Chp 84. Afiliasi Sesama Player

Idol Player - AUTHOR PoV

Dahlia telah menyukai Maehwa sejak teaser Star Peak alias sejak awal program survival idol itu dimulai. Dia diracuni oleh temannya yang satu shift dengannya yaitu malam hari. Karena bosan, temannya itu menyarankan untuk mencari tontonan. Kebetulan acara survival yang booming di Korea diluncurkan malam itu.

Dahlia menyatakan pada temannya itu jika dia menyukai seseorang berambut putih. Tetapi, temannya justru tertawa. Di antara banyaknya trainee muda tampan, kenapa Dahlia menyukai seseorang yang tidak mendapatkan screentime?

Kesal diledek, Dahlia pun memutuskan untuk mempelajari Star Peak otodidak tanpa bantuan teman kpopnya itu lagi. Dia akhirnya tahu trainee individu itu bernama Han Maehwa dan selalu menonton Star Peak di kala senggang.

Lalu biasnya mengadakan pertemuan pribadi dengan dokter yang dia kagumi?!

Ada dua gagasan berkontradiksi di kepala Dahlia.

Pertama, dia sangat SENANG bisa melihat biasnya secara langsung terlebih mendapatkan fan service yang menyegarkan. Kedua, dia khawatir melihat biasnya datang ke rumah sakit.

Apa yang Maehwa lakukan di sini? Dia... dia tidak punya semacam penyakit, kan?

Dan pertanyaan Dahlia langsung terjawab melihat tubuh Maehwa yang memiliki banyak luka memar. Dia baru menyadari hal itu ketika akhirnya siuman (dia benar-benar pingsan).

Apa Maehwa dirundung di asrama Scarlett?

Oh, jangan tanya lagi. Malahan Maehwa sudah menyatakan perang pada Hangang dan Daejung. Perjalanannya untuk debut sebagai idol akan dipenuhi duri mulai dari hari ini.

"Aw! Aw! Aw! Pelan-pelan dong!"

Maehwa menepuk bahu Dain, melotot. Selagi menunggu hasil ct-scan keluar, Dain berinisiatif mengobati luka-lukanya. Jam terus berputar dan saat ini sudah pukul tiga pagi.

"Kau merusak tubuh pemberian sistem. Apakah kau tahu penarikan tubuh baru itu mahal? Apalagi kalau visualnya seindah ini," gerutu Dain menunjuk Maehwa dari atas sampai bawah. "Seharusnya kau menjaga tubuhmu baik-baik."

"Kenapa? Kau iri? Makanya, pandai gambar dong. Aku yang mendesain tubuh ini."

Dain menghembuskan napas panjang. "Kurasa menjadi idol tidak semudah yang kupikirkan. Itu pun belum benar-benar idol sungguhan."

"Yeah, begitulah nasibku."

Maehwa tidak tahu apa yang membuat Daejung dan Hangang membencinya. Apa dia ancaman? Kan ada yang lebih mengancam di acara itu selain dia. Ha-yoon yang selalu nomor satu, Kangsan, Jinyoung, Ahram, Jun-oh, dan lainnya. Kenapa harus Maehwa mereka targetkan?

Tapi, bukan berarti Maehwa juga menginginkan dua jahanam itu mengusik peserta pelatihan yang lain. Hanya saja... Maehwa lelah bertengkar dengan cara yang kotor.

Maehwa itu miskin, tidak punya agensi, tidak punya relasi dengan siapa pun di dunia showbiz. Kenapa mereka masih saja cemburu pada sosok sebatang kara sepertinya? Tidak tahu rasa bersyukur! Mending mereka tukar tempat.

"Meski begitu terima kasih sudah mau membantuku, Dain. Aku tidak punya satu pun kerabat yang bisa kujadikan tempat curhat."

Dain tersenyum, berkacak pinggang. "Agar silahturahmi tak terputus, kau harus membayar seratus won di administrasi."

"Apa kau tidak dengar aku sedang gembel? Aku sudah menghabiskan uangku naik taksi kemari."

"Cih, dasar idol miskin."

Dahlia keluar dari ruangan data dengan gugup, sesekali melirik Maehwa yang tengah berbicara dengan seniornya. Ahh! Dia jauh lebih tampan daripada di layar ponsel! (Jeritan tak bersuara).

'Mereka habis membicarakan apa?'

Soalnya setahu Dahlia, Maehwa itu pria berkepribadian dingin. Tapi Maehwa yang di depannya bersikap seperti teman masa kecil seniornya yang sudah tak bertemu. Sudah dia duga, tayangan tv tak dapat dipercaya!

