Chp 187. Bermain Piano atau Biola?
Sore hari, dua tim final saling berdiskusi di ruangannya masing-masing. The Man sibuk membicarakan pembagian part. Sedangkan The Boys mengeksekusi kembali konsep awal lagu.
Pretty Feeling menceritakan anak laki-laki yang malu-malu mengungkapkan perasaannya ke seorang perempuan sepulang sekolah. Tapi liriknya terhenti di bagian refrain, saat si cowok yang dimaksud hendak menemui si perempuan.
Bagaimana cara meneruskannya? Karena musiknya ceria sampai akhir, sudah jelas tujuan Wondrous Night membuat lagu ini adalah menyampaikan perasaannya pada fans yang merujuk pada subjek perempuan dalam liriknya.
Ini membuat Maehwa sadar jika dia keseringan mendapatkan lagu tentang cinta.
"Sudah kuduga!" Ha-yoon menepuk tangan. "Karena ini adalah final, sebaiknya kita memberi pertunjukan emosional. Interstellar akan larut dalam suasana dan menangis. Mereka menemani kita selama ini seperti membesarkan bayi."
Ahyun mengangguk-angguk. "Ide bagus."
Siyoon yang ditendang oleh Lantern ke tim Pretty Feeling, mengelus dagu. Jika mereka memakai konsep emosional, artinya mereka akan mengubah suasana lagunya. Misalkan si cewek yang ditaksir menolak cintanya.
"Bagaimana menurutmu, Maeh?" Eugeum bertanya. Tak dapat dipungkiri anak itu sedang bersemangat dan antusias walau wajahnya datar. Dia tidak sabar menunggu cetusan ide Maehwa.
Tim Pray mendapatkan sorotan di Evaluasi Produksi, dan Maehwa punya ikut campur banyak dalam memproduseri lagu dan konsepnya. Jelas mereka ingin menanyakan persepsi pria itu.
Maehwa menggaruk kepala. Sebenarnya dia tidak ingin memunculkan konsep emosional lagi. Dia tidak tega membuat penggemar menangis melulu sekaligus trauma diperlakukan seperti anak kecil.
"Guys!" Kangsan selesai mencari referensi, membantu Maehwa yang diam menimbang. "Bagaimana kalau kita menerapkan konsep final musim sebelumnya? Mereka melakukan ajang pamer bakat dengan bermain alat musik."
"Pamer?" ulang mereka serempak.
Dengan keterampilan yang peserta pelatihan dapatkan sepanjang episode, final adalah waktu yang baik untuk memamerkan semua yang dipelajari. Toh, tidak ada evaluasi sementara. Mengejutkan para mentor sepertinya menarik.
Dasar anak-anak ini. Mereka malah sibuk memikirkan konsep padahal liriknya masih kosong. Tapi, topik obrolan mereka memberi Maehwa ide. Jika mereka menggunakan acuan dari musim sebelumnya, senior yang debut oleh program Star Peak akan merasa terhormat.
Gagasan Ha-yoon juga layak dipertimbangkan. Masalahnya adalah timingnya. Kebanyakan idola tidak memulai konsernya dengan lagu emosional yang hanya akan meredam suasana. Tapi untuk membuat Interstellar merasa terharu karena sudah bersama Star Peak selama ini, memang ide bagus menambahkan elemen emosional.
Bagaimana... bagaimana cara memadukan semuanya? Mereka butuh pembukaan yang epik, dilanjutkan pertunjukan menggemaskan, lantas diakhiri dengan kenangan menyentuh hati.
Aneh. Hasrat untuk mencacatkan lagu Wondrous Night berdenyar dalam hati Maehwa. Dia benar-benar tidak nyaman dengan grup itu.
"Tapi, apa kita punya orang yang bisa bermain piano di sini?" Ahyun menyebut masalah baru.
"Aku akan mencobanya!"
Ha-yoon berkata dengan ekspresi yakin, melangkah menuju instrumen mahal itu dan duduk di depannya. Maehwa baru tahu ada piano berwarna putih di dalam ruangan.
