Chp 190. Selesaikan Dengan Cepat
Kangsan pun mulai bercerita. Saat cuti kemarin, dia menabrak seorang wanita dan membantu membereskan barang-barangnya yang berjatuhan karena merasa bersalah. Tidak ada hal aneh.
Kangsan pikir pertemuan itu berakhir di sana, namun mereka kembali bertemu di hari terakhir cuti. Wanita tersebut mencarinya untuk mengucapkan terima kasih. Kangsan bilang tidak apa-apa karena dia lah yang salah menabraknya sekaligus terheran-heran, bagaimana wanita itu bisa tahu alamat tempat tinggalnya.
Tapi Kangsan enggan berpikir aneh-aneh. Dia masih positif mengira wanita itu bela-belain mencarinya tanpa maksud tertentu.
Lalu masalahnya menjadi serius ketika syuting episode terakhir dimulai. Wanita itu menerornya di Kakao, dan lagi-lagi entah bagaimana cara dia bisa tahu ID Kangsan padahal dia jarang umbar nomor pribadinya ke orang lain. Jinyoung juga tidak mungkin menyebarkan privasinya.
Sekali lagi Kangsan menghiraukannya, fokus pada final di depan mata. Lalu tadi subuh wanita itu memberinya pesan hendak menyampaikan sesuatu yang penting. Bagus, Kangsan juga mau berbicara dengannya supaya berhenti mengganggunya.
"Dia bilang, aku menghamilinya."
Uhuk! Maehwa tersedak kuah ramyeon, memukul pelan dadanya untuk menghentikan batuk. Dia menatap kaget Kangsan yang menundukkan kepala. Barusan, dia bilang apa? Hamil...?
"T-tentu saja aku tidak melakukannya! Percayalah padaku, Kak Maeh! Mana berani aku melakukan hal kotor begitu di saat aku ingin debut. Aku bahkan tidak ingat pernah tidur dengannya. Aku juga menjaga pola makananku dan menjauhi alkohol."
"Ssst! Pelankan suaramu!" Maehwa bergegas menutup mulut Kangsan, melirik kamera di langit-langit kamar. Bisa gawat itu kerekam.
"Tadinya aku ingin meminta bantuan Jinyoung, namun anak itu lagi senang-senangnya. Aku tidak ingin menyeretnya ke dalam masalahku."
Maehwa menghela napas pendek. "Bagaimana kau tahu kalau wanita itu juga stalkernya Ha-yoon?"
Pemilik nama menggebrak permukaan meja membuat ramyeon Maehwa hampir tumpah jika dia tidak segera menyambarnya. Ha-yoon berdiri, menatap Kangsan yang muram dan frustasi.
"Modus kejahatannya sama persis. Aku pernah menolongnya mengambil serialnya di swalayan karena raknya terlalu tinggi dan aku diteror lewat chat seperti Kangsan. Wanita itu juga mendatangiku dengan bilang aku telah membuatnya hamil setelah aku mengabaikannya berhari-hari. Tidak salah lagi, dia adalah stalker yang sama."
Wow, itu terdengar mengerikan. Tiba-tiba dituduh menghamili seseorang. Begitu tercium oleh wartawan, tamat sudah masa depan calon idola.
"Bukankah Kak Ha-yoon bilang remaja misterius yang menolong kakak akan mengurus sisanya? Kenapa kasusnya jadi melebar begini? Atau jangan-jangan dia adalah bawahan wanita itu."
"Aku tidak tahu. Sepertinya telah terjadi sesuatu. Yang penting kita harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin sebelum final."
Ha-yoon benar. Semakin ditunda, entah apa yang akan dilakukan wanita gila itu. Bisa saja dia membuat kontroversi tentang Kangsan yang berpotensi membuatnya didiskualifikasi.
Sial, Maehwa tidak bisa tinggal diam. Masa dia tega membiarkan Kangsan yang telah berusaha keras sejauh ini dikeluarkan dari acara hanya karena fitnah seorang wanita.
"Maeh, apa kau punya ide?"
"Kita harus menemukan bukti dia seorang stalker menyeramkan dan menyerahkannya ke polisi. Dia pasti menyimpan sesuatu di rumahnya. Maka..."
Kangsan mengangguk, peka pada maksud Maehwa. Dia akan mengajak wanita itu ketemuan dan memancingnya menunjukkan rumahnya. Kangsan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Usahakan tulis alasannya senatural mungkin. Jangan sampai dia curiga padamu. Gunakan kebohongannya menjadi alasan untuk bertemu."
