Chp 98. Puncak Kebodohan
IDOL PLAYER - AUTHOR PoV
Episode sembilan akan ditayangkan lusa depan, sementara masalah Jinyoung masih belum usai. Ditambah lagi Maehwa dicurigai melakukan manipulasi suara yang tak masuk akal. Kabar baiknya, seseorang menyanggah tuduhan tersebut dan artikelnya dilupakan sejenak. Kabar buruknya, mau sampai kapan netizen mengabaikan 'berita menarik' ini? Kelak, mereka pasti akan mengungkitnya lagi.
Maka dari itu, Geonwoo memberanikan diri datang ke gedung Scarlett secara sembunyi-sembunyi. Takkan ada seorang pun yang menduga jika anak ini diam-diam telah mengumpulkan bukti kekerasan yang dilakukan Daejung terhadap Maehwa.
Sebenarnya sejak dia melihat luka di tubuh Maehwa, Geonwoo sadar kalau Maehwa dibuli seseorang namun anaknya memilih diam. Geonwoo menghormati keputusan Maehwa karena bisa saja Maehwa memiliki rencana sendiri. Tapi mau dipikirkan berapa kali pun, Geonwoo tidak bisa membiarkan Daejung bersikap seenaknya saja. Ketidakadilan dan kemunafikan harus dibayar mahal.
Makanya dia berpura-pura menjadi tokoh sampingan tak berguna selagi menjalankan rencananya: mengumpulkan bukti. Geonwoo spesifik memata-matai Daejung.
Tapi, musuh Maehwa bukan hanya Daejung melainkan juga Hangang. Dia hanya satu, jadi tidak bisa mengikuti dua orang sekaligus.
Geonwoo berpikir positif. Yah, setidaknya jika Daejung dikeluarkan, beban Maehwa bisa berkurang. Star Peak melarang perbuatan kekerasan antar peserta, kan?
Dengan keterampilan awam, Geonwoo mencoba mendatangi Kepala Tim Editor, namun bertabrakan dengan seseorang. Dari suaranya, Geonwoo kenal orang itu.
"Ah Ram? Sedang apa kau di sini??"
"S-seharusnya itu p-pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di d-depan markas Scarlett, Geonwoo?" Ah Ram balik bertanya. Mereka saling melempar tatapan mencurigakan.
Lengang di antara mereka.
Geonwoo mendesah pelan, menggaruk kepala. "Aku mau bertemu Kepala Tim Editor untuk menyerahkan bukti kekerasan fisik yang dilakukan Daejung. Kau sendiri?"
"Kau pun?" kata Ah Ram membuat Geonwoo mengernyit. "A-aku juga ingin bertemu beliau untuk menyampaikan pembulian Maehwa. Aku punya bukti tindakan kejam Hangang di toilet. Sebenarnya... i-ini salahku juga tidak bertindak malah duduk ketakutan di bilik wc. A-aku membiarkan Maehwa dibegitukan seakan dia tak ada hubungannya denganku..."
"Setiap orang memiliki kapasitas keberanian yang berbeda-beda, Ah Ram. Dengan kau berada di sini saja sudah membuktikan kalau kau berani menantang hujan resiko yang akan datang kepada kita nanti. Hangang dan Daejung bukan lawan gampangan. Kita mesti mempertaruhkan impian kita jika ingin debut bersama orang yang kita anggap teman."
Sorot mata Ah Ram yang tadinya masih ada sisa seorang pecundang, kini berubah dengan tatapan tekad. Mereka tahu betul apa yang akan dilakukan Hangang dan Daejung kalau mereka sampai tahu soal ini.
Tidak masalah. Meski susah, kita dapat hidup tanpa kebaikan. Sebaliknya, kita tidak dapat hidup tanpa adanya keadilan.
Mereka pun melangkah masuk ke gedung.
Tapi, situasi gedung Scarlett kalang kabut kala itu. Geonwoo dan Ah Ram bersitatap bingung. Para karyawan, tim produksi, semua orang bolak-balik laksana setrikaan seakan menerima undangan pernikahan presiden.
Sibuk sekali di sini. Apa yang terjadi?
"Astaga! Bagaimana mungkin ada dua trainee terlibat kontroversi kekerasan dalam jangka waktu dekat, dan kedua-duanya adalah aset penting bagi Star Peak. Oh, aku pasti akan lembur lagi malam ini. Dasar nasib."
"Dibanding musim-musim sebelumnya, saya rasa badai pada musim kali ini takkan berhenti semudah itu. Bagaimanapun kita harus pandai-pandai mengendalikan skandal."
"Halau semua reporter! Jangan angkat telepon dari stasiun tv mana pun! Kita akan bekerja lembur untuk menyurutkan skandal!"
Geonwoo dan Ah Ram merasa ini bukan situasi yang tepat untuk mereka melapor. Mereka tahu kontroversi Jinyoung, tapi kru produksi mengatakan dua orang. Jadi siapa satunya? Apa pun itu, firasat mereka jelek.
Ponsel Ah Ram bergetar. Dia merogoh mengeluarkan benda petak itu. Satu pesan dari Kyo Rim langsung dibaca oleh Jun-oh, Kangsan, Do Woo, dan member grup lainnya.
Kyo Rim: Apakah kalian sudah melihat video Maehwa di TeenTok? Dia menjadi trending!
Do Woo: Aku... tidak menyangka Kak Maehwa seperti itu... aku kira dia pria baik-baik...
Kangsan: Ternyata Kak Maehwa sama saja dengan Jinyoung, pelaku kekerasan! Aku muak dengan manusia tipe seperti mereka.
