Chp 194. Bintang Paling Bersinar
Ini situasi yang ganjil dan menakutkan.
Bagaimana bisa Han Maehwa yang asli muncul di dunia nyata? Dia bukan manusia hidup! Dia hanyalah program komputer yang dirancang oleh developer sebagai avatar untuk digunakan para gamer!
Tidak salah lagi, ini pasti ulah sistem atau GM sialan. Karena efek sistem fantasi, program 'Han Maehwa' memiliki ego. Lalu dia membuat kesepakatan dengan Danyi untuk mengambil alih tubuh tersebut demi menyampaikan pesan kepada Im Rae.
Danyi, dasar brengsek. Kenapa dia tidak bilang apa pun dan memperingati jika tubuh itu akan dipinjam sebentar oleh program karakter Han Maehwa? Sialan.
Kepalan tangan Rae perlahan mengendur.
Tapi, jika anak itu memang hanya sebatas program dari lautan data, memangnya program bisa tersenyum lembut seperti itu? Mustahil AI memiliki hati, kan?
Berbeda dengan si cuek Rae, sosok yang ditonton trainee di depan layar terlihat manis dan polos sampai mereka bergumam kebingungan. Jangan-jangan Maehwa selama ini punya kepribadian ganda lagi.
"Apa itu benar-benar kau, Maeh? Kok... tatapannya kayak sedih gitu?"
Jangan ajak aku bicara. Aku juga bingung saat ini. Pengen bilang itu, namun dia memilih mengunci bibir rapat-rapat. Situasi ini sangat mengesalkan baginya.
Baiklah, lakukan saja sialan! Rae juga penasaran apa yang ingin dikatakan bocah ini padanya. Pasti umpatan dan caci maki telah mempermainkannya. Ini membawa Rae kembali ke awal dia memainkan Make Your Idol Shine. Dia mengorbankan segala hal supaya karakternya bisa debut.
Termasuk jika harus melakukan fitnah, kelicikan tiada tara, mengabaikan simpati, kebaikan, dan keadilan. Demi menang. Kemenangan adalah prioritas Rae.
"Umm... halo? Apa ini merekamku dengan jelas?" Maehwa bertanya dengan nada ragu-ragu, menggaruk pipi canggung.
Beberapa trainee menoleh ke Rae yang duduk tidak nyaman. Memangnya Maehwa biasanya berbicara lembut? Selama ini ucapannya terdengar seperti robot.
"Woah, ternyata Maeh anak yang pemalu. Tapi sekarang dia sangat dewasa." Kyo Rim berbisik. Untuk sesaat dia merasa Maehwa di layar dengan Maehwa di baris belakang merupakan dua orang yang berbeda.
"Ssst! Dia ingin mengatakan sesuatu!"
Maehwa menarik napas, menatap tepat ke kamera. "Halo, diriku di masa depan! Pertama yang ingin kukatakan adalah... aku tidak marah sama sekali."
Rae tertegun mendengarnya, mengangkat kepala dan memperhatikan layar. Seketika ruangan itu hanya dihuni Rae dan Maehwa. Seolah mereka sedang berbicara satu sama lain tanpa mempedulikan yang lain.
"Kau pasti mengira aku marah, kan? Hahaha, tentu saja tidak! Karena aku tahu, kau bertekad untuk membuatku debut. Impianmu untuk menjadi idol yang tak bisa kau capai... kau menyerahkannya padaku.
"Aku tahu, menjadi seorang bintang itu tidak mudah jalannya. Aku merasakannya. Betapa susahnya kau memikirkan peluang untuk berhasil, mengubah penolakan jadi penerimaan, mengubah persentase nol menjadi angka seratus. Kau melakukannya lagi-lagi. Setiap kali aku berpikir kau akan menyerah, kau kembali dengan ide baru.
"Ah, ini ternyata bukan tentang aku. Kau hanya berusaha mewujudkan impianmu lewat game karena gagal meraihnya di dunia nyata. Yang kulakukan hanya duduk manis menunggu instruksi darimu."
