Sixth Cage
Kaito terdiam beberapa saat. Jika tidak bisa mendapat informasi dari Kazuhiko, mungkin dia bisa menanyakan hal-hal penting dari Emi. Karena itulah, ia segera memanggil wanita paruh baya itu agar segera menghentikan langkah. "Emi-san, bisa beritahu aku lebih banyak tentang rumor itu?"
"Ah, jadi kau penasaran dengan itu ya?" kata wanita itu sembari berjalan mendekat. Kaito mengangguk mantap. Emi tidak langsung menjelaskan apa yang diminta oleh lelaki itu. Ia memicingkan mata lalu memandang sekeliling, termasuk matahari yang mulai bergerak jauh ke arah barat.
"Baiklah, akan kujelaskan. Aku juga tidak tahu sejak kapan rumor ini mulai menyebar. Yang pasti, beberapa orang yang nekat melewati jalan ini mengaku mendengar lagu 'Kagome Kagome' dari belakang mereka. Dan konon katanya, jika orang yang mendengar nyanyian tersebut lalu menoleh, keesokan paginya akan menghilang atau ... tewas mengenaskan," jelas Emi sembari memandang sendu petugas yang masih berjaga di area yang diberi garis polisi.
"Aku tidak tahu antara harus percaya atau tidak. Sejak dulu, aku tidak pernah meyakini pada urban legend. Tapi ... setelah beberapa kali menemukan mayat di tempat ini, sepertinya tidak ada pilihan lain selain percaya." Emi menghela napas panjang. "Ah, sudahlah. Lagi pula dunia akan terus berputar, tak peduli aku percaya atau tidak," lanjutnya.
Kaito mengangguk-angguk setuju dengan perkataan wanita yang tampak lebih tua dari ibunya itu. Ia juga memiliki pikiran yang sama. Walaupun sering meneliti tentang urban legend yang berkembang di masyarakat - termasuk tentang lagu Kagome Kagome - lelaki itu hampir tidak pernah percaya.
"Hanya itu yang aku tahu. Aku pulang dulu ya. Salam untuk Mitsuki dan Keiko ya. Sampai jumpa, Kaito-kun," pamit Emi lalu melanjutkan perjalanan yang kini tanpa interupsi. Kaito terdiam, mengabaikan suara lain di sekitar. Termasuk Honoka yang dengan suara nyaringnya menyahut perkataan Emi.
Lelaki itu semakin bingung. Yang setuju mengenai ajakan Ichiro adalah Honoka, tetapi mengapa dia yang berpikir lebih keras mengenai rumor itu? Bukankah selama ini dia hanya berjanji akan memastikan Honoka baik-baik saja selama investigasi, bukan ikut terjun dan memecahkan misteri?
Laki-laki itu terpegun saat mencoba mengulang penjelasan Emi yang terekam dalam otaknya. Ia teringat akan satu hal yang seolah tidak penting, wanita itu baru saja menemukan mayat. Kaito merutuki diri sendiri. Mengapa dia malah melewatkan kesempatan emas untuk mengorek informasi tentang korban demi mendengar penjelasan tentang rumor Akai Michi.
Honoka yang sudah hampir lima belas menit diabaikan oleh teman sekelasnya mengernyit begitu memerhatikan gelagat pemuda itu. Ia kebingungan melihat Kaito yang menggemertakkan gigi sembari menjambak rambut seperti orang yang kerasukan. "Sudahlah, kau bisa lakukan besok," ucap gadis itu seolah bisa membaca pikiran Kaito.
Lelaki itu terpegun. Ia sungguh tak percaya jika Honoka benar-benar seorang esper yang bisa membaca pikiran. Tidak ingin berdebat lagi, Kaito segera berdeham lalu memperbaiki kerah baju seragam. Serta tak lupa merapikan rambut yang acak-acakan akibat ulahnya sendiri. "Sudahlah, ayo pulang. Pokoknya jika rumor itu benar, aku tidak mau tanggung jawab," ujarnya lalu kembali melanjutkan perjalanan pulang.
"Kagome kagome ... ushiro no shoumen daare?"
Kaito terperanjat. Baru saja dia membicarakan rumor itu, lagu yang dimaksud terdengar jelas di telinganya. Tanpa pikir panjang laki-laki itu menoleh untuk memastikan. Seperseribu detik kemudian menyalahkan diri sendiri karena melanggar peraturan yang disebutkan Emi. Tentu saja sebelum dia menyadari gadis yang tanpa rasa bersalah menertawakan aksinya.
"Aho-noka, itu tidak lucu!" ketua klub karate itu berseru marah. Honoka tertawa cekikikan. Sama sekali tak disangka Kaito yang bisa menumbangkan lawan hanya dalam waktu setengah menit dan susah ditebak emosinya juga memiliki rasa takut seperti halnya manusia normal.
"Baka-ito! Kau tidak menandai suaraku sendiri, ya. Kenapa kau malah ketakutan seperti orang yang dikejar penagih hutang?" olok Honoka tanpa rasa bersalah. Kaito yang merasa dirinya dipermalukan mendengus sebal lalu berjalan meninggalkan musuh bebuyutannya.
