Chp 120. Tapi Aku Bukan Bagian Kalian!
[Misi telah diselesaikan. Nih, ambil hadiah anda +20 poin status. Saya sudah muak melihatmu, wahai pria tak peka!]
Kenapa Danyi terus saja mengatakannya tidak peka? Maehwa tidak paham. Wajar dong pemula sepertinya merasa inferior di depan senior, dan lebih tidak mungkin jika Ina itu termasuk kaum Wintermoon.
[Itu bukan sadar diri ataupun tahu diri. Tapi kegoblokan hakiki. Sudahlah, saya off.]
Maehwa menggaruk kepalanya. Rasa senangnya menuntaskan misi menjadi ambyar. Mengapa Danyi marah dan ngambek tanpa alasan? Apa dia kurang belajar? Tapi kalau ini tentang intelektual, Maehwa cukup percaya diri.
Ya sudahlah. Maehwa mengedikkan bahu.
"Hehehe, aku dapat 20 poin. Sebaiknya aku membaginya sama rata."
Konsep seksi harus membutuhkan daya pikat yang kuat. Maka dari itu keterampilan pertama yang harus Maehwa tingkatkan yaitu pesonanya. Setelah itu dia juga butuh meningkatkan level rap. Lalu bagaimana dengan menari? Itu tidak boleh dilewatkan.
Maehwa berpikir keras. Dia bertarung dengan logikanya sambil berdiri di jalan.
Maehwa harus memikirkannya baik-baik. Jangan sampai salah langkah kalau tidak mau ditertawakan oleh penonton. Si laknat Dong-Moon akan sangat puas melihatnya mempermalukan diri di panggung.
Di sela-sela kesibukan itu, seseorang menampar pundak Maehwa dari belakang.
"Kenapa kau masih di sini?! Syutingnya akan segera dimulai! Ayo cepat kembali!"
Tanpa meminta izin, wanita aneh itu menyeret Maehwa. Apa, di mana, kenapa, bagaimana, astaga! Apa yang sebenarnya terjadi di sini?! Siapa wanita ini??
Maehwa menatap wajah wanita itu, berseru tertahan. Dia kan asisten sutradara Songqie tadi! Jangan bilang dia sadar Maehwa memergokinya memaki Songqie dan sekarang berusaha membungkamnya.
"T-tunggu sebentar, Nona. Sepertinya anda salah orang. Saya hanya pemuda asing yang numpang lewat...!"
"Apa yang kau bicarakan? Jangan bilang kau akan melarikan diri setelah dibayar? Bertanggung jawablah sedikit!"
Tanda tanya bermunculan di wajah Maehwa. Siapa yang membayar siapa? Dan kenapa Maehwa harus tanggung jawab pada sesuatu yang tidak dia lakukan? Sial, dia membuat Maehwa mulai takut.
Mereka berdua tiba di klinik hewan, tempat syuting 'Is She Really My Medicine?'.
Bukankah ini berbahaya? Kalau sampai Maehwa tersorot kamera, bagaimana? Bisa-bisa muncul rumor baru! Maehwa sudah muak dengan skandal.
"Danyi, tolong aku. Keluarkan aku dari situasi pelik ini." Maehwa memelas.
[Admin meninggalkan protokol...]
"Udahan ngambeknya dong!" Gini amat punya sistem cewek perajuk.
Si wanita asisten kembali tiga menit kemudian sambil membawa seekor anjing. Dia menyerahkan hewan itu pada Maehwa.
"Kau sudah ingat dialogmu, kan?"
"A-apa? Dialog apa maksudmu?"
Dia menunjuk Ina dan Allan di dalam klinik sedang mengobrol. "Ketika wanita itu melepaskan tangannya dari tokoh pria, kau masuk sambil berseru mengatakan bahwa anjingmu sakit. Dan tolong anjingnya digendong ya. Peranmu hanya itu."
"Tapi-tapi aku bukan bagian dari tim kalian. Ini terlalu mendadak—"
"Sudah, ya. Tolong diingat baik-baik. Kau telah dibayar. Kau bisa pergi setelah melakukan tugasmu. Standby di tempatmu dan hati-hati, anjingnya suka menyalak!"
"Tunggu dulu, Nona!" Wanita asisten itu terburu-buru meluncur ke kursi sutradara.
Sial, sial, sial. Dia sama sekali tidak mendengarkan! Maehwa mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba disuruh akting? Seumur hidupnya dia tidak pernah berakting, bahkan sebenarnya dia tidak tahu apa-apa tentang akting.
Seharusnya Maehwa langsung pergi saja setelah menyelesaikan misinya. Tapi dia tidak bisa menahan hasrat untuk menerima hadiah sistem. Ini seperti menahan diri untuk tidak mengacha sampai item yang sangat kita butuhkan rilis di next patch.