"Oh, Dahlia! Kau akhirnya di sini."

Wanita itu terkesiap, menaikkan kacamatanya yang sedikit melorot. "Dokter, hasilnya sudah keluar." Mari profesional di depan bias!

Dain mengangguk. "Kau boleh pergi sekarang."

Sejenak, raut wajah Dahlia terlihat kecewa.

Dain terkekeh. "Ambillah apa yang kau butuhkan selagi orangnya di sini. Kau membuatnya siang malam, kan? Masa kau ingin membuang kesempatan emas ini," katanya misterius.

Maehwa menatap mereka bergantian. Apa yang mereka bicarakan? Kode dokter-perawat nih? Biasanya partner kerja punya kode telepati.

Dahlia tersenyum lebar. "Terima kasih, Dokter Cheon! S-saya akan memberikannya!"

Wanita itu keluar dari ruangan Dain dengan tergesa-gesa membuat Maehwa semakin bingung. "Hei, apa yang kau katakan barusan?"

"Kau akan segera tahu kok." Dain menganalisis lateral radiographic view, mengernyit. "Sudah kuduga. Trauma akibat pukulan di bagian dada telah membuat saraf-saraf dinding paru-paru (pleura) mu teriritasi. Untungnya takkan terjadi komplikasi masalah kesehatan."

Maehwa mengganti bajunya. "Jadi?"

"Aku akan memberikan beberapa suntikan dan meresepkan obat antiinflamasi untukmu. Ah, kau tidak tahu. Itu nonsteroidal anti inflammatory drugs, kelompok obat mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan demam."

Tanda jengkel hinggap di kening Maehwa. "Maaf ya, aku bodoh. Sistemku idol, bukan dokter."

"Hahaha! Aku hanya bercanda. Bukankah kita rekan sekarang?" Dain menyodorkan kepal tinjunya, menyengir. "Afiliasi sesama player."

Maehwa menghela napas. Membalas tos tinju.

"Mari kita bentuk party sementara."

♫♬♪

Pengobatan selesai pukul setengah lima.

Maehwa terlalu lama pergi dari asrama dan tidak tidur sama sekali! Mana sebentar lagi trainee akan dibangunkan. Dia tidak boleh sampai ketahuan telah menyelinap keluar.

Kabar baiknya, lobi rumah sakit lengang karena pekerjanya jatuh tertidur di pos masing-masing. Maehwa mengangguk. Dia bisa keluar tanpa mengundang masalah baru.

"A-anu! Tunggu, Maehwa...!"

Pemilik nama berhenti melangkah, menoleh. "Dahlia?" Maehwa pikir wanita itu tertidur di kamarnya setelah keluar dari ruang kerja Dain.

Dahlia mengepalkan tangan, membulatkan tekad. Dia lantas menyodorkan sebuah kantong belanja. "I-ini! Aku membuatnya sendiri! P-pakai ini untuk menyembunyikan dirimu!"

Maehwa menerimanya dengan kikuk, mengintip.

Itu sebuah selendang berwarna biru yang menyerupai wedding veil. Bedanya ini tidak transparan dan terbuat dari kain katun silk. Tidak hanya itu, ada motif lima bunga maehwa berwarna pink. Panjangnya sampai paha. Itu benar-benar dibuat untuk menyembunyikan diri.

'Ya ampun. Ini pasti sulit membuatnya. Dia menjahitnya untukku? Jangan-jangan yang Dain maksud adalah selendang ini? Dia menjahitnya siang-malam? Astaga! Aku tidak harus ngapain.'

"A-apa kau tidak suka?" Dahlia sudah sangat gugup karena Maehwa terus diam.

"Tidak..." Maehwa langsung mengenakannya. Selendang wangi itu otomatis melindungi dirinya dan jatuh hingga ke lutut. Dia mendekap kain itu dengan kedua tangan untuk menyembunyikan setengah wajah. "Aku sangat menyukainya."

Tahu kondisi bayi setelah lahir? Bayi-bayi itu dibungkus menggunakan kain bedong. Dan Maehwa terlihat seperti itu! Bayi dewasa! Dahlia mimisan. Kenapa itu sangat cocok untuknya?!

"Aku bersyukur telah hidup."

"Nona Dahlia! Tolong jangan pingsan lagi!"

~To be continued~
Don't forget like, comment, and follow
♩✧♪●♩○♬☆



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top