Chp 94. Konspirasi Dimulai

Tidak ada yang lebih baik di dunia selain mendapatkan sejumlah uang.

Setelah menerima upah tampil, aku kembali ke asrama sambil bersenandung. Apa yang sangat wangi di dunia ini? Bunga? Parfum wanita? Bedak bayi? Tidak, kawanku!

Jawabannya adalah uang!

"Nanti beli ayam dan bir ah~ Atau aku mabuk saja? Sudah lama aku tidak minum alkohol." Aku bermonolog, memutar kenop pintu berpelitur. Tidak ada orang di sana karena mereka sudah pulang lebih dulu.

Aku menatap pantulan wajahku di cermin.

"Hmm, seperti gembel."

[Bisa-bisanya anda hepi begitu padahal masa depan anda buruk. Mikir, woy, ranking anda bisa jatuh di pengumuman peringkat nanti. Mungkin 20 besar.]

Aku mengibaskan tangan. "Ayolah, Danyi, jangan terlalu serius begitu. Aku sudah sangat stres dengan Hangang dan Daejung sepuluh hari ini. Biarkan aku healing untuk mengistirahatkan pikiranku. Siapa tahu aku mendapat ilham untuk mengusir mereka."

[Anda bisa berpikir? Bukankah otak anda tidak ditakdirkan untuk digunakan?]

Si sistem kampret ini sangat berbakat membuat orang naik darah. Tapi akan kubiarkan karena mood-ku lagi bagus. Aku takkan merusak hari bahagia ini dengan bergelut sama Danyi yang tak berakhlak.

Mengabaikannya, aku mandi dan berkemas dengan cepat. Sudah waktunya cuti selama 4 hari sebelum syuting berikutnya.

Aku kembali menatap cermin, menutup mata. "Ah, silau sekali! Siapakah makhluk Tuhan yang tampan ini? Oh, ternyata diriku."

Meski aku tampak ceria, sebenarnya aku juga kepikiran perkataan Danyi dan quest pengusiran Daejung yang belum selesai. Bukankah rarity Stellar-ku SR+? Tapi aku mendapatkan vote paling sedikit.

Sekali lagi, aku ingin menampar Im Rae yang beranggapan kalau jadi idol itu mudah.

Aku hampir saja menyebut nama hewan karena terkejut melihat Jinyoung berdiri di depan kamar hendak mengetuk tapi keduluan olehku yang membuka pintu.

"Kupikir kakak sudah pulang."

"Seharusnya itu pertanyaanku," kataku mengurut dada yang degdegan.

"Mau pergi bareng? Aku, Kangsan, Kak Jun-oh, Do Woo, Kak Kyo-rim dan Hong Jo berencana mau makan di restoran. Apa kakak mau ikut bersama kami—"

"Tidak, terima kasih. Aku mau ke warnet." Enak saja anak ini mau mengganggu rencana me time-ku. Sudah berapa hari aku tidak login nih. Aku harus push rank secepatnya.

Jinyoung cemberut. "Aku yang traktir deh."

Aduh, Nak, jangan terlalu baik denganku. Aku kan jadi ingin memanfaatkanmu.

"Baiklah." Muehehe. Aku bisa menghemat uangku kalau dia mentraktirku.

[Ternyata anda yang paling tak berakhlak.]

Selagi kami berjalan di lorong membicarakan obrolan basa-basi, ekor mataku mendapati dua sosok manusia meresahkan tak lain tak bukan Daejung dan Hangang. Mereka tampak tergesa-gesa ke suatu tempat.

Apa yang mau mereka lakukan? Itu kan wilayah tim produksi. Firasatku tidak enak.

"Jinyoung, aku ke toilet dulu ya."

***

"WOI." Aku berseru mencegat langkah Daejung dan Hangang. Mereka berhenti, spontan menoleh kepadaku. Setelah memastikan bukan orang yang penting, mereka hanya memutar mata malas.

