Chp 25. Jika Itu Game, Biar Aku yang Maju!
Barusan... dia bilang game, kan?
"Saat semua peserta masih berada di asrama, kru kami telah menyulap halaman studio TSP1 menjadi lapangan bermain. Setiap tim akan mengerahkan dua perwakilannya untuk berpartisipasi dalam mini-game ini. Kalian hanya perlu sampai ke titik finish sambil menghindari Shooter—staf yang sukarelawan—dan perwakilan tim lain. Jika kalian berhasil mendapatkan bendera, maka gamenya berakhir. Lalu, pemain yang membunuh paling banyak akan menempati kursi juara kedua.
"Tapi yang membuat mini-game ini seru adalah di salah satu perwakilan tim, ada satu Pengkhianat. Dia bisa menjadi musuh atau sekutu dan Shooter tidak bisa mengincarnya karena hak istimewanya."
Aku memperhatikan layar dengan saksama. Luas lapangan 256 dengan panjang 20 sentimeter. Mereka membangun balok jerami setinggi 200 meter untuk memblokir jarak pandang pemain karena tinggi para peserta rata-rata 180 senti-an.
"Para pemain akan diberikan baju pelindung dan senjata paintball. Kalian hanya akan diberi 10 peluru, jadi hemat amunisimu baik-baik. Kita akan istirahat 20 menit. Keenam tim, gunakan waktunya untuk memilih perwakilan karena game akan dimulai pukul 3 sore nanti."
Properti mahkota... Jika aku ingin menunjukkan stage yang bagus, maka benda-benda itu sangat diperlukan. Tapi, masalahnya aku tidak terlalu mahir game bergenre maze karena merepotkan.
"Permisi, Kak Han Maehwa," panggil Do Woo. "Ayo kita rapat. Waktu kita cuma 20 menit."
"Ah, iya." Aku beranjak bangun.
~Idol Player~
Ha Yoon mengangkat tangan. "Biarkan aku yang main! Aku cukup jago bermain game tembak-tembak lho. Akan kudapatkan mahkota itu untuk tim kita."
"Kalau Kak Ha Yoon kalah, bagaimana?"
"Benar juga... Tapi, Hangang tidak bisa bermain game berbasis pistol. Apa Jiho atau Ahram mau mencobanya? Bagaimana denganmu, Yihwan?"
Ahram gelagapan mengibaskan tangan. "J-jangan saya. S-saya tidak pernah main game sebelumnya. Nanti kalah..."
"Saya juga tidak ahli," kata Jiho. "Tapi bukankah kita punya kandidat kuat? Yihwan juga sepemikiran, kan?"
Mereka menoleh padaku yang duduk kalem.
"Benar juga!" Ha Yoon beringsut ke sebelahku. "Aku lihat streamingmu! Kau jago game, kan? Suka game, kan??" Sudah, hentikan! Matamu kelihatan mau copot karena berbinar-binar.
Do Woo mengangguk-angguk. "Kalau itu Kak Maehwa, saya tak keberatan. Saya juga menonton streamingnya. Gaya bermain Kak Maehwa hebat."
Aku bisa saja mengiyakannya karena jika ini menyangkut game, aku akan maju tanpa harus diskusi panjang.
"J-jangan!" seru Ahram tiba-tiba. "Tangan Maehwa sedang terluka. B-bagaimana kalau lukanya tambah parah dan mempengaruhi performanya... Ah!" Dia sontak menutup mulut. Waduh, keceplosan.
"Maehwa! Kau terluka? Di bagian mana?!"
"Kau sudah pergi berobat ke rumah sakit?"
Mukaku tidak terlihat seperti muka manusia lagi melainkan mirip patung dingin. Ini salah satu alasan mengapa waktu SMA aku tak punya teman dan penyendiri. Aku tak ingin berteman dengan ember.
Ahram gemetaran ketika aku melayangkan tatapan malas padanya, berkaca-kaca. "M-maaf, Maehwa... Aku t-tidak sengaja mengatakannya... Maaf..."
Yihwan mendesah kasar. "Kalau begitu biar aku sama Kak Maehwa saja yang main. Kakak sebagai tank dan aku dealer. Aku sering main warnet dulu, jadi sedikit paham mekanisme minigame ini."
