Chp 73. Kita Pantau Dulu Situasinya

***IDOL PLAYER***

Aku pergi ke toilet saat para trainee sibuk dengan 'permainan’ yang dibuat Siwan.

Punggungku berdenyut-denyut dan merembet ke lengan kananku. Aku tidak pernah melakukan terapi akupunktur sebelumnya, jadi aku tidak tahu efek samping pengobatan dari China itu. Yang jelas ini bersifat metastasis.

Begitu tiba di toilet, langsung saja kulepas bajuku dan melihat punggungku lewat cermin.

Sudah kuduga, Daejung sengaja melakukannya. Jika dia tidak sengaja, maka takkan ada luka memar dan hematoma! Pantas lenganku terasa pegal dari tadi, kesemutan seperti habis disuntik vaksin. Ini tidak mengenakkan.

"Shop. Beli ramuan penyembuh."

[Maaf, tidak dapat menggunakan fitur mall untuk sementara. Akan kembali dibuka ketika prasyarat Main-Quest telah terselesaikan.]

Aku tertawa remeh dalam hati. Bagus! Bahkan sekarang aku tidak bisa menggunakan kemampuan sistem karena GM psikopat itu. Sepertinya dia ingin aku mengurus quest 'Usir Park Daejung' dengan kekuatanku sendiri.

Masalah ini jadi kapiran, kan? Aku mengusap wajah. Selagi GM yang mengendalikan protokol sistem, dia akan membatasiku. Tidak bisa beli ini-itu, tidak bisa melihat status orang lain, bahkan aku tidak bisa membuka inventori.

"Semoga ini bisa sembuh dengan cepat sebelum kompetensi Misi Grup ketiga," kataku hendak memakai kembali bajuku.

Tetapi, mataku menangkap benda aneh entah sejak kapan tergurat di dadaku. Tato timbul berbentuk mic yang dirantai. Apa ini, semacam label produk di swalayan? Stigmata sistem idol? Mungkin GM yang memberikannya barusan.

Ngomong-ngomong, aku salfok dari tadi...

Aku menatap cermin. Hampir mimisan.

Kulit putih natural seolah-olah menggambarkan kanvas yang menunggu pelukisnya menoreh cat warna-warni ke atasnya. Lekuk anggun di sepanjang tulang belikat hingga dada laksana patung pangeran yang dipahat semulus mungkin oleh perajin kawakan. Tubuh ini sehalus benang sutra! Tidak, seperti soneta! Begitu indah dan menggoda. Tubuh ideal untuk seorang idola.

Memangnya badan anakku Maehwa sebagus ini ya?! Omo! Aku menutup mulut lebay, merasa bangga telah menciptakan mahakarya sempurna. Kemampuan menggambarku bukan main.

Ayah bangga telah membuatmu, anakku!

Oh, aku tidak punya waktu untuk ini. Aku harus bergegas kembali ke gimnasium.

Baru juga masuk ke ruangan, aku sudah melihat pemandangan olahragawan yang menyakiti harga diri Im Rae yang sekecil upil.

Beberapa trainee disuruh maju ke depan, termasuk Do Woo dan Jinyong. Siwan bertanya siapa di antara mereka yang badannya berotot dan memiliki sixpack, lalu dua anak itu memilikinya! Badan mereka sehat bugar!

Masa aku kalah sama bocah bau kencur? Tubuh Im Rae kekurangan nutrisi karena makan sembarangan dan tidak pernah mengatur pola makanannya karena harus eksplor dan eksplor. Betapa malasnya kau mengurus badanmu sendiri, wahai Im Rae di masa lalu!

"M-Maehwa, kau tidak apa-apa?" tanya Ahram saat aku duduk di sebelahnya. Dia ngos-ngosan dan berkeringat. Sepertinya baru selesai sit up.

Aku menyentuh bahuku. "Tidak apa," bohongku.

"Apa ada sesuatu di antaramu dan Daejung?" Giliran Kyo Rim yang bertanya—sama capeknya.

"Itu juga yang mau kutanyakan," ucapku tak sengaja mengatakan apa yang kupikirkan. Duh, padahal mau aku jawab 'tidak ada'.

Para trainee sibuk dengan kegiatan sport. Aku tidak bisa duduk diam saja di sini selagi kamera menyorot kami. Nanti aku dituduh pemalas. Apakah ada benda yang bisa kumainkan? Alat pull up dan barbel dipakai, tali spikking sudah ada yang punya dan antriannya cukup banyak.

Aku menoleh ke hula hoop yang tersandar di dinding. Hanya benda itu satu-satunya yang belum disentuh siapa pun. Yosh! Itu saja.