"Guk, guk, guk!"
Maehwa terlonjak karena anjing di kakinya menggonggong, menelan ludah. Tentu dia juga mendengar percakapan si wanita asisten dan Sutradara Songqie. Mereka bilang anjing ini ganas dan akan menyalak kalau tidak suka pada sesuatu.
Ketika masih menjadi jadi Im Rae, dia tidak pernah memelihara binatang apa pun karena menurutnya itu merepotkan. Mengurus makannya, jadwal mandi, mengemasi kandang, dan sebagainya. Waktu gaming Im Rae bisa terganggu.
Maehwa perlahan jongkok. "H-halo, anjing baik. A-aku bukan orang yang jahat kok. J-jangan gigit aku ya, anjing manis?"
Jari telunjuk Maehwa gemetar menyentuh badan si anjing. Begitu tersentuh, dia langsung menarik jarinya kembali. Bagaimanapun dia harus latihan dulu, kan? Wanita asisten tadi menyuruh Maehwa agar anjingnya digendong bukan ditarik.
Maehwa melotot. Anjing itu berdiri dari posisi rebahan, melangkah ke arahnya.
"TIDAK! JANGAN MAKAN AKU!"
Satu detik, dua detik, lima detik, tidak ada yang terjadi. Maehwa memberanikan diri membuka mata, mengintip si anjing yang justru merebahkan tubuhnya ke tanah, berputar-putar dengan manja seolah ingin Maehwa menyentuhnya sekali lagi.
"A-apa kau ingin aku memegangmu?"
Maehwa mengusap-usap pelan perut si anjing. Ia terlihat senang, menyundulkan kepalanya ke tangan Maehwa.
Apa ini. Maehwa merasa konyol sendiri. Bukankah mereka bilang anjingnya galak? Galak apanya! Ia sangat jinak malahan.
"Semuanya bersiap! Kita akan mulai!"
Seruan itu membuat Maehwa berhenti menggelitik si anjing, menatap Sutradara Songqie duduk di kursi. Apa ini sudah waktunya? Singkat kali. Padahal Maehwa belum selesai mempersiapkan hatinya.
Maehwa beranjak bangkit, mengangkat anjing manis itu. Sorot matanya berubah.
"Aku hanya perlu masuk dengan sedih, kan?"
♪
♫
Songqie mengomeli krunya yang lambat dalam penataan. Sudah mau jam sepuluh malam. Dia harus mengambil satu take lagi dan syuting hari ini selesai. Jika hasilnya tidak memuaskan juga, terpaksa Songqie harus mengulang adegan ini di hari lain.
"Kuharap ekstra terakhir yang kau bawa ini bisa menyelamatkanku dari pengulangan," desah Songqie melirik tajam asistennya.
Wanita itu, Sanakaira, hanya tersenyum mengangguk tapi dalam hati SANGAT ingin melempar sesuatu ke kepala Songqie.
Bukankah dia sendiri yang mengusulkan mengangkut pria random? Sanakaira sudah melakukannya. Dan kini dia berharap ekstra awam bisa tampil sempurna?
Bunuh orang dosa tidak sih.
Yah, pribadi Sanakaira juga tidak berharap banyak pada pria berambut biru yang dia temukan bisa melakukan bagiannya dengan baik. Besok Sanakaira harus bersiap untuk mencari pemain tambahan yang cakap.
"Semoga ini yang terakhir," gerutu Allan, menoleh ke Ina. Wanita itu dari tadi tidak bisa fokus. "Hei, ada apa? Jangan kacaukan suasananya, Song Ina. Aku mau pulang."
Ina mendengus. "Aku tahu." Ina hanya kepikiran apakah Maehwa sudah tiba di asrama Scarlett atau belum.
"Baiklah, siap? Ayo beraksi!"
Mereka pun melakukan adegan yang sama lagi dengan profesional. Menakjubkan rasanya melihat mereka secepat kilat kembali ke karakternya padahal beberapa detik lalu masih menjadi diri sendiri.
"Maaf, tapi hatiku sudah hancur."
Ting! Lonceng mungil pada pintu klinik bergemerincing menciptakan simfoni merdu. Mereka menoleh berbarengan. Ini dia! Sudah waktunya adegan yang terus berkendala karena tidak ada figuran cocok. Ina dan Allan juga berharap adegan ini akhirnya bisa diakhiri tanpa perlu diulang.
Semua kru menahan napas, termasuk Sanakaira. Tolong buat sutradara puas!
Seseorang bersurai biru masuk ke dalam klinik dengan napas tersengal. Bahunya naik-turun seolah habis berlari. Keringat berkumpul di leher. Dia menatap Ina panik.
"Tolong... selamatkan anjingku..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top