang sama sekali tidak menyimpan rasa curiga pada teman kelasnya itu. Ia hanya takut jika nanti polisi berwajah shinigami itu menemukan mereka.

Kaito menghentikan langkahnya di koridor depan kelas mereka, lalu menoleh ke kanan-kiri. Memastikan tidak ada satu pun guru atau polisi yang melihat mereka berdua di tempat itu. "Yah, kalau aku tidak boleh bermain di TKP, berarti aku boleh melakukannya di sini kan?" balasnya sambil tersenyum licik.

Honoka terperanjat. Ia takut jika seseorang memergoki aksi gila mereka di tempat sepi seperti itu. Bisa-bisa mereka akan terkena masalah yang jauh lebih besar daripada menemukan mayat di kolam. Ditambah lagi dengan rumor tentang "Tujuh Misteri Sekolah" membuat bulu kuduk gadis itu meremang.

"Polisi yang tadi itu adalah tunangan kakakku. Tidak usah takut. Aku bisa dengan mudah membuatnya bungkam soal aksi kita." Gadis berambut bob itu mengernyit. Ia sungguh heran dengan jawaban itu. Bagaimanapun, ia tidak yakin Kaito yang ketakutan seperti anak kucing berkata jika ia bisa membuat polisi bermuka seram itu bungkam.

"Aku hanya ingin tanya sedikit. Kau kenal siapa korban?" Kaito melipat kedua lengan di depan dada. Memasang ekspresi serius yang belum pernah bisa dilawan oleh gadis di hadapannya.

"Yah, dia itu Chika dari kelas 2-3. Dia adalah adik tiri dari Mine-senpai, ketua klub renang," jelas Honoka. Kaito mengangguk-angguk sambil mengeluarkan buku catatan kecil dari saku celananya lalu menulis apa yang dikatakan gadis itu.

"Kau adalah anggota klub renang. Tapi kenapa hanya kau sendiri yang ada di kolam dan akhirnya menemukan mayat Chika? Lalu, apa ada anggota lain yang pernah pergi ke kolam sebelumnya?" tanya Kaito lagi tanpa mengalihkan padangan dari catatan yang hanya bisa dibaca oleh dirinya sendiri.

"Etto .... Saat aku di ruang loker, aku bertemu dengan Naoko-senpai yang katanya baru saja kembali dari kolam. Dia hanya menyemangatiku yang minggu depan akan ikut lomba. Lalu, aku tidak sengaja berpapasan dengan Mine-senpai. Dia hanya berkata jika kegiatan klub diliburkan sementara karena ada hal mendesak. Tapi dia tidak melarangku berlatih karena lomba minggu depan," papar Honoka. Kaito kembali mengangguk-angguk lalu menuliskannya di buku catatan.

Gadis itu terdiam. Ia mulai berpikir, apakah Kaito mencurigai dirinya dan juga dua orang anggota klub renang yang secara kebetulan pernah pergi ke kolam sebelumnya? Dia merasa jika Mine-senpai tidak mungkin melakukan hal sekejam itu pada Chika, meskipun mereka adalah saudara tiri. Itu karena Mine dikenal sebagai salah satu siswa teladan di kelasnya. Memukul adiknya saja ia tidak tega.

Selain itu, Naoko-senpai juga menurut Honoka tidak mungkin melakukannya. Sebab, gadis itu juga dikenal sebagai sosok yang sangat ramah. Ia bukanlah orang yang bertindak secara gegabah. Walaupun terkadang, ia sempat kepergok melabrak adik kelas yang tidak ia sukai.

"Kau sebenarnya mau pulang atau tidak?" Honoka segera tersadar dari lamunan. Ia benar-benar tersentak ketika menyadari jarak bayangan Kaito yang sudah semakin jauh darinya. Dia yang sudah tidak tahan berlama-lama di koridor yang sepi segera berlari menyusul.

"Kau tahu siapa pelakunya?" tanya Honoka penasaran. Kaito menggeleng lemah. Bagaimanapun, ini semua masih terlalu samar untuk dia mengerti. Masih ada beberapa hal yang perlu diketahui lebih lanjut. Hanya saja, laki-laki itu masih memikirkan cara paling efektif untuk mendapatkan informasi.

"Belum, ada yang masih perlu kucari tahu," sahut pemuda itu lirih. "Kau yakin tidak ada yang kau lupakan. Misalnya, kau merasa ada yang aneh atau apa?"

"Hmm ... tidak ada. Semua baik-baik saja," jawab Honoka sembari berusaha mengingat semua detail. "Oh tunggu! Saat aku bertemu dengan Naoko-senpai, aku melihat wajahnya sedikit basah. Tapi sepertinya bukan karena air kolam. Dia terlihat seperti orang yang berkeringat dingin," terang gadis itu.

Kaito kembali mengeluarkan buku catatan serta pulpen. Ia menarik napas panjang. Fakta baru itu sama sekali tidak menunjukkan titik terang. Dia tetap diam, tenggelam dalam pemikirannya. Keberadaan Honoka benar-benar tidak diacuhkan sampai ia tiba di depan gerbang rumah.

Pupil mata laki-laki itu melebar. Sebuah ide baru saja muncul dalam benaknya. Sambil tersenyum senang, Kaito segera mengeluarkan ponsel lalu menghubungi Polisi yang sudah menyeret dirinya dan Honoka menjauh dari TKP. Nada sambung terdengar cukup lama sebelum akhirnya telepon dijawab.

"Halo, Kazuhiko-san," sapa pemuda itu. Terdengar sahutan dari seberang sana bersama sebuah peringatan pada lawan bicara yang sulit sekali disuruh pulang ini. Kaito hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Aku ingin bertanya beberapa hal," jawab Kaito ketika ditanyai tujuannya menelpon. Polisi muda itu mengancam adik dari kekasihnya agar tidak bertanya yang aneh-aneh. Namun itu tidak berguna. Kaito tidak urung melontarkan pertanyaan yang menurut Kazuhiko sangat aneh.

"Tolonglah, Kazuhiko-san," ucap Kaito dengan nada memelas. Kazuhiko segera menolak dengan tegas. "Baiklah jika kau tidak mau. Aku akan beritahu Keiko nee-chan jika kau suka merayu juniormu yang belum punya pasangan itu." Kaito menghela napas panjang seolah itu merupakah hal yang terpaksa ia lakukan. Padahal kenyataannya, ia tersenyum miring membayangkan wajah panik Polisi itu.

Dugaan Kaito sama sejali tidak meleset. Tanpa menunggu lebih banyak detik yang terbuang sia-sia, Kazuhiko segera mengiyakan permintaan adik dari kekasihnya itu. Ia takut jika sampai Kaito benar-benar melaporkan apa yang selama ini dia lakukan. Bisa-bisa dirinya babak belur dihajar Keiko, beserta Mitsuki sekaligus.

"Terima kasih, Kazuhiko-san. Aku berjanji akan membantumu." Kaito segera menutup sambungan telepon. Ia tidak mau mendengar Polisi yang bisa berubah menjadi shinigami jadi-jadian itu berkata-kata kasar dari seberang sana. Mengancam jika Kaito benar-benar melapor pada kakak perempuannya.

Kaito tersenyum tipis. "Aku yakin, pelakunya pasti orang itu."

*

[1] shinigami: dewa kematian
[2] senpai: senior
[3] nee-chan: kakak perempuan

Yang pernah baca 'Tsuki no Koe' pasti kenal ya sama "Polisi bermuka shinigami."
Yang enggak kenal, bisa langsung dibaca //ekhem 😆

Jangan lupa vote dan comment ya 😊.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top