Chp 183. Bye Bye Rumah
Liburan telah berakhir. Waktunya kembali syuting. Memang singkat, namun Maehwa senang menghabiskan hari dengan bermain bersama Dain dan Dahlia yang setuju akan menonton final.
Maehwa mengandeng tasnya, sekali lagi menoleh ke kamar yang sudah bersih kinclong. Padahal dulu sebagai Im Rae, dia jarang bersih-bersih karena sibuk menyiapkan konten video. Tapi semenjak tubuhnya berganti, dia mempelajari kekurangannya dan memperbaiki sifatnya.
Ada banyak hal terjadi selama tiga bulan terakhir dan semuanya bermula di kamar ini. Terbangun sebagai karakter game yang ditarik keluar dari dunianya lantas dipaksa menjadi idol jika ingin mengetahui kebenaran. Belum lagi serangkaian masalah terus-menerus datang kepadanya.
Entah bagaimana, Maehwa berhasil mencapai final meski sudah dihujani masalah yang ribet.
Ini hari terakhirnya di motel Banana. Jika dia betulan debut, dia akan mulai tinggal di asrama yang disiapkan oleh Scarlet. Jika dia gagal, maka tujuannya sudah jelas alam baka. Maehwa sudah pernah mati sekali. Sepertinya dia takkan takut kalau harus berangkat ke akhirat.
"Bye-bye rumah. Terima kasih."
Maehwa menepuk-nepuk dinding tua, menuruni tangga besi. Bergegas menuju halte agar tidak keduluan oleh bus. Kyo Rim mengirim chat jika syutingnya dimulai pukul sembilan. Masih agak lama, namun Maehwa tidak mau terlambat.
Beberapa pelajar sekolah di halte meliriknya yang berpakaian seperti roti lapis. Maehwa rela memakai baju bertumpuk demi menghindari keributan di pagi hari yang segar. Dia ingin pergi ke gedung Scarlet dengan tentram.
Terlebih suasana musim gugur sudah mulai terasa. Pagi ini suhunya cukup dingin. Tidak ada ruginya Maehwa memakai baju ganda.
Setibanya, Maehwa disambut oleh Jun-oh dan Geonwoo. Mereka sepertinya janjian untuk menunggu Maehwa di depan gerbang dan masuk ke gedung asrama bersama-sama.
"Pagi ini temperaturnya rendah, bukan?"
Geonwoo manggut-manggut, menggosok telapak tangan. "Musim gugur hampir tiba."
Tidak banyak percakapan terjadi. Mereka hanya saling melempar topik apa saja yang mereka lakukan selama cuti tiga hari. Maehwa menjawab satu dua patah kata lalu berdeham. Lalu ulangi.
Setibanya di aula sentral, teman-teman lain sudah menunggu. Jinyoung melambaikan tangan. Anak itu tampak ceria pagi ini, sama halnya dengan Kangsan dan Kyo Rim—ah, dia selalu hiperaktif.
Tapi yang tidak terduga itu adalah wajah Ha-yoon kembali cerah seperti sedia kala. Tidak ada lagi muka muram merana atau kantung mata panda. Seolah beban di pundaknya sudah hilang.
"Kau baik-baik saja?" Maehwa bertanya.
Ha-yoon mengangguk cepat. "Sangat baik!"
Tentu ini membuat Maehwa bingung. Jun-oh dan Kyo Rim di sebelahnya juga saling tatap kikuk. Bukankah beberapa hari lalu dia terlihat seperti orang yang ketiban utang miliaran?
Kangsan si paling peka perubahan ekspresi orang lain, segera menjelaskan. "Kak Ha-yoon bertemu dengan seseorang yang luar biasa."
Kyo Rim menatapnya. "Siapa?"
Giliran Ha-yoon yang menjawab. Dia menggeleng. "Aku tidak tahu. Dia tiba-tiba datang lalu bertanya apa aku dikuntit seseorang. Aku jawab iya. Lalu, lalu, dia membawaku ke rumah sakit untuk melakukan tes darah dan bilang: Sisanya serahkan padaku. Kakak bisa beraktivitas seperti biasa."
Ternyata masalah berat yang menimpa pria ini adalah penguntitan. Maehwa sudah punya dugaan sih bahwa Ha-yoon di-stalker. Tapi kenapa Maehwa tidak yakin ya masalahnya selesai begitu saja? Ha-yoon depresi sampai mau bunuh diri lho. Ini bukan sekadar penguntitan biasa.
"Bagaimana dia tahu kau terlibat masalah?"
"Entah, tapi aura anak itu sangat keren!"
Jun-oh mengusap wajah. "Ha-yoon, kau tidak bisa percaya pada orang yang baru kau kenal. Apa dia memberitahu namanya padamu?"
Ha-yoon menggeleng lagi. Remaja itu langsung pergi begitu saja. Sepertinya dia tipe yang malas bicara panjang lebar. Tapi Ha-yoon yakin dia bukan orang Korea karena bahasa inggrisnya sangat fasih. Dia dari luar. Amerika atau Inggris.
"Dia seratus persen bukan orang jahat kok."
"Bagaimana kau bisa yakin sekali?"
