Chp 97. Screw Them All
Haaa, matilah aku.
Dong-Moon ternyata karakter troll lainnya.
Pantasan Hangang seberani itu mengabaikan ancamanku karena dia punya bekingan. Apa yang membuat wakil direktur sepertinya menjilat Hangang? Apa mungkin Dong-Moon dibayar atau aibnya dipegang Hangang?
Yah, agensi yang dinaungi Hangang salah satu agensi hiburan terbesar di Seoul. Mungkin itu juga salah satu faktor bagi Dong-Moon beralih pihak dibanding aku yang bukan siapa-siapa ini. Keadilan tidak berarti baginya.
Untunglah aku punya salinan rekamannya. Ada baiknya juga aku menuruti firasat burukku.
Tidak lagi. Aku tidak bisa menyerahkan amunisi terakhirku ke orang-orang Scarlett. Aku sendirian di sana. Tak ada yang bisa dipercaya. Aku harus lakukan dengan caraku.
Pertama, aku harus mencari seorang tukang julid, maksudku orang yang suka meroasting tentang apalah. Aku butuh orang yang punya pengaruh besar daripada Dong-Moon.
"Mungkin Dain kenal seseorang."
Aku harus menyelesaikan semua masalah menyebalkan penuh drama kepanjangan ini sebelum episode sembilan rilis.
Sekarang baru pukul setengah tujuh, masih sedikit yang membaca artikel tuduhan itu. Aku harus mencari jalan keluar secepatnya. Tidak ada waktu untuk bersantai.
Aku minum teh untuk mengisi perut, tersentak melihat daun teh berdiri tegak.
Di Jepang, ada takhayul yang mengatakan jika ada daun teh yang tetap dalam posisinya, itu berarti pertanda bagus. Keberuntungan.
Dan itu benar-benar terjadi saat aku menuju ke rumah sakit Dain. Seseorang bernama Chul Sang-Hee memposting artikel bantahan tentang tuduhan Han Maehwa.
'Bagaimana mungkin trainee Han Maehwa melakukan manipulasi suara di saat vote suara yang dia dapatkan sangatlah sedikit? Jika dia benar-benar melakukannya, harusnya dia meminta untuk jumlah suaranya dinaikkan bukan justru menurun drastis. Unggahan ini tidak memiliki dasar kuat dan berbasis sepihak. Boleh jadi tuduhan ini dilakukan oleh seseorang yang tidak menyukai maehwa.'
- Aku setuju. Lagi pula Maehwa itu miskin. Mana mungkin bisa menyewa hacker.
- Dan dilihat dari masa lalunya, sepertinya dia tidak punya banyak teman di sekolah.
- Jangankan sekolah, bahkan masa lalunya seputih kanvas! Artikel ini bohongan! Apa yang mau kalian lakukan pada anak miskin tak berdaya seperti Maehwa?! Menjauhlah!
- Lindungi Si Miskin Wintermoon kita!
A-aku senang sih para penggemarnya Maehwa mempercayai Maehwa. Tapi bisa tidak sih, jangan mengskak-ku seperti itu? Fans macam apa yang menyebut biasnya miskin dengan blak-blakan begitu. Ya, aku miskin sialan! Apa yang salah dengan itu?!
Ukh! Sial! Fakta beruntun membuat HP-ku berkurang. Damage dikatakan miskin ternyata jauh lebih parah dari yang kuduga.
Baiklah. Aku tidak tahu siapa Chul Sang-Hee ini, tapi aku berterima kasih padanya.
[Saya merasakan ada yang tidak beres. Saya sarankan agar anda pergi dari gang ini.]
Aku mengangkat kepala. "Apa maksudmu, Danyi? Jalan ini kan jalan pintas ke stasiun. Kita tidak boleh membuang waktu—"
Bunyi 'buugh' keras bergema di gang kecil yang lengang. Sesuatu yang terbuat dari besi bertemu dengan kepalaku.
Eh? Aku terhuyung lemas dan jatuh. Apa... yang barusan kena apa? Pikiranku mendadak kosong, tapi aku bisa melihat dengan samar sosok Daejung turun dari motornya, mengambil flashdisk salinan yang ada di sakuku. Dia membawa pemukul bola kasti.
"Terima kasih sudah memberitahu kau punya kopiannya, Maehwa. Kuharap kau mengerti sekarang, kalau kami bukan lawanmu... Huh?"