"Apa maumu? Kami tidak punya waktu bermain denganmu sekarang. Pergi sana," usir Hangang, mengibaskan tangan.

"Mauku? Banyak lah. Mobil, rumah mewah, satu set PC gaming dan lain-lain."

"Kau masih bisa bercanda?" desis Hangang.

"Aku mencium aroma kandidat yang akan merasakan siksa kubur. Aku tahu masalah itu dibuat, bukan ditemukan. Tapi bisa tidak, jangan terlihat di mataku? Kan aku jadi pengen menghajar kalian berdua, sialan."

Daejung tergelak. "Oh, apa kau beralih dari leader menjadi Pahlawan Keadilan? Memang sih kau cocok jadi pahlawan karena tidak peduli dengan jumlah POIN-mu yang amat sedikit. Apa kau butuh respek dariku?"

"Kau dan komentar murahanmu."

Aku mengembuskan napas panjang. "Bicara dengan kalian hanya akan mubazir air ludahku, jadi aku akan langsung ke intinya. Aku memperhatikan kalian. Kalau sampai terjadi sesuatu, itu berarti hasil perbuatan kalian dan jangan pikir aku akan tinggal diam berpangku tangan seperti orang bego."

Daejung gregetan ingin meninjuku, namun Hangang menahan lengannya, tersenyum angkuh. "Bersikaplah berada di atas angin untuk saat ini, Maehwa, sebelum kau jatuh dengan menyakitkan ke tanah."

"Apa yang lebih tinggi dari langit? Gaya hidupmu. Gaya elite tapi menghargai orang lain sulit. Apa kau punya kutukan dan akan mati kalau tidak mengganggu seseorang?"

"KAU!" Hangang naik pitam, menarik kerah bajuku. "Benar-benar bajingan pengganggu!"

"Kau pikir aku tak bisa mengumpat, sialan? Tangan kosong kalau berani."

"Ekhem! Apa yang terjadi di sini?"

Kami berhenti cekcok, berbarengan menoleh. Aku tersedak. Hangang melotot, refleks melepaskan tarikannya. Direktur Je Wool! Timing yang bagus sekaligus buruk. Sejauh mana dia melihat dan mendengar?

Gawat, gawat. Kalau dia sampai dengar aku mengumpat, imej-ku 'Pria Dingin Cemerlang Minim Ekspresi dan Bicara' bisa runtuh. Seharusnya aku tidak terbawa suasana! Tapi melihat wajah Hangang dan Daejung saja sudah cukup membuatku ingin menghajar mereka. Ekspresi mereka menyebalkan sih.

Hangang tertawa, menepuk-nepuk bahuku. "Maehwa terjatuh saat mengejar saya dan Daejung, Direktur. Saya hanya membantunya membersihkan debu di bajunya."

"Iya, Direktur Je Wool. Mereka menjatuhkan dompetnya," timpalku sebelum mereka mulai mengatakan yang aneh-aneh.

"Begitu? Saya pikir kalian berselisih dan berkelahi. Kalian ingat peraturan pertama audisi Star Peak ini, kan? Sesama trainee dilarang saling melukai satu sama lain. Jika kedapatan, kalian akan dikeluarkan."

"Tentu saja kami tahu," kataku, Daejung, dan Hangang terpaksa pura-pura berteman.

Dan begitu dia pergi, Hangang mengelap tangannya yang menyentuh bahuku. Aku sih langsung menyemprotkan parfum ke bekas pegangan Hangang. Najis mah.

"Camkan ini, Maehwa, kau akan segera jatuh. Aku berjanji akan menghancurkanmu."

"Aku muak dengan dialog antagonis-mu."

***

Jinyoung bingung karena aku kembali dengan wajah masam bersungut-sungut. Semua kamera dimatikan setelah trainee selesai tampil, jadi takkan ada yang merekam.

Apa yang harus kulakukan terhadap duo cecunguk itu? Hangang tidak terlihat sekadar memprovokasiku. Dia benar-benar memiliki cara untuk menjatuhkanku.