Baru beberapa detik Ha-yoon memainkannya, gendang telinga anak-anak itu berdarah. Kaca jendela pecah—oke, ini terlalu berlebihan. Sial! Apakah setan baru saja menggelar konser?!
"Berhenti! Kau merusak telinga kami! Padahal kami sudah percaya karena kau pasang wajah serius."
Ha-yoon cengengesan. "Eh, apa seburuk itu? Ibuku bilang jangan pernah menyentuh piano lagi karena yang mendengarnya bisa tewas..."
"Itu bukan pujian, tapi peringatan."
Lengang sejenak. Akhirnya tawa Kangsan lepas karena kepolosan sekaligus kebodohan Ha-yoon yang masih asyik menggaruk kepala. Lainnya ikut tertawa, menepuk-nepuk pundak Ha-yoon.
Kecuali Maehwa. Dia mendekati instrumen musik gagah berkilau oleh mentari sore lembut itu, menyentuh dan mengusap bagian lid-nya yang licin. Benda itu membawa kenangannya bersama Nona Kimi yang selalu bermain piano untuk anak-anak panti Mujigae setiap malam minggu.
"Kak Maeh bisa bermain piano?" tanya Kangsan, memperhatikan tingkah laku Maehwa yang sendu.
Maehwa menggeleng. "Tidak. Sudah tidak lagi. Tapi..." Matanya melirik biola yang tersandar tak jauh dari piano. "Mungkin aku bisa memainkan ini," lanjutnya mengambil alat musik dawai itu.
Anggota The Boys saling tatap antusias. Maehwa bisa bermain biola? Itu fakta terbaru! Mau tak mau mereka duduk di lantai, menonton pria itu yang menyampirkan badan biola ke pundaknya.
Maehwa menatap ragu-ragu stick di tangannya. "Aku sudah lama tidak memegang biola. Jadi jika tidak bagus, cepat beritahu aku untuk berhenti." Dia tidak ingin membuat pertunjukan piano yang dilakukan Ha-yoon tadi menyakiti telinga rekan setimnya dan kameramen yang merekam.
Mereka mengangguk, mengacungkan jempol.
Dia menarik napas dalam-dalam, memilih satu musik klasik yang sekiranya mudah. Karena ini kali pertama dia memainkan biola setelah sekian lama, tidak usah melakukannya dengan agresif. Yang pelan, rileks, dan terdengar umum di telinga.
Melodi indah yang dihasilkan dari gesekan senar biola mengalun di ruang latihan. Anggota Pretty Feeling tersentak, termasuk kameramen yang gagal fokus. Irama ini, mereka mengenalinya.
Tidak salah lagi, ini River flows in you.
Cahaya jingga matahari sore masuk melalui tirai yang menari-nari oleh embusan angin sepoi-sepoi, menciptakan spotlight darurat untuk Maehwa. Itu pertunjukan spontan, tapi membuat terpesona semua orang yang menonton.
Maehwa menghela napas panjang begitu permainannya selesai, mengangguk puas. Bagus, kemampuannya belum berkarat karena keasyikan menekan tombol-tombol keyboard.
"Bagaimana menurut kalian—?!"
"Sekali lagi! Tolong mainkan sekali lagi! Suara biola memang sangat indah didengar di sore hari!"
Maehwa menelan ludah. Rekan setimnya dan kameramen justru berdesak-desakan memintanya agar memainkan lagu lain. Para kameramen seolah lupa dengan pekerjaannya, membiarkan kamera di penyangga merekam mandiri.
"Huhuhu!" Ha-yoon yang lebay plus dramatis, menggosok mata yang berair. "Permainan biola Maeh amat merdu. Kita memang harus menambahkan elemen ini ke perfomance final."
Eugeum berdeham. Itu memang terdengar indah. Tapi, kenapa mata Maehwa tertuju pada piano? Dia terlihat tidak senang dengan pujian mereka.
Sebenarnya anak itu ingin bermain piano, kan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top