Chp 130. Menang dan Kalah

"Tapi, Kak Maehwa, kau benar-benar terlihat sangat berbeda lho tadi. Sumpah."

Pertanyaan ini lagi? Harus berapa kali Maehwa bilang dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan. Kalau ingin menang sungguhan, dia harus totalitas dan mengatakan selamat tinggal pada harga diri Im Rae. Dia sudah tidak suci.

Dia sudah kotor. Dia sudah tidak perjaka.

"Maksudku, aura Kak Maehwa berbeda. Itu terasa seperti, err..., idol profesional. Aku sempat berpikir kau kerasukan hantu," sambung Geonwoo cengengesan. Mereka dalam perjalanan menuju ruang hasil selagi Yihyun memberi pengarahan lanjutan tentang vote suara pada penonton yang masih bengong oleh penampilan tim APONA padahal mereka sudah selesai perfomance.

Maehwa mengedikkan bahu cuek. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan..."

"Terima kasih," gumam seseorang.

Maehwa menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa, hanya beberapa tim panggung sibuk mondar-mandir. Perasaannya saja?

"Aku sangat menikmatinya."

Tidak, itu bukan firasatnya! Maehwa benar-benar mendengar suara bisikan seseorang. Suara gema halus seperti mendengar sesuatu dari dalam sumur. Menakutkan tapi juga menyakitkan.

Melihat Maehwa berhenti mendadak, Jun-oh menepuk pundaknya. "Kenapa?"

"Hei, Jun-oh, apa kau mendengar suara itu?"

Jun-oh tolah-toleh mencari suara yang dimaksud Maehwa. "Aku tidak mendengar apa pun."

Kenapa hatiku tiba-tiba terasa sedih begini?

Stigmata (tato) Idol Player berbentuk mic yang dirantai menyerupai huruf X. Tanda itu berkedip-kedip dalam cahaya yang redup di luar sepengetahuan Maehwa. Salah satu bagiannya...

... Menghilang seperti kunang-kunang, menyisakan sembilan buah rantai.

Selagi bergumul dengan pikiran, mereka tak sengaja berpapasan dengan tim ELESIS yang hendak naik ke panggung. Giliran tim mereka.

"Astaga, Maehwa! Tadi kau keren sekali!" seru Haedal menepuk-nepuk lengan Maehwa. "Aku menyayangkan kau tidak di tim kami. Kalian beruntung mendapatkan Maehwa. Tapi kau tak apa-apa? Lukamu baikan? Suaramu bagaimana?"

Maehwa hanya menatap datar Haedal dan mantan rekan timnya. Terus terang, dia tidak punya dendam pada mereka, tapi semua yang berhubungan dengan ELESIS membuat memori Maehwa otomatis teringat momen dia diusir.

Dan itu membuatnya badmood parah!

"Umm, yah, terima kasih."

Jun-oh menangkap gerakan tak nyaman yang disembunyikan Maehwa, tersenyum lebar. "Yah-yah, tentu saja kami senang Maehwa jadi center tim kami. Terima kasih perhatiannya, tapi kami harus ke ruang hasil sekarang. Kalian tim ELESIS semangat perfomance-nya ya!"

Jun-oh menyeret Maehwa untuk menyusul Geonwoo dan yang lainnya sudah pergi duluan.

Haedal menatap Jun-oh tak suka.

Apa-apa pria itu? Apa dia pikir hanya dia seorang temannya Maehwa? Menjengkelkan.

Eugeum hanya diam. Kyo Rim bisu mendadak. Mereka juga menonton penampilan tim APONA di fitting room. Benar kata Haedal.

Rasanya sia-sia membiarkan Maehwa pindah.

.

.

Layar kecil di tempat itu sedang loading menunggu total hasil pemungutan suara. Maehwa melirik rekan sejawatnya yang duduk gugup komat-kamit membaca mantra keberuntungan, menghela napas panjang. Baru beberapa menit lalu mereka adalah satu tim, sekarang ini adalah pertandingan individu.

Beberapa menit kemudian, hasil pun keluar.

5. Oh Kiyoung — 52 vote

Kiyoung menunduk. "Aku yang terakhir huh..." meweknya tapi tidak menangis. Karena memberi penampilan yang keren sudah cukup baginya.

4. Haruya Watsuhara - 63 vote

Sama seperti Kiyoung, Haru juga menerimanya dengan lapang dada. Bagi mereka, bisa tampil keren sudah lebih dari cukup sebab awalnya mereka berpikir akan menjadi bahan tawaan.

Maehwa berdecak kagum melihat anak-anak itu. Hebat sekali mereka tidak sedih.

3. Woo Geonwoo - 98 vote

"Aku juga menerimanya dengan hati yang ikhlas!" katanya dengan satu tetes air mata mengalir.

Kiyoung dan Haru mencemoohnya.

Tunggu sebentar. Mereka bertiga tersentak menyadari sesuatu. Tidak ada satu vokalis yang dapat vote suara teratas. Mereka lantas menoleh ke Jun-oh yang garuk-garuk pipi mengusir kegugupan dan Maehwa yang kepalanya jatuh-bangun tanda mengantuk.

"Ini pertarungan antar rapper!" seru Kiyoung.

"Rasanya aneh melihat Kak Maehwa si vokalis bertarung dengan Kak Jun-oh yang memang seorang rapper." Geonwoo mendesis.

Maehwa memutar mata malas. "Kenapa kalian begitu retorik? Sudah jelas Jun-oh yang menang. Aku yakin dia juara satunya."

