Chp 162. Aku Bukan Produser

"Selamat pagi, peserta pelatihan! Sudah tiga hari berlalu sejak pengumuman Misi Produksi. Aku tahu itu misi sulit apalagi dalam durasi waktu yang singkat, tapi mau bagaimanapun kalian harus melewati tantangan ini. Kami memanggil beberapa produser terkenal dari evaluasi sebelumnya untuk membantu, menilai, dan memperbaiki lagu kalian."

Yang diundang adalah Heegam dan Aalto. Jun-oh dan Geonwoo melambaikan tangan pada wanita itu yang dibalas senyuman. Matanya mengabsen wajah-wajah trainee di lobi, mengernyit tidak menemukan Maehwa.

Heegam yakin Maehwa masih bertahan di acara ini. Posisinya aman di pengeliminasian kemarin. Sepertinya dia datang terlambat atau masih bersiap-siap di kamarnya.

Tidak perlu ahli menebak gestur tubuh untuk mengetahui siapa saja rekan tim Maehwa yang baru. Dia melihat Haedal, Kyo Rim, Dowoo, dan Lantern yang terus melihat ke arah pintu. Berharap pintu itu terbuka.

Tapi anehnya, kenapa Ise juga asyik menatap pintu lobi? Heegam mendesah pelan. Dia mengharapkan yang terbaik untuk trainee yang berhasil membuatnya tertarik.

"Baiklah. Siapa yang ingin memulainya?"

Jun-oh mengangkat tangan. Dia bersama timnya melangkah maju tanpa ragu.

Dan begitulah. Satu per satu trainee naik ke panggung, mengajukan laptop mereka, memperlihatkan mahakarya yang mereka buat kepada para ahli. Beberapa lagu diputar membuat mood mentor dan produser bagus. Untuk seukuran pemula, kerja mereka baik.

Kyo Rim menggigit bibir. Apakah ini akhirnya? Sudah tiga tim yang menyerahkan file lagu dan disukai oleh produser. Jika yang satu lagi juga maju, maka mereka lah yang tersisa.

Kalau mentor menanyakan di mana lagu tim empat, mereka akan jawab apa? Jujur bilang mereka tidak mempunyai apa pun? Mereka pasti akan menjadi celaan Interstellar.

Mereka semakin pucat ketika tim keempat setelah berunding sebentar akhirnya maju ke panggung, memberikan flashdisk. Debut sudah di depan mata, tapi ini benar-benar sudah berakhir bagi Kyo Rim karena kebodohannya.

Dan sebelum tim itu turun, pintu lobi yang ditunggu dari tadi akhirnya terbuka.

Kyo Rim dan Haedal menghela napas lega melihat Maehwa melangkah masuk sambil memakai jaket. Sepertinya dia baru selesai... mandi? Rambutnya bahkan masih basah!

"Kak Maeh, kau membuat kami hampir kehilangan harapan. Syukurlah kau datang..." Dowoo berkata dengan hidung kedat.

Haedal menepuk bahu pria itu, mengacungkan jempol. Baru beberapa detik lalu mereka berempat putus asa, pasrah akan nasib, tapi kedatangan Maehwa mengubah segalanya.

"Apa kau baru saja mandi, Maeh?" kata Kyo Rim memberikan handuk padanya. "Kau tampak kuyu sekali. Minum air ini."

Tentu saja dia mandi. Dia keluar dari ruang virtual dengan penampilan compang-camping. Tidak mungkin Maehwa bertemu mentor dengan tubuh babak belur, kan? Luka di mana-mana. Apalagi dia habis muntah karena kebanyakan minum ramuan penyembuh.

Maehwa hanya berdeham lemas. Saat ini dia lapar, mual, ngantuk. Dia ingin cepat-cepat menyerahkan lagu yang dia buat dengan mempertaruhkan nyawanya lalu pergi tidur. Oh, tidak. Dia harus mengisi perut dulu.

"Apa kau berhasil membuatnya, Maeh?" kata Kyo Rim lagi, diselingi nada khawatir.

Senyuman terbit di muka teman-temannya demi Maehwa mengeluarkan flashdisk. Ada peluang untuk bertahan di evaluasi ini!

Mereka tidak sempat mendengarnya karena tim terakhir telah dipanggil. Sebenarnya Maehwa ingin duduk saja di bawah, kehabisan energi. Tapi Heegam tersenyum ke arahnya dengan binar mata penuh harap. Pasti wanita itu akan tanya-tanya seputar lagu.

