Chp 133. Pergi Main Ahhh~
A/N Chapter ini full keimutan Maehwa.
Sungguh, tidak mudah menjadi admin yang mengendalikan quest dan sistem. Apalagi jika kontraktornya adalah Maehwa.
Danyi menatap prihatin Maehwa yang joget-joget di tengah kamar sambil menjadikan sapu sebagai gitar dadakan. Dia baru saja win streak 15 kali. Bayangkan, lima belas ronde cuy! Siapa yang tidak senang. Kemampuan gamingnya sebagai Im Rae tidak menghilang walau sibuk menari dan bernyanyi selama sepuluh hari terakhir.
Ranking akunnya sudah mencapai platinum.
Danyi semakin jengah melihat Maehwa mengambil bantal di kasur, memetik setangkai bunga yang dia beli, lalu memparodikan aksi menggigit bunga sambil menyenandungkan 'As You Wish Employer' yang liriknya dia ganti seenak hati.
"Gameplaymu terlihat menakjubkan♫
"Ayo mabar ampe mampus malam ini, Babe♫
Kemudian Maehwa geli sendiri dan memukul-mukul lantai. Dia tantrum begitu karena anggota partynya terus memuji cara bermainnya yang hebat dan unik.
Danyi memandang lelah Maehwa. Oh Dewa, kenapa dia harus membuat kontrak dengan pria sengklek maniak game ini?
"Haah, aku lapar."
Akhirnya kewarasan Maehwa kembali. Dia beranjak bangun setelah bergulingan tak jelas di lantai, melirik jam di dinding. Sudah jam delapan malam rupanya. Dia bermain selama 24 jam tiada henti.
Akan Danyi biarkan karena Maehwa sudah bekerja keras di misi konsep. Tapi kalau sampai dia juga begadang hari ini, Danyi sendiri yang akan menyeretnya ke ranjang.
Anehnya, kenapa pria ini masih saja sehat bugar?! Tidak ada tanda-tanda tidak tidur seharian. Apa itu karena Maehwa terbiasa begadang di tubuh sebelumnya?
Maehwa ngacir ke kamar mandi.
Oho, masih ingat mandi dia? Danyi pikir otaknya sudah disuntik penuh oleh game.
"Aku selesai!" seru Maehwa, menyambar jaket dan maskernya, memakai sepatu.
[Lho, lho, mau pergi ke mana anda?]
"Mau pergi main ke luar. Aku tidak boleh hanya mendekam di motel. Aku butuh berfotosintesis dan touch grass."
[Pergi main? Jangan bercanda! Bagaimana kalau terjadi sesuatu dan anda terkena skandal lagi? Terlebih ini sudah malam! Nanti anda diculik fans fanatik lho. Anda mungkin tidak tahu, tapi popularitas—]
"Ssut! Aku tidak mau mendengarnya." Maehwa berdiri. "Lagian aku pengen main ke tempat Dain doang kok. Ayam dan bir enaknya dinikmati bareng teman."
[Lagi-lagi ayam dan bir?! Tolong makanlah makanan yang sehat, Maehwa!!!!]
.
.
"E-eh, itu bukannya Maehwa, ya? F-foto... Aku harus mengambil gambarnya!"
"Apa yang Maehwa lakukan di sini?"
"Pertanyaan bodoh macam apa itu! Untuk apalagi seseorang datang ke restoran ayam kalau bukan membeli ayam?!"
"Tapi kok porsinya... jumbo?!"
Ada beberapa Wintermoon di antara pengunjung atau sekadar penikmat Star Peak. Mereka melongo melihat Maehwa memesan dua paket kombo ayam. Apa dia selapar itu? Atau memang Maehwa rakus? Padahal dia kurus seperti orang cacingan! Ternyata nafsu makannya sebesar ini?!
"Anu..., bukannya masih kurang ya?"
Si kasir menggaruk pipi malu. "S-saya memberi anda diskon murmer. Kalau tidak keberatan..." Dia mengeluarkan buku note dan pena. "Bisakah saya minta tanda—"
"Iya, aku keberatan. Aku lapar banget sekarang. Tanda tangannya lain kali ya?"
"Dengan senang hati, Tuan Wintermoon. Selamat menikmati ayamnya. Kesehatanmu adalah prioritas kami."
Aku masih membenci nama fandomku, tapi ya sudahlah. Aku sudah hapal sampai muak.
Maehwa santai keluar dari sana, membaca pesan dari Dain. Dia menyeringai. Bagus! Dain tidak punya jadwal operasi malam ini.
Akan tetapi! Seharusnya Maehwa mendengarkan peringatan dari Danyi soal fans fanatik karena... ada penampakan dua stalker misterius mengintainya tak jauh dari restoran, memakai pakaian gelap-gelap dan menyatu dengan malam.
"Dia sudah keluar!" kata Stalker 1.
"Kita tidak boleh gegabah. Ingat, ada banyak cctv di sini. Bahaya kalau bayangan kita tertangkap. Kita akan menyerangnya di saat dia melewati jalan sepi." Stalker 3 mengulas kembali rencana mereka di sebelum berangkat praktek ke lapangan.
"Aku mengerti! Jalan sepi! Roger!"
Stalker 2 mengeluarkan tali merah, tertawa mesum. "Hehehe, seperti yang Maehwa inginkan, ayo kita ikat dia dan bawa pulang ke markas! Dia sendiri yang menginginkan untuk diikat dan dicium."
"Hei, jangan mesum begitu! Kita tidak boleh menodai Maehwa. Kita harus menjaga kepolosannya."
