Chp 21. Bertarung
Apa yang sedang kulakukan? Lari seperti orang gila sambil menghindari hujan panah. Tiap anak panah wanita itu menyentuh tanah, beberapa membuat lubang sedalam dua meter, beberapa membuat jalan meleleh seperti habis disiram asam sulfat. Juga, ada panah yang membuat bebatuan menjadi es.
Sungguh serangan yang beringas!
"Kau ini siapa sih?!" tanyaku greget.
"Aku... aku sangat ingin menjadi Idol," katanya, menghentikan serangan sejenak. "Aku sudah menjadi trainee selama tiga tahun dan semuanya sia-sia ketika wajahku rusak. Saat Status Window muncul secara ajaib pertama kali di depanku, aku sangat senang mengira hidupku bisa berubah seperti di webtoon. Tapi apa? Aku justru disuruh memburu monster-monster menjijikan—"
"Siapa?" Dia menatapku. "Yang nanya? Aku tidak butuh pidato flashback-mu. Jawab saja pertanyaanku, siapa kau dan ini di mana?"
"Begitu rupanya. Sepertinya kau masih player amatiran. Kalau begitu bagus. Aku bisa merebut sistem milikmu dengan mudah. <Arrow Crater>!"
Sial, dia tidak bisa diajak bicara. Aku tergesa-gesa lari bersembunyi menghindari panah yang lebih banyak dari sebelumnya. Tapi ini serangan berbasis AOE! Cepat atau lambat aku pasti akan kena.
Ini seriusan nih? Settingannya jadi fantasi? Eh, tapi kan memang sudah fantasi sedari awal. Dan kenapa aku memikirkan itu saat ini seolah tidak ada waktu lain?
"Hei, Nona Sistem, beritahu apa yang sedang terjadi. Aku benar-benar akan mati kali ini."
[Para 'System User' dilarang berada dalam jangkauan wilayah radius 300 meter. Itu akan menciptakan Virtual Room-Break untuk ruang tarung bagi kedua player yang terpisah dari dunia nyata. Musuhmu adalah Hunter Player.]
Begitu rupanya. Aku mengangguk cepat, paham dengan cepat. Pantasan semua orang di sini menghilang. Intinya, dia menginginkan sistemku karena dia mau jadi seorang selebriti, namun sistemnya adalah Hunter.
Um? Tunggu sebentar, bukankah ini berita bagus? Aku seorang pria. Lumrahnya aku lah yang cocok memegang sistem hunter. Dia seorang wanita, lebih cocok dengan sistem idol milikku. Aha! Aku mengetuk telapak tangan, dapat ide cemerlang. Kalau begitu...
"Hei! Apa kita tidak bisa trade saja—"
[Anda mau meninggalkan sistem anda? Di manakah letak hati nurani anda?]
Aku menatap masam. Untuk sesuatu yang senang melihatku kesusahan, dia tak berhak bilang begitu. Padahal aku korbannya, tapi dia berbicara seperti pihak tersakiti.
[Kau sudah sejauh ini, masa menyerah sih? Kembalikan semua kekuatan yang kuberikan.]
Aku menyeringai. "Oh, coba lihat ini. Apa kau kehilangan kesopananmu? Tidak pakai bahasa formal saya-anda lagi nih."
Tunggu... Dari tadi kok tubuhku terasa aneh? Bar HP-ku juga terkikis sedikit demi sedikit. Jangan bilang ini sustain? Jika iya, aku bisa dead karena lasting damage!
[Sistem mendeteksi kandungan racun.]
Tuh, kan! Ini betulan sustain damage.
"Berikan idol sistem padaku selagi aku bersikap baik," kata wanita itu berdiri tepat di belakangku. Dari sini aku bisa merasakan pekatnya aura membunuhnya.
Matamu! Situ mau membunuhku, itu yang kau bilang sikap baik?!
"Kalau bisa aku sudah melakukannya, brengsek! Berhentilah menyerangku!!!!" Yang bisa kulakukan hanyalah mengulur waktu sambil memikirkan solusi untuk melawannya.
"Aku tahu caranya. Kau cukup diam di sana. Sudah lama aku menginginkan sistem itu. Kau beruntung mendapatkannya. Kau tahu—"
"Tak tahu dan tak mau tahu! Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan masa lalumu. Berhenti membuat flashback."
