Chp 196. Jangan debutkan Han Maehwa
Hari ini adalah hari terakhir sebelum final. Suasana dalam pusat pelatihan sangat sepi, begitupun di mabes Scarlet. Setengah kru dikirim untuk menyiapkan panggung final di Dreampeek Sky Dome berjarak lima kilometer dari sana.
Kedua tim dibebaskan untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Mau refresing ke luar, latihan, pergi melihat ads, atau apa saja. Terserah! Trainee tidak dikekang.
Tim The Man memutuskan pergi ke stasiun untuk melakukan proof shoot ke fans. Bagaimanapun para penggemar mengeluarkan jutaan uang untuk memasang iklan-iklan tersebut. Jadi mereka hendak memberi ucapan terima kasih.
Beberapa anggota dari tim The Boys ikut serta bersama mereka untuk mencegah spoiler tim.
Maehwa tinggal di pusat pelatihan bersama Eugeum dan Ha-yoon. Mereka sibuk meniup balon foil berbentuk hati. Sejauh ini, mereka sudah meniup lima puluh balon merah.
Tidak disangka Eugeum punya sisi romantis. Secara keseluruhan, dia bertanggung jawab dalam penataan panggung. Balon-balon tersebut termasuk ke dalam atribut latar panggung.
Ha-yoon berhenti meniup, menghela napas lelah. Dia menatap Maehwa dan Eugeum yang bekerja dalam diam. Sebenarnya dari tadi tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara.
"ULULULU!" teriaknya tiba-tiba seperti kesurupan, mengejutkan kedua rekannya itu.
Maehwa tak sengaja meremukkan balon di tangannya. Eugeum lebih-lebih. Saat Ha-yoon berseru, tepat sekali dia sedang meniup balon. Alhasil balon itu meletus karena kelebihan angin.
"Sepi amat kayak kuburan. Nyanyi dong-"
Bonk! Dua buah benjolan berasap mencuat dari puncak kepala Ha-yoon yang menangis lebay. Padahal dia hanya mau mencairkan suasana. Tanpa Kangsan di sini, dia tidak bisa sendirian menghidupkan suasana yang sunyi.
"Ganggu saja." Eugeum melotot.
Ha-yoon mencibir. Di detik berikutnya, ilustrasi ekor anjing mengibas-ngibas di pantatnya. Dia menatap Maehwa antusias. "Pak Bunga! Pak Bunga! Apa kau sudah menentukan musik apa yang akan kau bawakan di final nanti?"
"Tolong berhenti memanggilku begitu..."
Maehwa mengusap wajah. Mengenai pertanyaan Ha-yoon barusan, dia masih menimang-nimang. Rencananya dia mau membawakan antara Nocturne Chopin op 9 no 2 atau Canon in D. Kedua musik itu sama-sama indah.
Rondo Capriccioso juga menarik ditampilkan. Tidak, tidak. Itu selalu susah. Maehwa sendiri kurang yakin dengan ingatannya. Nanti dia harus membaca buku partitur. Dia tidak boleh sombong dengan mengandalkan memori saja.
"Aku masih memikirkannya."
"Kau harus cepat, Pak Bunga. Ini bukan waktunya ragu-ragu. Besok sudah final lho. Aku begitu antusias sekaligus gugup dari tadi."
Kata orang yang hampir mau bunuh diri karena depresi dikuntit. Maehwa menghela napas. Setidaknya itu kabar baik jika Ha-yoon sangat bersemangat untuk perfomance. Jelas Ha-yoon dan Kangsan bintang utama di tim The Boys.
"Jadi kau akan memainkan piano atau biola?" celetuk Eugeum, selesai meniup balon ke-61.
"Biola," kata Maehwa mantap. Dia mungkin menyukai piano, namun biola sudah menjadi pasangannya untuk menghibur tetangga.
Eugeum senang dengan kepercayaan diri anak itu. "Kalau begitu haruskah kita istirahat makan siang? Sebentar lagi teman-teman akan kembali. Kita akan melakukan latihan terakhir."
"Kebetulan sekali aku sudah lapar!"
Ha-yoon seperti biasa bersikap kekanakan. Dia berharap akan tampil detik itu juga.
*
Latihan rutin benar-benar punya dampak nyata. Formasi tim The Boys sudah sempurna. Mereka bahkan bisa menarikannya tanpa iringan musik. Selain itu mereka juga menjaga kesehatan. Kan tidak lucu demam atau keseleo di hari final. Kangsan dan Siyoon benar-benar bekerja keras memeriksa rekan timnya, memastikan semuanya baik-baik saja dan dalam kondisi prima.
Maehwa duduk bersandar, meminum sebotol air dingin yang disodorkan Eugeum. Dia melirik jam. Sudah pukul delapan malam. Saat mereka fokus latihan, waktu cepat sekali berlalu.
"Ini mungkin yang terakhir kita memakai seragam latihan Star Peak," cetus Eugeum, terbayang-bayang perjalanannya selama ini.
Terakhir. Kata itu menjadi momok bagi semua orang. Tidak ada satupun yang siap dengan sebuah perpisahan karena akan selalu meninggalkan rongga kecil yang sesak di dada.
Tapi kita membutuhkan kata ending untuk membuat prolog baru. Sama seperti suatu buku yang halamannya habis ditulis. Kita akan melanjutkan kisahnya di buku baru.
Ini bukanlah akhir, justru awal dari semuanya. Lirik yang Maehwa buat sepertinya akan sangat mendukung suasana final.
