Chp 176. Kau Harus Debut

Ketika Maehwa masuk ke pusat pelatihan bersama Kangsan dan Ha-yoon, energi suram melingkupi ruangan itu. Separuh trainee menundukkan kepala dengan ekspresi murung. Tidak tahu bagaimana nasib mereka untuk ke depannya. Akankah keluar atau bertahan dengan ajaib. Separuhnya lagi patah hati.

Mereka bertiga berpisah, meluncur menuju timnya masing-masing. Maehwa menatap anggota tim Pray yang tersenyum pahit ke arahnya. Mereka tidak tahu pilihan Maehwa, jadi hanya bisa memberi senyuman ambyar. Mereka juga tidak berhak menghakiminya. Membuat pilihan adalah pekerjaan terberat.

Yihyun naik ke panggung membawa amplop berisikan nama-nama trainee yang akan pulang malam ini. Sulit menebak isi pikirannya, dia terlihat lelah dan tidak tega. Melodi sedih mengalun di ruangan itu menambah kemuraman. Mereka sengaja benar membuat penonton menangis di episode berikutnya.

"Para pemenang individu telah membuat keputusan. Hari ini mungkin perjalanan terakhirmu di Star Peak. Tapi masa depanmu masih terbuka lebar."

Trainee menjadi emosional begitu Yihyun berbicara. Tapi tidak dengan Maehwa yang ingin acaranya cepat-cepat selesai supaya dia bisa pulang. Ini sudah jam sepuluh. Dipikir orang-orang tidak lapar apa? Maehwa hanya ingin tidur secepatnya.

Omong-omong karena dia akan keluar, bagaimana nasib Wintermoon ya? Terutama Yeosu yang sampai berkelahi dengan ayahnya demi mendukungnya. Terutama mereka yang sudah mengeluarkan jutaan won untuk mempromosikan Maehwa.

"Maeh, kau tak perlu tertekan."

Maehwa menoleh ke Kyo Rim yang mengacungkan jempol. Senyum yang menunjukkan mereka baik-baik saja siapa pun yang Maehwa pilih.

Lihat Danyi? Anak-anak ini mengejar impiannya dengan tekun. Rasanya kurang ajar menumbalkan salah satu dari mereka. Jika alam baka mempunyai lowongan pekerjaan, Maehwa akan senang hati menerimanya untuk tetap menyemangati mereka.

Yihyun memulainya dengan ligat. Trainee yang terpanggil seketika menangis sambil memeluk teman-temannya sebelum naik ke panggung untuk mengucapkan kesan pesan terakhir.

Maehwa menatap Jinyoung yang gemetar menahan air mata. Jun-oh berusaha menghiburnya, namun dia sendiri juga sama sedihnya. Ada banyak peserta pelatihan berpeluang debut di timnya. Pasti sangat berat untuknya memilih siapa yang dikeluarkan.

Maehwa tidak mengenal dua trainee lainnya, namun dia melihat Hong Jo bergabung ke deretan trainee yang berangkat pulang. Dia tersingkirkan. Tidak berani menatap siapa-siapa. Hanya menatap lantai.

Sepertinya Maehwa akan pulang bersama mantan anggota timnya malam ini. Tapi seingat Maehwa, Hong Jo masih di bawah umur. Dia tidak bisa mengajaknya mabuk-mabukan menghibur diri.

Di tim Ha-yoon dan Kangsan, yang keluar menerima keputusan dengan lapang dada. Justru dia ikut senang Ha-yoon memilih bertahan. Dia tidak layak bertahan sebab memiliki kekurangan di berbagai aspek dan kurang bekerja keras.

"Selanjutnya, untuk timnya Maehwa..."

Napas tim Pray langsung tercekat. Tahu-tahu sudah giliran mereka saja. Yihyun menatap anggota tim Pray terutama Maehwa yang tenang.

Setelah ini sebelum mati, Maehwa harus mengtraktir Dahlia dan Dain, lalu bilang minta maaf pada Wintermoon belum bisa mewujudkan impian mereka. Di akhirat nanti Maehwa akan membayar ganti rugi.