Kuusap darah di sudut bibir. Sial. Aku harus bertahan. Bar HP-ku sisa dua kotak. Kau pikir aku akan menyerahkan diriku begitu saja? Seorang (mantan) pro-gamer sepertiku kalah dalam duel PVP? Yang benar saja!
"Sistem, apa kau punya senjata—"
Sebuah payung terjatuh ke tanganku. Tatapanku berubah hampa. "Kau serius? Kau mau aku melawannya dengan payung? Kenapa tidak sekalian kasih aku salib saja."
"Matilah!" Wanita itu membidikku dengan ultinya. Kurasa burst-nya telah siap.
Tsk, aku tak punya pilihan. Kukembangkan payung itu. "Shop! Beli skill <Sharp Tone>!"
Aku berteriak nyaring, tapi ini bukan teriakan biasa melainkan teriakan dahsyat. Kaca-kaca gedung retak dan pecah, berjatuhan ke wanita itu. Dia kehilangan fokus karena menutup telinga yang pekak. Rupanya payung ini berguna! Aku bisa melindungi diriku dari puing-puing gedung yang berjatuhan laksana salju.
"Brengsek kau!" umpatnya.
"Bagus." Aku menerobos maju. "Shop! Beli pemukul bola kasti dan potion buff attack!"
Tongkat berayun dengan gaya sentrifugal ke kepala wanita itu yang masih kena stun oleh teriakankh. Bar HP-nya langsung menurun drastis sisa sekotak.
"Bagaimana sekarang, Nona Sistem??"
[Taruh tangan lawanmu ke dada dan panggil Status Window. Begitu pop-up miliknya muncul, hancurkan itu dengan tinjumu.]
"T-takkan kubiarkan... Sistem idola... milikku... Berikan padaku, keparat!"
"Diam kau! Kau yang pertama mencari masalah denganku." Aku berkonsentrasi. "Keluar, Status Window!"
Layar status wanita itu mengambang.
Seperti yang diarahkan oleh sistem, aku memukulnya dengan segenap tenaga. Lalu, terdengar suara 'prang' dan wanita itu pingsan. Seketika kubah Virtual Room-Break meleleh seperti hologram dan melakukan transisi ke dunia nyata.
"I-ini sudah selesai? Haa, brengsek. Kupikir aku hanya perlu bernyanyi dan menari. Sekarang aku harus melindungi diri dari System User yang menginginkan sistem idol punyaku... Uh..." Aku merobek pakaianku, membalut lukaku. "Dia akan baik-baik saja, kan? Dia tidak mati betulan, kan?"
[Ingatannya selama jadi player telah dihapus. Itu adalah hukuman kalah dalam duel player.]
"Hiy, ngeri juga." Aku beranjak berdiri, meninggalkan gang terkutuk itu. Tidak seperti di dalam Virtual Room yang sunyi, di sini berisik. "Shop, beli Health Potion—"
"M-Maehwa...?"
Aku membeku di tempat. "Kwon Ahram?"
Astaga! Dari sekian banyaknya manusia di Korea, kenapa harus Ahram? Lagian kok dia ada di wilayah Incheon? Kalau begini ceritanya, aku tidak bisa meminum Health Potion karena dia sudah terlanjur melihat tanganku berdarah-darah.
"M-Maehwa, kau harus lapor polisi!" katanya begitu lenganku selesai diobati dokter.
"Tak usah khawatir. Lagian tidak ada kamera cctv di sana dan aku tak mau masalah ini jadi kapiran. Empat hari lagi kita akan syuting. Kau mau aku terlibat skandal?" Ayo, sudutkan dia dengan mentalnya yang seperti anak ayam itu.
"T-tapi, bagaimana kalau kau diserang lagi?"
"Aku sudah bilang jangan khawatir kan. Itu artinya aku bisa mengatasinya... Oh?"
TV yang menggantung di dinding menampilkan episode kedua The Star Peak. Pasien maupun pembesuk menontonnya dengan antusias. Celaka. Bisa gawat kalau mereka melihat kami. Skandal yang ingin kuhindari pada akhirnya akan datang!
Kutarik tangan Ahram. "Kita pergi dulu dari sini. Apa kau sudah makan siang?"
~To be continued~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top