Stalker 2 bersungut-sungut. "Cih, kau ini serius banget. Kan aku hanya berkhayal."
"Guys! Maehwa menghilang!"
Stalker 1 dan Stalker 2 terkesiap, ikut mengintip. "Apa maksudmu menghilang?! Kau tidak mengawasi dengan benar??"
"Kenapa kalian mengikutiku dari motel?"
Kecanggungan menyergap. Mereka bertiga terlonjak, menoleh ke belakang. Rupanya Maehwa sudah menyadari kehadiran mereka! Dia santai memakan ayamnya, memandang datar mereka bertiga.
"J-jangan berteriak, Maehwa! Atau kami akan menculikmu secara paksa!"
"I-itu benar...! Ikut kami baik-baik!"
Tapi percayalah, isi hati mereka sangat jauh berbeda. Bayangkan, Maehwa berdiri di depan mereka! Jarak mereka dekat! Dia tidak memakai topi, cuman masker. Mereka bisa melihat tetesan air di rambutnya yang menandakan dia habis keramas, buru-buru membeli ayam takut kehabisan.
Tiba-tiba Maehwa melakukan pergerakan secara radikal membuat mereka bertiga sigap dengan posisi menyergap. Stalker 2 dengan talinya, Stalker 1 dengan karung, dan Stalker 3 dengan lakban. Waktunya—
"Kalian pasti lapar." Maehwa menyodorkan kotak berisi ayam. "Makanlah ini. Aku tidak bisa menyerahkan semua makananku karena aku ingin bertemu temanku. Pakaian kalian tipis sekali. Cari tempat hangat, oke? Udara malam semakin dingin. Nanti flu lho. Aku tahu hidup miskin itu serba susah karena aku sendiri juga miskin. Tapi jangan sampai berpikiran untuk mencuri, ya?"
Jadi dia sengaja beli paket combo untuk mereka karena salah paham mengira mereka anak gelandangan yang kelaparan?
Dan Maehwa pergi begitu saja.
"Dia bukan manusia! Dia malaikat! Tidak salah lagi, dia makhluk surga!"
Stalker 1 memakan paha ayam dengan ingus berceceran. "Bahkan sebenarnya kami bisa membelikanmu segunung ayam, Maehwa. Hiks... Kenapa ayam ini terasa enak? Apa karena yang memberikannya malaikat?"
"Papa? Aku mau mendirikan restoran ayam dengan spanduk Wintermoon."
*
"Hei, partner! Aku datang!"
Dain mengangkat tangan. "Yo! Kau terlalu lama. Aku sudah melalui satu ronde nih."
"Pizza dan kola! Tidak ada udang, kan?"
Tangan Dain membentuk oke, memakan ayam yang dibeli Maehwa. "Melihat mood-mu yang super baik, berarti kau melewati kompetensinya dengan lancar?"
"Shusah sih pada ahwalnya. Thapi di akhiran akhu bisa melhewatinya."
"Jangan bicara dengan mulut berisi!"
Pintu terbuka, menampilkan Dahlia sambil membaca papan medis. "Dokter Cheon, untuk pasien XXX sepertinya kita harus..." Dahlia melotot melihat Maehwa dan Dain sedang bersantai makan ayam.
"Cowok kesayanganku?! Kau di sini??"
Maehwa cengengesan, menepuk-nepuk sebelahnya yang kosong. "Sini, sini, Nona Dahlia! Apa kau lapar? Ayo makan ayam!"
"T-tidak usah. Kalau duduk di sebelahmu, bisa-bisa aku tinggal nama..."
"Apa yang kau gumamkan sih?" Maehwa berdiri, menarik Dahlia ke kursi. "Aturan dalam makan ayam adalah KERAMAIAN!"
Dain geleng-geleng kepala. "Kau ini terlalu terbuka. Apa kau lupa kau ini trainee?"
"Itu hanya berlaku di asrama. Di luar, aku sama seperti manusia lainnya. Bebas melakukan apa pun yang kusukai."
"A-aku tidak sabar perilisan episode 10. Apa kau mau nonton bareng dengan—"
"Tidak," potong Maehwa secara robotik. "Mentalku tidak sekuat itu menonton hal memalukan itu bersama orang lain."
Apalagi di misi ini dia tampil seksi. Mau ditaruh mana mukanya? Dain pasti bakal ngakak brutal sampai terkencing-kencing.
Dahlia cemberut. "Kau tidak memalukan sama sekali, Maehwa! Apa pun yang kau lakukan, itu sangat mengagumkan!"
"Pokoknya aku tidak mau."
"Baik, baik, cukup sampai di sana. Apa kalian ingin tahu makanan penutupnya?"
Maehwa dan Dahlia menoleh ke Dain yang mengeluarkan sebuah kotak kue dari meja kerja, berbinar-binar. "Cheesecake!!!!"
Mereka bersenang-senang sampai jam sepuluh malam. Dain dan Dahlia tidak minum bir karena mereka harus sigap menyambut pasien mendadak. Jadi Maehwa menghabiskan semua birnya karena sayang kalau dibuang. Jatuhnya mubazir. Terlebih Maehwa membelinya pakai uang sendiri.
"Jangan bawa kabur ayamku... Hik... Hik..." Maehwa mengigau sambil cegukan.
Dahlia terkekeh, menyelimuti Maehwa. "Sepertinya dia sangat mabuk. Apa saya harus menelepon taksi, Dok?"
"Tidak perlu. Dia pasti kesepian di motel. Biarkan dia menginap di sini."
Malam pun berlalu hingga akhirnya episode 10 rilis beberapa hari kemudian.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top