"Hei, hei, apa yang kau katakan?" kekeh Jun-oh menyikut lengan Maehwa. "Tentu saja kau pemenangnya. Kau mendominasi alur dari awal sampai akhir. Aku sih tidak masalah kalah."

"Apa maksudmu? Fandommu besar."

"Dasar pria polos tidak peka. Fandommu jauh lebih besar, Tuan Wintermoon!"

Selagi mereka berdebat, hasilnya pun keluar.

2. Moon Jun-oh — 288 vote suara

1. Han Maehwa — 499 vote suara

Ruangan itu lenyap sesaat.

Kalau tidak salah, jumlah Interstellar yang menilai di tempat itu totalnya 1000 orang. Jadi maksudnya, setengah (kurang satu) dari mereka memberi suaranya pada Maehwa?

"Ketidakadilan macam apa ini?! Aku iri sial! Tapi... tapi Kak Maehwa pantas mendapatkannya karena dialah yang menyelamatkan tim ini! Aku dapat vote saja sudah syukur."

Geonwoo menutup mulutnya. "Gila-gila. Sebegitu besarnya pengaruh pesona Kak Maehwa ke seisi studio. Entah kenapa aku tidak merasa kesal sedikitpun. Ini hasil usaha Kak Maehwa sendiri."

"Selamat, Kak Maehwa! Kau menang! Kau dapat benefit tanbahan 100.000 suara!"

Jun-oh tertawa puas. "Tuh, kan, apa kubilang. Kaulah yang menang. Kau pantas mendapat vote sebesar itu karena kau telah berusaha keras."

Ya, Maehwa berjuang keras untuk perfomance tim APONA dan usahanya terbayarkan.

Maehwa tidak tahu cara mendefinisikan perasaannya sekarang karena dia tidak pernah sekalipun memperoleh nilai setinggi ini. Rasanya seperti berhasil mengendarai sepeda setelah jatuh dan terluka berkali-kali.

"Aku... tidak enak pada kalian." Pada akhirnya hanya ini yang keluar dari mulut Maehwa. Curang rasanya melibas setengah suara penonton. "Kita kan sama-sama berjuang, bukan hanya aku saja. Kenapa aku seorang yang tinggi?"

Astaga. Mereka berempat saling tatap. Kenapa pria ini sangat rendah hati? Bukannya gembira, dia malah memikirkan nasib rekannya.

"Hei, ayolah, kita masih belum berakhir. Masih ada pengumuman pemenang tim."

"Aku yakin tim kita yang menang!"

Tapi waktunya menatap realita.

Ketegangan menyelimuti ruangan. 30 trainee menatap cemas layar besar yang terpampang di hadapan mereka, sedang menghitung poin. Lalu ketika satu per satu nama tim keluar, mereka sudah menduga jika tim ENCORE meraih posisi terakhir dengan seratus suara saja. Sementara posisi keempat ditempati tim SHIOBEN. Dan...

3. Tim APONA: 210 SUARA

2. Tim AALTO: 299 SUARA

1. Tim ELESIS: 323 SUARA

"Selamat kepada tim ELESIS mendapatkan benefit suara 100.000 untuk masing-masing anggotanya!" seru Yihyun tepuk tangan.

"ELESIS menang? Padahal aku yakin APONA lah yang terbaik malam ini. Pesona Haedal dan Eugeum memang bukan main-main."

"Mereka kan dari peringkat tinggi."

Begitu semuanya bubar,  kembali ke asrama masing-masing, Jun-oh susah payah mencari Maehwa yang hilang dari kerumunan. Dia baru menemukannya setelah tiga menit berlarian ke sana-sini. Aura muram menyelimuti Maehwa.

"Tunggu, Maehwa!" Jun-oh memegang lengan Maehwa. "Kenapa kau main pergi saja?"

"Ini semua salahku. Aku berkata dengan percaya diri akan membawa tim kita ke posisi pertama. Tapi lagi-lagi begini. Aku mungkin menang di individu, tapi aku kalah di tim. Ini belum cukup."

"Tolong jangan menganggap semua yang terjadi adalah salahmu, Maehwa. Kau sudah melakukan semua yang kau bisa. Kita hanya tidak beruntung saja karena lawan kita rangking teratas. Ayolah, jangan murung begitu."

Sebagai seorang gamer dan sering menjadi pemimpin, ini jelas melukai harga diri Maehwa. Apa gunanya berhasil mengalahkan bos kalau semua anggota partynya mati seolah mereka hanyalah tumbal? Maehwa tidak menginginkan kemenangan pahit seperti itu.

"Tapi mereka mendapatkan pengalaman, kan?" kata Jun-oh seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Maehwa. "Kalah-menang itu belakangan, yang penting itu pengalaman dan hikmah yang didapatkan. Dengan begitu, kita bisa kembali bangkit dengan kemampuan baru yang lebih terasah dari sebelumnya."

Maehwa tercenung beberapa saat.

Hari ini Maehwa kalah menantang bos karena kurangnya perlengkapan, senjata lemah mudah pecah, level yang belum sebanding. Tapi dengan hunting terus-menerus, mempelajari gaya bertarung bos, kemenangannya pasti terjamin.

Maehwa tersenyum. "Kau selalu tahu apa yang harus dikatakan, Jun-oh."

Aku iri padamu yang positif kapan saja.

"Hehehe." Jun-oh cengengesan. "Ayo ke kantin! Kita makan malam bersama yang lainnya!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top