Tapi... apa yang mereka temukan sampai sepercaya diri itu? Aku yakin masa laluku bersih mengingat Han Maehwa avatar game. Mereka takkan menemukan jejak kehidupan Han Maehwa karena memang tidak ada yang bisa ditemukan. Apa yang bisa dicari?

Atau ini bukan tentangku? Tahu ah. Aku bukan detektif, bukan juga peramal yang bisa menebak masa depan.

"Kakak sedang memikirkan apa? Alisnya mengerut begitu," celetuk Jinyoung.

"Gelap sekali..."

"Ya? Lampunya terang kok. Haruskah aku meminjam lentera ke staf?" canda Jinyoung.

"Tidak, aku sedang berbicara tentang masa depanku. Gelap tak berujung."

"Sudah kuduga! Mustahil kakak tidak kepikiran tentang jumlah vote kakak. Aku juga tidak mengerti kenapa vote Kak Maehwa bisa sesedikit itu padahal kakak lah yang paling banyak membantu tim. Kuharap mata para Interstellar terbuka setelah melihat episode sembilan nanti."

Aku menatap Jinyoung yang mengepalkan tangan yakin, mengernyit. Padahal yang kumaksud itu soal Hangang dan Daejung. Kenapa dia menyimpulkannya demikian?

Di luar gedung, ada Kangsan, Jun-oh, Hong Jo, Kyo-rim, dan Do Woo telah menunggu kami. Tapi ada yang aneh dari mereka. Kenapa mereka semua memegang ponsel dengan ekspresi yang sulit didefinisikan?

"Hai! Aku sudah membawa Kak Maehwa nih! Dia setuju makan malam... dengan... kita..." Jinyoung merasakan atmosfer dingin yang menyeruak di antara mereka. "A-ada apa?"

"Apa kau sudah melihat Naven, Jinyoung—"

Kangsan memotong perkataan Do Woo. "Apa berita itu benar? Itu bohongan, kan? Aku yakin kau bukan orang bejat seperti itu."

Jinyoung gelagapan. "A-aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Kangsan."

"Lebih baik kau baca dulu," kata Jun-oh.

Aku berdiri di sebelah Jinyoung yang menerima ponsel Jun-oh, mengintip.

'KONTROVERSI TERUNGKAP! Trainee Star Peak, Do Jinyoung, yang Menaungi Melody Entertainment Dilaporkan Melakukan Kekerasan di Sekolah! Tidak Hanya Itu, Dia Juga Dilaporkan Seorang Pencandu dan Melecehkan Beberapa Gadis di Kelasnya!'

Hah?! Aku mengambil ponsel di tangan Jinyoung karena anak itu mematung. Artikel apa ini? Siapa yang menulisnya?

Diposting enam menit yang lalu.

Enam menit yang lalu? Itu berarti...

Aku menoleh ke gedung Scarlett, membeku melihat batang hidung Hangang berdiri di lorong sambil cekikikan puas.

Lee Hangang...! Lagi-lagi si brengsek itu!


~To be continued~

Nah, akhirnya tiba juga kita di sini. Aku ingin spoiler, tapi nanti gak seru. Jadi nikmati saja, jangan banyak tanya. Kapan Daejung keluar lah, kapan debut lah...

WOY! GW MAU SAJA MEMPERCEPAT ALURNYA NIH YA, TAPI NANTI TERBURU-BURU DAN JATUHNYA BANYAK LUBANG DIMANA2. Apa namanya? Plot hole? Semacam itu lah. Sudah tahu Daejung dan Hangang antagonis, jelas lah mereka akan diusir. Tapi butuh insiden besar memicu pengusiran itu serta alasan yang kuat.

Dan aku bukan author yang baik pada mc nya. Menderita dulu kalau mau mengusir mereka, Maehwa. Jangan manja kau :v

KALAU MAU FAST UPDATE. JANGAN LUPA LIKE&KOMEN. KALAU NGGAK, SILAKAN MENUNGGU LAMAAAA :)))


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top