Daejung menatap telapak tangan karena merasakan cairan lengket. Tubuhnya sontak menegang melihat darah. Dia sontak berdiri. "Sial! Apa aku terlalu keras?"
Daejung kabur dari tkp tergesa-gesa.
Tunggu... kau tak bisa pergi begitu saja sialan. Ini kan jatuhnya... perbuatan kriminal...
***
Aku membuka mata, beranjak bangun, refleks memegang kepala yang berdenyut nyeri. Perban putih membaluti kepalaku.
Yang kuperiksa pertama adalah detak jantungku. Itu berdebar dengan aman. Aku masih hidup. Aku yakin Daejung memukul kepalaku. Apa itu tidak mengenai titik vital?
Terlebih, ini di mana? Ruang inap?
Terdengar suara buku ditutup. Aku menoleh. Adalah Dain yang menatapku serius.
"Kau harus bersyukur Dahlia tinggal di daerah sana. Jika dia terlambat membawamu ke sini, kau pasti akan lewat. Mati sekali lagi."
Ah, ternyata Dahlia yang menyelamatkanku.
"Aku sudah tahu industri hiburan itu busuk, tapi aku tidak menyangka ada yang berani mencelakai saingannya nyaris membunuh. Kau harus melaporkan ini, Maehwa."
"Apanya yang dilaporkan? Selagi tidak ada saksi, selagi tidak ada bukti, pengajuan kita hanya dianggap angin lalu. Tidak ada yang mau menanggapi serius keluhan orang miskin.
"Aku berusaha... aku susah payah mencoba berjuang melawan mereka dengan kekuatanku sendiri. Tapi yang kudapatkan adalah pengkhianatan dan pukulan dari belakang. Satu-satunya kunci yang bisa mengeluarkanku dari panggung drama sialan ini sudah diambil. Seolah ada yang bergerak mendukung antagonis membuatku muak.
"Aku sendirian! Bahkan jika aku punya teman sungguhan di acara itu, aku tidak tahu yang mana yang benar-benar seorang teman! Di gedung itu, semua orang memiliki topeng. Aku tidak tahu yang mana manusia dan iblis."
Aku meremas rambut, terkekeh miris sambil meneteskan air mata. "Aku benci semuanya. Aku benci semua orang bertopeng. Screw them all. Terkutuklah mereka di neraka."
Ruangan itu sunyi untuk sesaat.
Aku buru-buru menyeka wajah. "Maaf, Dain, aku malah melampiaskan emosiku padamu."
"Pertama-tama coba cek dulu papan misimu. Aku melihat ada notif di kepalamu dari tadi."
Layar pop-up muncul di depanku. Apa ini? Kenapa quest penyelamatan Jinyoung diubah menjadi misi balas dendam? Oh, benar juga. Aku ingat aku akan memperoleh atribut pendukung kalau memulai questnya.
Tanpa basa-basi aku menekan panel mulai.
Layar statusku mengeluarkan cahaya ilahi. Silau! Aku dan Dain sama-sama menutup mata. Dari cahaya itu, terbentuklah suatu makhluk berbadan mungil, squishy, dan floating.
"Akhirnya anda memanggil saya, Tuan! Saya Kam, peri kamera. Saya adalah kameramen pribadi anda hingga questnya berakhir."
Aku melongo. "K-kau melihatnya, Dain?"
Dain menggaruk kepala. "Y-yah, kemampuan sistem memang di luar nalar sih. Aku bahkan bisa mengoperasi pasien sendirian karena skill tangan-tangan hologram yang menjijikan. Susah deh jelasinnya. Tapi kalau atributnya seperti ini, kau bisa merekam apa pun yang terjadi padamu. Ini item yang sangat bagus."
Kalau begitu aku bisa nyambil mengklarifikasi pernyataan orang-orang yang mengaku korban kekerasan Jinyoung. Jika mereka ketahuan berbohong, aku akan mendapatkan bukti video. Setelah itu, sekali lagi aku akan memprovokasi Hangang dan Daejung.
"Lho, kau sudah mau pergi? Kepalamu tidak sakit lagi?" Dain bersedekap. "Sebagai doktermu, kusarankan kau istirahat dulu."
"Tidak ada waktu untuk itu. Aku harus pergi ke sma tempat Jinyoung sekolah, bertemu Hangang dan Daejung, lalu mengakhiri semua rentetan masalah ini. Aku capek."
"Hmmm..." Dain menoleh ke cctv, tersenyum.
"Kalau begitu aku akan sedikit membantu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top