Meski begitu Maehwa mengangkat kepalanya percaya diri. Dia sudah menjadi ikonik di Star Peak. Apa yang perlu disesali? Dia mati dengan tenang. Urusan misteri kematian Im Rae... biarkan sajalah.

Suatu hari nanti pasti ada yang mengusut kasusnya. Seseorang yang peduli pada keadilan. Atau briliannya detektif terkenal dari Amerika itu mencium kasus dingin dan mengungkap kebenarannya. 

"Silakan bergabung bersama kami, Kim Haedal."

Saat Maehwa tidak mengharapkan keajaiban apa pun, kekuatan ketulusan dan kebaikan selalu berhasil mencungkil kuncinya di detik terakhir.

Dia dengan cepat menolehkan kepala ke Haedal yang memberikan salam peace padanya, tersenyum lebar seakan tidak terjadi apa-apa. Haedal maju ke depan mengabaikan tatapan menuntut pria itu.

Bagaimana bisa?! Jelas-jelas Maehwa menulis namanya. Kok jadi bertukar dengan nama Haedal? Apa terjadi kesalahan? Tidak. Maehwa sendiri yang menaruh surat itu ke dalam kotak...

Detik itu juga ingatannya kembali ke petugas yang membawa kotak. Maehwa tahu kalau ada yang berbeda dari tinggi badannya, tapi menghiraukannya. Masa sih Haedal nekat menyamar untuk menukar kartunya dan mengorbankan diri sendiri.

Maehwa hendak meminta penjelasan, namun Haedal lebih dulu sampai di sebelah Yihyun.

"Tes 1,2,3... Oke masuk. Aku benci basa-basi jadi aku akan mengatakan inti sarinya. Sebenarnya aku tidak begitu ingin menjadi idola. Aku melakukannya hanya untuk menyalurkan hobiku semata. Jadi aku minta maaf sebesar-besarnya dan berterima kasih pada Interstellar yang mendukungku."

Haedal membungkuk pada kamera. Tersenyum gentle. Tidak ada sedikitpun kekhawatiran atau kesedihan tercetak di parasnya. Entahlah dia sedang berbohong atau mengatakan yang sebenarnya.

"Lalu ucapan terima kasih selanjutnya kuberikan pada teman sekapalku. Dua minggu itu singkat, namun aku sangat menghargai waktu kita latihan dan membuat koreografi bersama-sama. Apalagi saat tampil. Aku sama sekali tidak menyesal akan pulang. Kyo Rim, Dowoo, Lantern, kita akan segera bertemu lagi. Atau kalian bisa tersingkir menyusulku agar kita bertemu kembali dengan cepat."

Ketiga orang itu tertawa sambil mengusap mata yang berkaca-kaca. Padahal suasananya sedih, namun Haedal melemparkan guyonan.

"Dan terakhir untuk Maehwa..." Haedal menatap canggung Maehwa yang kentara kesal di tempatnya, tersenyum kikuk. "Terima kasih atas perfomance mewah yang kau berikan, Maeh. Tanpamu aku takkan punya kenangan luar biasa di acara ini."

Maehwa tidak menjawab. Mendengus dingin.

"Kau tahu? Aku selalu berpikir kau lebih tua dari kami, dari semua orang di sini dalam hal penilaian, kebijaksanaan, dan rasionalitas. Bahkan sampai tidak mempedulikan diri sendiri. Kau mungkin kesal dan tidak mau berbicara denganku saat ini, namun aku akan mengawasimu di lapangan. Aku menaruh ekspetasi tinggi padamu, jadi pastikan kau debut."

Rasa jengkel Maehwa lambat laun meredup. Ini hanya bukan sekadar kalimat basa-basi busuk untuk mencairkan suasana. Haedal tulus mengatakannya.

"Ini adalah takdirmu. Kau harus debut."

Jadi beginilah akhirnya. Maehwa berhasil bertahan karena Haedal mengorbankan dirinya untuk tersingkir tanpa sepengetahuan seorangpun.

Haedal meninggalkan panggung dengan salam yang keren dan jantan. Si brengsek itu mengambil adegan heroik dan mendapatkan tepuk tangan meriah dari seluruh peserta pelatihan di ruangan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top