------x---x------
"Aku pulang," seru Kaito sembari melepas sepatu lalu meletakkannya di tempat biasa. Ia mengernyit bingung. Baru pertama kali rumahnya sunyi padahal semua lampu dinyalakan. Ia tersenyum tipis. Entah mengapa dia menjadi teringat pada Mitsuki yang tidak pernah mengingat hari ulang tahunnya.
"Aarghh!!" Pemuda itu terperanjat. Tanpa pikir panjang ia segera berlari ke arah suara yang bersumber dari salah satu sudut ruangan. Denyut jantungnya bertambah dua kali lebih cepat, begitu juga dengan kecepatan larinya. Hanya dalam hitungan detik, ia menemukan kakaknya yang terpojok di sudut ruangan dengan wajah panik dan berkeringat dingin.
"K-Kaito ..., t-tolong .... S-singkirkan makhluk mengerikan ... itu!" lirih Mitsuki dengan suara bergetar. Awalnya dia ingin berteriak lebih kencang daripada sebelumnya. Namun, melihat makhluk di hadapannya selama beberapa menit membuat ia kehilangan seluruh tenaga.
Kaito yang khawatir mengenai keadaan saudaranya refleks mengalihkan pandangan ke arah telunjuk Mitsuki yang gemetar. Sejenak kemudian, ia hanya dapat memandang datar. Bagaimana tidak? Setelah lelaki itu berpikir rumahnya diserang monster atau makhluk luar angkasa, dia hanya bisa menemukan seekor anak anjing yang sebenarnya tampak begitu manis bagi beberapa orang. "Onii-chan, itu hanya anjing," ujar Kaito ringan.
"Kau bilang 'hanya'?! Cepat singkirkan! Aku tidak tahan melihatnya lagi," titah Mitsuki sembari menutupi wajahnya dengan kedua belah telapak tangan. Kaito menghela napas panjang lalu membawa anak anjing itu keluar dari rumah. Terserah ke mana ia akan pergi, asalkan Mitsuki tidak melihatnya lagi.
Kaito segera kembali setelah menuntaskan tugasnya. Anehnya, ia kembali mendengar keributan. Kali ini dari arah dapur. Tidak mungkin masih ada anak anjing lagi di dalam jika mereka hanya tersesat, batin laki-laki itu sembari menuju ke arah dapur. Kali ini dia kembali menemukan sesuatu yang membuatnya tak tahu harus berkomentar apa. Yaitu kedua kakaknya yang bertengkar seperti anak kecil.
"Kenapa kau bisa lolos dari anak anjing itu?!"
"Kau tidak bisa mengakaliku lagi, Keiko! Aku tidak mengizinkanmu!"
"Kenapa kau tidak mau mengerti aku, Onii-chan. Aku dan Kazuhiko butuh waktu untuk pergi sesekali."
"Otou-san dan Okaa-san belum pulang. Akulah yang bertanggung jawab sekarang. Dan aku tidak mau sesuatu terjadi padamu!"
Kaito menghela napas. Ia sudah bisa memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi dari perdebatan kedua kakaknya. Orang tuanya belum pulang. Lalu kemungkinan Keiko meminta izin untuk pergi berkencan atau apalah bersama polisi berwajah shinigami itu. Karena Mitsuki tidak mengizinkan, maka dia membawa seekor anjing yang tersesat masuk ke dalam rumah.
Setelah cukup lama berdebat, Keiko akhirnya memutuskan untuk mengalah. Dia menghentakkan kaki menuju lemari es untuk melaksanakan perintah Mitsuki, memasak makan malam. Kaito menopang dagu menyaksikan akhir dari keributan yang hampir selalu sama setiap hari.
"Onii-chan, aku tidak sengaja bertemu Moriya-san saat pulang." Mitsuki yang baru saja kembali dari mengganti pakaian kerjanya mendekat antusias. "Dia menitipkan salam untukmu dan Keiko nee-chan," lanjut Kaito. Tentu saja dia tidak membahas soal rumor Akai Michi yang dijelaskan Emi.
"Ah, sudah lama sekali aku tidak bertemu dia. Aku yakin Okaa-san akan senang jika bertemu dengan sahabat lamanya," ungkap pria yang seumuran dengan tunangan adiknya. Bayangan wanita paruh baya yang kerap berkunjung bersama mendiang suaminya terpampang jelas di benak Mitsuki.
Keiko yang entah sejak kapan berhenti merajuk pada kakaknya menoleh. Ia tampak begitu bersemangat membicarakan kenangan yang mereka lalui bersama wanita itu. Namun, berbeda dengan Kaito. Dia justru memandang ke arah sebuah jendela kecil di dekatnya sembari memikirkan kebodohannya.
"Mengapa aku melewatkan kesempatan itu?"
*
[1] Onii-chan: kakak (laki-laki)
[2] Otou-san: ayah
[3] Okaa-san: ibu
Di sini, adakah yang juga fobia anjing? Entah kenapa kelakuan Mitsuki buat Ichi dapet ide dibikin meme. 😂
What people see
In Mitsuki's eye
Udah ... udah .... Nggak boleh ketawa atas penderitaan orang lain 🤣🤣.
Oke, jangan lupa vote dan comment ya 😊.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top