Kehilangan kata-kata. Rae hanya bisa menghela napas gemetar. Menangis pun rasanya tidak pantas. Dia terus melihat Maehwa yang tersenyum teduh.
"Satu hal yang memuaskanku, sekarang kau juga merasakan beratnya menjadi idola. Capek, kan? Latihan, latihan, dan terus latihan. Melihatmu ngos-ngosan itu benar-benar pemandangan lucu."
Rae terkekeh. Ternyata anak ini menonton sepanjang waktu dari balik layar sistem.
"Tapi aku melihatmu menikmatinya. Walau melelahkan, pada akhirnya hasrat untuk menjadi idol masih ada dalam dirimu. Aku harap kau terus memegang ambisimu dan impian kita untuk menjadi superstar.
"Kau bisa melakukannya, kan? Tentu saja bisa. Bunga maehwa bisa tuh tumbuh di musim dingin. Masa kita tidak bisa bertahan? Apa pun masalahmu di masa mendatang, aku yakin kau bisa melaluinya. Karena kita bunga maehwa yang kuat.
"Jadi yang ingin kukatakan adalah jangan lepaskan mimpimu. Kali ini wujudkanlah. Kau punya kekuatan untuk melakukannya. Tekad dan keberanian berjuang..."
"Hei, diriku di masa depan! Aku sudah menjadi bintang di duniaku. Kini giliranmu untuk mencapai puncak. Kau selalu menyombongkan diri sebagai gamer, kan? Kalau begitu kalahkan bos lantai terakhir. Temukan kebahagiaanmu yang baru."
Maehwa berdiri dari kursi, mengelus dagu.
"Oh iya, tampaknya kau kesulitan dalam tersenyum karena kau bukan tipe yang murah senyum. Kenapa kau pelit memberi senyuman sih? Bukankah kita tampan saat tersenyum?" tutup Maehwa menarik pipinya membuat senyuman perpisahan.
Layar menjadi gelap. Rekaman habis. Hening menyergap ruangan. Setiap trainee tenggelam dalam pikirannya. Antara tersentuh, terharu, bingung, semua perasaan emosional bercampur aduk.
Kru produksi yang memutar rekaman, menyeka mata yang berkaca-kaca. Mereka tidak menyangka ada peserta pelatihan yang begitu ingin menjadi idol bahkan sampai melakukan simulasi di game. Dia punya dedikasi tinggi dalam dunia hiburan.
Ise sudah menangis dari tadi, menatap trainee favoritnya dari ruangan sebelah. Itu benar-benar pesan yang emosional. Apalagi diakhiri dengan senyuman manis. Rupanya Maehwa punya sisi yang lembut.
Rae masih menundukkan kepala. Suara Han Maehwa yang asli masih terngiang di kepalanya seakan anak itu berbicara di depannya secara fisik dan langsung.
Rae sebenarnya mau menangis mendengar pesan Maehwa dan kenyataan dia tidak dibenci, namun dia menahannya. Dia tidak layak menangis. Jadikan setiap kata yang dilontarkan sebagai kekuatan pendorong.
Program apanya, sialan? Dia bukan hanya sekadar program. Dia adalah seorang bintang yang paling bersinar di langit.
Seseorang menampar pundaknya. Rae menoleh kesal. Entah sejak kapan Kyo Rim dan Jun-oh beringsut ke banjar terakhir, menatapnya dengan ingus berceceran.
"Sayang Bunga Maehwa banyak-banyak!" serbunya memeluk Rae yang jijik dengan cairan lengket mengalir di hidung mereka.
Jinyoung, Kangsan, Geonwoo, Ha-yoon, dan Eugeum ingin ikut memeluk. Tapi mereka tidak melakukannya. Menyimpan kekaguman mereka pada bunga Maehwa yang membumbung tinggi dalam hati.
Sekali lagi, Rae menatap layar yang sudah kosong. Tersenyum mantap.
Baiklah, jika itu maumu.
Festival menangis terus berlanjut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top