Aku memang tidak terbiasa dengan game labirin. Tapi, harga diriku sebagai Im Rae sang progamer dipertaruhkan di sini. Pada akhirnya ini adalah game duo hyper fps dengan peta yang cukup luas.
"Bagaimana menurutmu, Maehwa?"
Masalah berikutnya yaitu posisi Pengkhianat dan jumlah Shooter. Apa akan ada briefing lanjutan? Bagaimana model senjatanya? SMG? Ada Melee?
"Han Maehwa, apa kau mendengarkan?"
Walaupun ini duo, kerja sama tim juga dibutuhkan. Sejujurnya aku sudah membuat rencana karena mau tak mau tanpa dipilih pun aku akan ikut serta ke mini game ini. Awalnya aku hendak memilih Hangang untuk memanfaatkan kepribadiannya yang girang, namun karena Yihwan terlihat penurut, apa dia bisa kupercaya melindungi punggungku? Tidak mungkin mereka memperbolehkan scrimmage.
Duh. Ini hanya mini game. Aku malah terbawa suasana. Tapi-tapi kami sangat membutuhkan mahkota—
Ahram menyentuh bahuku. "Maehwa! A-apa kau tidak apa? K-kami sudah memanggilmu dari tadi."
"Maaf, aku memikirkan sesuatu."
"D-Daya konsentrasi yang luar biasa!" Ha Yoon dan Hangang saling pelukan tangan, berbinar-binar. "Apa kita bisa mendapatkan properti mahkota? Kami mengandalkanmu, Maehwa, Yihwan!"
~Idol Player~
SEVEN PRINCE'S: Han Maehwa & Byun Yihwan
WHISPER : Min Chong Kyu & Woo Geonwoo
BLACK JADE : Ryu Seol & Ryo Ho-soo
DEEP BLUE : Doo Jinyong & Jang Hyunsung
STARMOON : Moon Jun-oh & Park Daejung
DOMINATE : Hyun Dongyun & Baek In-tak
Aku mengatupkan rahang. Ada dua kenalanku yang main, selebihnya aku tidak tahu. Yah, mungkin aku kenal Jun-oh dan Jinyong. Tapi itu kenal sepintas saja.
"Para pemain, silakan pilih senjata kalian."
Tanpa pikir panjang, rata-rata perwakilan tim fast pick weapon begitu saja. Sementara aku, tidak ada weapon memuaskan. Aku mengelus dagu. Apa aku ambil handgun dan pisau karet saja, ya?
"Kali ini kita musuh, Maehwa," sapa Geonwoo. Tersenyum lebar. "Aku takkan bersikap lunak padamu."
Apa kita kenal? Sok akrab deh.
Iyain aja deh biar cepat. Aku masih dilema. Yihwan sudah memilih Shotgun. Tapi kelemahan Shotgun adalah jarak. Belum lagi reloadnya. Kecuali Yihwan pernah main game tembak-menembak di playzone. Tangannya pasti terlatih.
Seseorang berdiri di depanku, tersenyum. "Aku menantikan berperang denganmu, Maehwa-ya."
Aku mulai jengkel. "Tadi Geonwoo, kini dirimu. Apa kalian homo?"
"Hei! Apa itu adalah kata-kata sloganmu?? Tolong berekspresilah sedikit!" kata Jun-oh kesal, pergi dengan menghentakkan kaki. "Maehwa-ya dingin."
Apa yang salah sih dengan mereka?
"Apa semua pemain telah memilih senjata? Ah, kacau. Aku lupa menaruh benda ini," cetus kru yang baru datang sambil menenteng senjata besar.
Aku tersentak. Itu kan...! Bukannya tidak ada, tapi terlambat ditambahkan. Kalau dengan ini... aku pasti bisa menang!
"Hei, apa kau sudah memilih senjatamu?" tanya Yihwan selesai bersiap. "Kau punya rencana kan, Kak Maehwa?"
Aku mengangguk, menyeringai. "Bersihkan lane. Artinya, kau hanya perlu membuat kill sebanyak mungkin. Sisanya aku yang urus."
~To be continued~
Don't forget star and comment, Interstellar yang budiman (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top