"Selanjutnya Tim Ballad, ya? Genre favoritku. Bolehkah aku sedikit berekspetasi pada tim ini?" gumam Chan-ri cengar-cengir.

Ise sama tengilnya dengan Chan-ri. Di luar tampak seperti wanita bos yang tegas, di dalam tengah fangirling menatap Maehwa.

Haedal menyerahkan file audio yang diberikan Maehwa (anak itu malas di depan Yihyun) kepada tim produksi. Kemudian mereka menunggu hingga lagunya diputar.

Jujur saja, mereka berempat tidak tahu apa-apa tentang lagu ini. Maehwa membuatnya sendirian entah di mana. Jadi tak dapat dipungkiri, bukan hanya mentor dan produser yang penasaran. Mereka juga kepo!

Maehwa benar-benar tidak mengharapkan kelompoknya akan menonjol karena lagunya tidak sebagus itu. Jelas lagu tim Jinyoung, Kangsan, Eugeum, dan Jun-oh yang terbaik karena mereka berpengalaman membuat lagu.

Tapi ketika lagu mengalun dari speaker, semua orang hanyut dalam melodinya.

Sebuah simfoni yang halus dan misterius. Ada getaran tragis dan kegelapan di dalamnya seperti mendengar auman kesedihan paus di lautan. Lalu setelah intro selesai, mereka mendengar irama yang sangat dikenali.

"Bukankah ini nada Swan Lake? Dia mengambil sampel musik Swan Lake untuk lima detik pertama? Itu membuat lagunya terdengar indah dan elegan sekaligus!"

Trainee-trainee yang ikut mendengarkan memuji tim empat yang membeku di panggung. Ini sungguh Maehwa yang buat? Itu jauh lebih baik dari lagu yang di-kopas Kyo Rim.

"Alat musik apa yang kalian gunakan untuk membuat intronya? Itu sangat halus."

Maehwa mengangkat tangan. "Saya memakai gelas dan mengisinya dengan air sama banyak untuk membuat intro pendek yang memiliki kesan kesedihan misterius."

"Gelas?!" Ise menelan ludah. Dia tahu sebuah gelas pun bisa menjadi alat musik, tapi dia belum pernah melihat musisi menggunakan itu karena susah untuk membuat nada yang teratur. Kebanyakan hanya dibawakan oleh orkestra besar yang berpengalaman.

Sebenarnya tidak hanya gelas yang Maehwa gunakan karena dia juga menggunakan instrumen string untuk melakukan kombinasi irama yang memesona. Pikolo dan xilofon menjadi main track-nya. Piano dan biola jadi latar belakang. Saling berpadu harmonis.

Ada gunanya juga dulu dia sering main game jenis rythm. Maehwa bisa memilah apa saja elemen yang bisa dia masukkan ke dalam lagu.

"Kau... apakah kau seorang genius??" gumam Kyo Rim pada Maehwa yang menjelaskan dengan muka mengantuk. "Lagu ini bagus sekali! Dan kau membuatnya sendiri!"

Kyo Rim melihat perkembangan Maehwa yang mengerikan sedari awal sampai sekarang. Menyanyi, menari, rap, main game, memotret, membidik, bahkan sekarang memproduseri lagu. Bakat apalagi yang dia sembunyikan?!

Maehwa hanya tertawa datar. Satu skrup di kepalanya baru saja lepas. Dia benar-benar lelah. Cepat sudahi basa-basinya dan izinkan dia pergi ke kamar untuk tidur.

Sayangnya Heegam mendengar percakapan kecil itu. Dia mengernyit. "Sendiri? Maksud kalian Maehwa yang membuatnya sendiri?"

Kyo Rim baru ingin membuka mulut mengiyakan pertanyaan Heegam, namun Maehwa membekapnya. Memasang wajah kikuk. "Kami membagi tugas, Nona Apona. Aku bertugas membuat irama. Lalu mereka mengurus koreografi dan sebagainya."

Kalau mereka tahu apa yang terjadi, lagu itu bisa erakhir sia-sia. Usaha Maehwa untuk mempertahankan timnya tidak berbuah. Terutama Heegam dan Chan-ri yang dari tadi menatapnya antusias seperti predator. Jangan sampai mereka mengetahuinya.

Lupakan jadi idol. Maehwa bisa dibudak jadi asisten produser menggantikan Cross.

Aku kan bukan produser.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top