"Kuharap kita debut bersama, Maeh. Sepertinya akan menyenangkan satu grup denganmu."
Maehwa tersenyum ambyar.
Entahlah dia bisa debut atau tidak. Posisinya saat ini tidak aman. Dia hanya bisa berharap pada Wintermoon mau sekali lagi berusaha menaikkan peringkatnya. Dia merasa berutang, namun tanpa Interstellar, dia bukan apa-apa.
"Oke guys!" Suara Ha-yoon memenuhi ruangan. "Karena besok sudah babak final, bagaimana jika Pak Bunga mengatakan suatu pesan untuk kita selaku leader tim The Boys? Waktu dan tempat dipersilahkan, Yang Mulia Maehwa."
Mereka tertawa melihat kelakuan menggelikan Ha-yoon. Ternyata dia sebobrok ini.
Maehwa menggaruk kepala. Bilang apa ya? Dia harus memberikan pesan yang membangunkan semangat rekan setimnya, namun dia tidak ahli dalam filsafat. Ini membingungkan.
"Etto... Mari kita perlihatkan ke Interstellar, para mentor, dan tim The Man semua yang kita persiapkan agar tidak ada penyelesalan."
.
.
Perusahaan Erstwhile merupakan perusahaan yang bertanggung jawab atas voting Star Peak. Karyawan di kantor tersebut super duper sibuk mondar-mandir menghitung bom vote yang terus masuk dengan berbagai akun. Ada yang dari dalam negeri, ada juga dari luar.
Hyde, salah satu karyawan yang punya kantung mata panda, akhirnya mendapat giliran untuk istirahat. Dia berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya untuk memejamkan mata dan membaringkan badan yang pegal karena duduk sekaligus memelototi layar komputer.
Baru saja dia masuk ke dalam kamarnya, dia tersentak kaget melihat penampakan seseorang berdiri di depan meja. Hyde mengucek mata, berdecak pelan setelah memastikan sosok itu bukan makhluk halus melainkan manusia.
"Apa yang kau lakukan di sini, Dongmoon? Aku yakin kau bukan salah satu pegawai di sini."
Dongmoon terkekeh. "Begitukah caramu menyapa teman yang sudah lama tidak bertemu? Aku masih ingat kau selalu mengikutiku saat SMA untuk dikenali ke perusahaan ini mengingat kau suka sekali hitung-menghitung."
Hyde mendengus, mengibaskan tangan guna mengusir Dongmoon yang bergeming. "Berhenti bertele-tele. Aku sudah membebaskanmu dari sel," katanya melepaskan jas kerja. "Omong kosong apalagi yang kau butuhkan dariku?"
Pria itu merangkul bahu Hyde. "Kau perlu menekan beberapa tombol untukku."
"Huh? Apa yang kau bicarakan?"
"Sebelum itu, ada di peringkat berapa anak bernama Han Maehwa?" tanyanya dengan kerutan kebencian di wajahnya. Menyebut nama itu hanya membuatnya marah.
"Oh, anak itu. Dia yang paling menyusahkan dari jenisnya. Seharian ini Interstellar mengirim ratusan clover dan suara kepadanya sampai jaringan sistem ngelag. Kalau tidak salah, dia di peringkat 4 pada peringkat real-time. Sudah jelas dia akan debut. Dia sangat disukai."
Wajah Dongmoon semakin tertekuk. Bocah sialan itu peringkat empat? Tidak masuk akal!
"Turunkan peringkat anak itu. Ini adalah permintaan terakhirku, Hyde. Aku berjanji takkan pernah mengganggu hidupmu lagi."
"Excuse me? Have you lost your mind, Dude? Bagaimana mungkin aku menurunkan peringkat seorang trainee terkenal? Perhatikan bung, peringkatnya naik lagi menjadi tiga."
"Kau tidak perlu menjatuhkannya terlalu jauh. Cukup turunkan ke angka delapan."
Hyde melotot marah. Jadi maksud Dongmoon, dia ingin merenggut kursi debut anak itu?! Tidak. Permintaannya terlalu gila. Mau dia berutang budi pada Dongmoon atau tidak, Hyde takkan mau melakukannya. Itu sangat tidak adil.
"Apa kau membutuhkan sesuatu? Oh iya aku ingat. Bukankah putri sulungmu seharusnya sudah kuliah tahun kemarin? Istrimu sampai melakukan pekerjaan ganda untuk mengumpulkan uang."
"Kenapa kau tiba-tiba membahas itu-"
Mata Hyde melebar melihat Dongmoon mengeluarkan sebuah amplop tebal, menyeringai. "Kau tahu kan aku kini bekerja di Apsaras Ent? Tahun ini kami akan mendebutkan grup baru. Gaji yang diberikan Erstwhile tidak cukup untuk menguliahi putrimu. Apa aku salah?"
Hyde melangkah mundur. "Kau..."
Dongmoon menahan langkah Hyde. "Jangan pedulikan hal lain, temanku. Pikirkan saja masa depan putrimu. Apa kau tidak kasihan dia tertinggal dari teman-temannya? Istrimu juga. Dia pasti susah payah bekerja serabutan. Belum lagi kelakuan pembeli dan atasannya."
Seringaian Dongmoon melebar melihat keraguan di air muka Hyde. Tekad pria itu sangat mudah digoyahkan jika bersangkutan dengan putrinya.
Hyde menyerah. "Apa yang kau inginkan?"
"Jangan debutkan Han Maehwa."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top