Jun-oh: Teman-teman, ayolah, jangan main hakim sendiri dong. Kita harus bertemu Maehwa dulu dan tanyakan kebenarannya. Ini tentang Maehwa lho. Dia anak yang anteng. Mustahil dia mengamuk tanpa alasan.
Apa yang mereka bicarakan sih?? Geonwoo dan Ah Ram gemas, akhirnya membuka TeenTok untuk memeriksa. Seketika diam.
♫♬♬
Di sebuah restoran, Daejung, Hangang, Horus, dan Dong-Moon mengadakan pertemuan. Lebih tepatnya pesta kemenangan.
"Akhirnya Maehwa membunuh dirinya sendiri. Tidak kusangka dia bela-belain mendatangi sma Jinyoung untuk mencari keadilan. Apa dia bodoh? Penggemar komik superhero? Sudah jelas mereka takkan buka mulut karena aku sudah membeli mereka dengan harga tinggi. Seberapa naif dia? Lucu sekali."
Dong-Moon tertawa. "Yang lucunya itu adalah ekspresi senangnya saat berpikir kau akan hancur, Hangang. Perubahan mimik wajah yang penuh harap menjadi keputusasaan benar-benar pemandangan yang indah."
Hangang ikut tertawa. Dia dan Dong-Moon sudah saling mengenal bahkan sebelum bergabung ke program survival. Berkat koneksi Hangang yang punya jaringan luas, Dong-Moon mendapatkan rekomendasi. Sebenarnya adanya dia di Star Peak karena 'usaha' Hangang secara tidak langsung.
"Apa dia pikir dia bisa menang tanpa adanya relasi? Sungguh anak yang malang."
Daejung mengambil gelasnya. "Dengan begini Maehwa betulan bakal didiskualifikasi kan, Kak Hangang? Kuharap Scarlett memutuskan dengan bijak. Aku sudah jenuh padanya."
"Tentu Scarlett harus." Hangang tersenyum miring, menopang dagu. "Maehwa, aku sudah berkali-kali memperingatinya kalau kami tidak sederajat, namun dia terus membuatku marah. Ini akan tambah seru jika dia terpuruk dan depresi. Senang rasanya melihat musuhmu hancur sampai ke dalam-dalam."
Dong-Moon berdeham. "Kalau begitu mari kita bersulang dalam rangka berhasil mengusir Maehwa. Apa anda keberatan?"
Hangang tersenyum manis. "Tidak lah. Hm?"
Hangang menoleh ke Horus yang tidak ikut bicara dari tadi. "Ada apa, Horus? Kenapa melamun di hari bahagia ini?"
"Ini tentang Maehwa. Sudah kuduga ada yang ganjil dengan anak itu," katanya. "Apa kalian tahu game Make Your Idol Shine?"
"Game simulasi idol yang terkenal sulit itu?"
"Ada sebuah npc tanpa nama di game itu yang mirip sekali dengan Han Maehwa. Ini mungkin pemikiran bodoh, tapi aku rasa karakter npc itu keluar dari game."
♪♫♬
Dain baru saja ingin memarahi Maehwa karena kebodohan yang dia lakukan, tapi dia urung melihat Maehwa masuk ke ruangannya dengan tubuh terluka. Berdarah-darah.
"Ya ampun! Apa yang terjadi padamu? Kau pergi dengan cedera di kepala, kenapa kau pulang menambah luka?"
"Jumlah mereka lebih banyak dari yang kuduga. Aku tidak bisa melawan mereka semua," balas Maehwa duduk di kursi tamu.
Jangankan meringis, mengernyit pun tidak. Ternyata benar, berteman dengan rasa sakit membuat kita kebal dengan sensasi sakit. Maehwa mendapatkan pelajaran berharga.
Dain mengembuskan napas panjang, mengambil kotak p3k. "Jadi kau benar-benar mendatangi dan menghajar anak-anak sma yang mengganggu kenalanmu. Siapa namanya, Do Jinyoung? Ada apa sebenarnya? Aku yakin kau bukan tipe pemarah."
"Anak-anak itu memang pantas dipukul sampai mampus biar sadar. Aku akan menyesal jika tidak menghajarnya. Dengan ini dapat kupastikan kalau Do Jinyoung tidak bersalah. Dia menghabisi anak-anak itu karena mereka mau melecehkan adiknya, Do Jinni. Lalu publik salah paham mengira Jinyoung seorang pecandu karena dia pergi ke bar."
"Wow, kakak yang luar biasa. Jadi, apa kau mendapatkan rekaman yang bagus?"
Maehwa menatap udara kosong. "Katanya di sini 'Kam dalam proses penyuntingan'. Masih 3%. Sepertinya aku harus menunggu 24 jam."
"24 jam? Itu terlalu lama! Apa kau belum melihat aplikasi Naven? Publik beralih menyerangmu! Kekerasan terhadap anak di bawah umur, Maehwa berkomplot dengan si perundung Jinyoung, dan sebagainya. Kalau terus begini, kau bisa dikeluarkan dari acara!"
Maehwa menyandarkan tubuh, menghela napas. "Tidak apa. Aku sudah tidak peduli lagi dengan fans, debut, atau menjadi idol resmi. Aku akan mengundurkan diri besok."
Rahang Dain mengeras mendengarnya. "Apa maksudmu?! Kau mau menyerah jadi idol? Itu berarti kau memilih kembali mati—"
Dain berhenti marah-marah demi Maehwa menatapnya dengan pandangan hampa.
"Lebih baik mati daripada terus tersiksa. Aku tidak tahu menjadi idol akan sesakit ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top