"Maehwa, kalau kau punya masalah, jangan sungkan meminta bantuan kami." Jun-oh berkata serius saat aku beranjak berdiri, melangkah menuju hula hoop di ujung sana.

"Jangan lari dari masalahmu, Maehwa."

"Aku tidak berlari, aku berjalan."

Kuambil benda bundar itu, memasukkannya dari atas kepala. Tapi itu meluncur jatuh.

Heh? Bagaimana cara memakainya? Aku pernah melihat ibu-ibu di sanatorium melakukan senam pagi memakai benda ini. Kalau tidak salah...

Aku memutarnya, namun benda itu tetap meluncur jatuh begitu putarannya berakhir.

Wahai hula hoop, kau ingin kupatahkan jadi lima bagian? Kalau tidak mau, bekerja samalah denganku. Aku ingin terlihat bekerja keras di kelas olahraga yang membosankan.

"Benda itu takkan bergerak kalau kau tidak menggoyangkan pinggangmu," cetus Daejung.

Mau apalagi PPB (polos polos brengsek) ini? Sudah puas kau bikin punggungku nyut-nyutan? Kusumpahi kau jadi kuda lumping.

"Aku benar-benar minta maaf soal yang tadi, Maehwa. Aku tidak sengaja. Aku tidak mau mencari permusuhan denganmu. Apa kau mau memaafkanku?" katanya, sorot mata sedih.

Memang boleh ngomong begitu di depan kamera? Dia sebelas duabelas dengan Kyo Rim, peka dengan sudut pandang kamera.

"Ya, aku juga minta maaf," balasku sekenanya.

Tahan saja dulu. Ada kamera soalnya dan beberapa trainee memperhatikan kami. Nanti aku dibuli kritik netizen lagi. Aku tidak mau fans Maehwa kembali stres dengan masalah ini.

"Akan kuajari kau cara main hula hoop! Untuk pemula, sebaiknya kau coba di tangan dulu."

Hoo! Walau dia seekor karakter troll, gerakannya tangkas juga. Benda itu berputar dengan cepat di pergelangan tangannya.

Masalahnya, Daejung memutarnya terlalu cepat ditambah kuat membuat salah satu bagiannya terlepas dan PLAK! Menampar pipiku.

"Astaga!" Daejung berseru histeris. "Kau baik-baik saja?! Ada apa dengan hula hoop ini? Padahal aku memainkannya dengan lembut..."

Anak ini, apa dia sedang memancingku untuk marah seperti yang kulakukan tadi? Gawat. Pipiku sedikit tergores dan memerah.

Kenapa di saat kritis begini, tidak ada satu pun kamera yang rolling ke sini? Seolah kameramen sepakat untuk tidak merekam perbuatan Daejung. Entah mereka sengaja atau tidak.

"Tidak apa," kataku datar. "Berhati-hatilah, Daejung. Lain kali bisa kena mata orang."

Daejung tersenyum. "Kita main yang lain saja yuk! Benda seperti ini berbahaya."

Kau lah yang berbahaya di sini.

Oke, GM. Akan kukerjakan questnya. Aku harus menendang Daejung sebelum dia melukai orang lain yang tidak punya mental sepertiku.

Kelas olahraga sialan itu berakhir dengan aku yang menahan emosi di ubun-ubun.

Aku bergegas pergi ke asrama sebelum dipanggil teman-teman roommate-ku. Aku mau mandi!

Jika cara attack Hangang adalah playing victim, maka Daejung berbakat mengandalkan sisi lugunya. Bagaimana cara menghadapi orang menyebalkan seperti Daejung? Belum lagi aku juga harus waspada terhadap Hangang. Aku ragu dia sudah melepaskanku dari targetnya.

"M-Maehwa, apakah itu kau?" tanya Ahram dari balik pintu kamar mandi.

"Hmm ya," jawabku pendek. Satu hal yang kubenci dari Ahram yaitu, dia suka retorik.

"Hari ini benar-benar menyenangkan. Kelas merias, kelas olahraga, aku menikmati waktuku di kedua kelas itu. Aah~ Aku jadi tidak sabar dengan nanti malam!" senandung Jun-oh menari-nari di dalam kamar. Diikuti Kyo Rim.

Bulir air menetes dari rambutku.

Nanti malam... sesi hiburan terakhir yakninya Suprise Camera. Mendengar dari tajuknya, ini pasti berhubungan dengan bahan lawakan.

Aku iri dengan teman roommate-ku. Mereka bisa menikmati semua hiburan ini tanpa memikirkan apa pun. Bagi mereka ini sesi hiburan, bagiku ini sesi diambang kematian.

Aku harus memantau Daejung mulai malam nanti. Waktuku hanya seminggu.

♩✧♪●♩○♬☆




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top