Karena anak itu bergerak cepat. Saat Ha-yoon melaporkan dia di-stalker ke kantor polisi, mereka sangat lamban mengerjakan kasusnya. Harus mengisi formulir dan semacamnya. Tapi anak itu segera melakukan sesuatu setelah Ha-yoon menceritakan segala keluh-kesahnya.
Ha-yoon tidak menjawab pertanyaan Kyo Rim sebab mentor telah naik ke panggung. Meski mereka belum datang, Ha-yoon juga tidak berniat menjawabnya. Biarkan saja itu jadi rahasianya.
"Selamat pagi, peserta pelatihan." Yihyun menyapa. "Jumlah kalian sangat kecil. Dan akan semakin bertambah kecil. Hal ini menekankan bahwa kalian benar-benar sudah mendekati final."
Dulu beberapa trainee pasti ada yang gelisah, namun seiring berjalannya waktu, mental mereka sudah terasah dengan baik selama perjalanan di Star Peak hingga mereka tidak lagi merasa cemas.
"Masih ada seminggu lagi sampai tujuh orang dari kalian berkelana ke dunia lain. Ke dunia idola yang sebenarnya. Jauh lebih luas daripada Star Peak."
"Tapi, kalian masih harus menyempurnakan penampilan terakhir." Ados melanjutkan briefing. "Kru kami telah menyiapkan tantangan final selama kalian libur dinamakan Evaluasi Debut."
Dua kata yang disebut Ados efektif membuat para trainee menyimak dengan serius. Mereka sudah siap dengan kompetisi selanjutnya.
"Sebelum itu, untuk menentukan pembentukan tim, mari kita lihat peringkat kalian saat ini. Tidak perlu khawatir peserta pelatihan, ini hanya peringkat sementara yang nilainya akan berubah kapan saja sampai hari final tiba."
Layar besar di hadapan trainee menyala membuat mereka silau. Layar menampilkan gambar urutan nama-nama 20 kontestan tersisa yang disusun dengan bentuk gambar saham.
1. Do Jinyoung
Mereka menoleh ke Jinyoung yang mengusap tengkuk. Anak itu benar-benar tidak pernah bisa lepas dari singgasana pertama sejak misi konsep. Tidak pelak lagi peluangnya debut 99%!
2. Go Ha-yoon
Oke, ini hasil yang mengejutkan. Maehwa berpikir itu adalah Kangsan, ternyata Ha-yoon. Sepertinya fansnya paham alasan Ha-yoon tidak bisa tampil secara prima di beberapa kali kesempatan karena ada sesuatu. Di misi produksi, jelas Ha-yoon mendapatkan sorotan yang banyak.
3. Choi Kangsan
Maehwa melirik anak itu. Peringkatnya turun satu, namun dia tidak peduli. Dia hanya mengusap pangkal hidung senang bisa menjadi tiga besar. Saling tos dengan Ha-yoon yang menyengir. Mereka berteman baik sejak insiden misi produksi.
4. Moon Jun-oh
Sama seperti Jinyoung yang tidak pernah pergi dari kursi pertama, Jun-oh juga selalu berada di ambang lima besar. Kalau tidak empat, ya nomor lima. Paling banter peringkat enam.
Maehwa mengusap dahi yang berkeringat membuatnya lupa, tidak wajar berpeluh saat suhu cuaca sedang rendah. Bukankah ini seharusnya namanya muncul? Dia tidak berharap bisa mendapat ranking tinggi. Biarkan itu menjadi milik orang-orang mengerikan seperti mereka.
5. Im Eugeum
Lelaki itu cemberut, mengabaikan sikutan Jun-oh yang menggodanya. Mereka bertaruh siapa yang peringkatnya paling tinggi. Eugeum yakin dia mengerahkan yang terbaik. Tapi sial, Jun-oh merupakan lawan yang sangat tangguh.
6. Woo Geonwoo
Anak itu mencicit senang, berpelukan dengan Jinyoung dan Kangsan. Geng 18 tahun. Geonwoo tidak percaya dia mampu bertahan sejauh ini dari yang awalnya sering ditegur Ados karena payah menari, kini mampu meraih peringkat enam. Ados di kursinya ikut tersenyum melihat aksi kecil itu.
Tapi ada seseorang yang sedang panik di barisan mentor. Siapa lagi kalau bukan Ise?
Wanita itu menatap gugup layar yang sedang menghitung suara dari Interstellar untuk memunculkan trainee selanjutnya. Berikutnya pasti nama Maehwa, kan? Tidak mungkin Maehwa tidak masuk ke dalam kandidat anggota debut.
Kalkulasi selesai. Layar berkedip cepat.
7. Song Kyo Rim
Seharusnya Kyo Rim mengepalkan tangan senang, seharusnya dia sudah ikut bergabung dengan Jinyoung, Kangsan, dan Geonwoo. Dia tidak percaya dia mendapatkan posisi ketujuh. Tapi perasaannya sangat ambyar saat ini.
Beberapa orang menatap prihatin Maehwa yang mengembuskan napas panjang. Bahkan sampai peringkat 10 diumumkan, tidak ada tanda-tanda nama Maehwa muncul seolah dia tenggelam.
Namanya baru muncul di peringkat 14.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top