Kangsan mengangguk lagi mendengar nasehat Ha-yoon yang ikut menyempil dengan Maehwa.
- Aku telah memikirkannya matang-matang. Masalah kehamilanmu, aku akan bertanggung jawab. Bisakah kita bertemu? Karena aku seorang trainee, aku tak bisa bertemu di tempat terbuka.
Mereka bertiga menunggu beberapa saat.
- Mari kita bertemu di apartemenku, Sayang! ♥︎
Wanita gila itu mengirimkan sebuah alamat. Dia tinggal di salah satu hotel Cheongdam-dong. Ha-yoon mengepalkan tangan. Yes! Dia memakan umpannya. Dulu Ha-yoon takut sekali dengannya, namun bersama teman-teman, dia akan melawan.
"Rencananya begini, Kangsan jangan langsung masuk ke dalam. Lakukan apa pun yang kau bisa untuk membuatnya teralihkan dari apartemennya. Kami akan memanfaatkan celah itu untuk menyelinap masuk, memfoto apa saja yang kami temukan, kemudian pergi. Kami akan memberi sinyal agar kau segera menyusul kami. Paham?"
Ha-yoon dan Kangsan mengangguk mantap. Untuk sesaat, mereka berpikir Maehwa salah seorang panglima atau penasehat perang di kehidupan sebelumnya. Dia pandai membuat strategi.
"Tampaknya kalian akan bersenang-senang."
Pergerakan mereka bertiga yang sedang bersiap-siap untuk bertemu wanita stalker refleks terhenti mendengar celetukan menyebabkan itu. Maehwa menoleh malas, mendapati sosok Jun-oh bersandar di bingkai pintu depan. Dia tersenyum.
"Keberatan aku join? Aku detektif yang cermat."
*
Bukan ide buruk mengajak Jun-oh bergabung ke misi menangkap stalker. Meski Kangsan terlihat baik-baik saja, dia tetap gemetaran begitu hadap-hadapan dengan wanita tersebut.
Maehwa memperhatikannya dari kejauhan. Dia... terlihat sangat normal. Rambutnya hitam klimis, panjang sepunggung, dan cantik. Sepertinya dia punya penyakit skizofrenia atau kejiwaan lainnya hingga berdelusi orang-orang yang membantunya adalah sosok yang membuatnya hamil.
Biasanya kasus beginian bermula dari trauma. Apa dia ditinggalkan saat mengandung? Tidak, pertanyaannya adalah: apa dia betulan hamil?
Jun-oh sengaja menyenggol bahu Kangsan, memulai pertengkaran. "Oi, apa-apaan kau?"
Oh! Kak Jun-oh sedang membantuku! Seketika Kangsan mendapatkan keberanian. "Paman yang apa-apaan. Nggak lihat kami sedang berbicara? Sudah nyenggol orang, nggak minta maaf pula."
"Apa katamu, brengsek?! Apa aku terlihat setua itu??" Jun-oh sialan malah betulan marah.
Peduli setan dengan akting atau tidak. Bagi Kangsan, Jun-oh sudah kelewatan batas. Dia balas menarik bajunya. "Kau pikir hanya kau saja yang bisa mengumpat? Aku juga bisa, bajingan!"
Ha-yoon dan Maehwa menatap pemandangan konyol itu dengan ekspresi yang sulit didefinisikan. Hah, mereka sedang ngapain sih? Disuruh akting untuk mengelabui si stalker, justru ribut satu sama lain. Selepas pulang nanti, akan Maehwa jitak!
"Hentikan!" Wanita itu akhirnya bergerak meninggalkan apartemennya, menarik Kangsan untuk menjauhinya dari Jun-oh sebelum mereka sungguh-sungguh berkelahi. "Jangan bully dia!"
Bagus! Celah yang ditunggu akhirnya terbuka! Dia mengabaikan pintunya yang masih terbuka.
"Ayo!" bisik Maehwa, mengeratkan topinya.
Dia dan Ha-yoon mengendap dengan langkah pelan, menyelinap masuk ke dalam apartemen. Sekarang adalah tugas mereka menemukan bukti selagi Kangsan dan Jun-oh mengulur waktu.
Di sisi lain, di depan apartemen lokasi Maehwa dan teman-temannya saat ini, seseorang berdiri di rooftop toko kue yang telah tutup. Menonton semua adegan itu lewat teropong. Angin malam menghembus rambut hitamnya yang berantakan.
Sosok itu menurunkan teropongnya, selesai mengamati. Dia tersenyum misterius. "Bagus. Semuanya terjadi seperti yang kuinginkan."
Mata birunya berkilau oleh cahaya bulan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top