Chp 100. Pesta Terakhir Para Pendosa
Markas pusat Scarlett.
Dong-Moon sudah menantikan rapat ini sejak tadi siang. Tercetak jelas dari wajahnya yang cerah. Apalagi inti sari dari pertemuan ini kalau bukan mengusir Maehwa?
Beragam ekspresi yang ada di ruangan itu. Ada beberapa yang muram, yang acuh tak acuh, yang sibuk mengangkat telepon, yang menghapus keringat karena gugup.
Scarlett tidak bisa tutup mata terhadap skandal Maehwa. Petisi mengeluarkannya dari Star Peak lebih banyak jumlahnya dibanding punya Jinyoung. Ironis sekali dia bermaksud membantu meredakan kontroversi Jinyoung malah dia yang kena semburan opini publik.
Dong-Moon tertawa dalam hati. Anak itu harus tahu kalau dia sendirian di industri ini. Trainee individu tak punya apa-apa seperti Maehwa memangnya bisa debut? Dia harus segera bangun. Mimpinya telah berakhir.
"Apa yang harus kita lakukan pada Maehwa dan Jinyoung?" Yihyun membuka percakapan karena Je Wool tak kunjung angkat bicara. "Mungkin skandal Jinyoung sedikit mereda, tapi Interstellar dan para sponsor terus protes untuk mengeluarkan Maehwa dari acara. Sikapnya tidak bisa dimaafkan."
Ise tersenyum canggung. "T-tunggu, Yihyun, bukankah ini terlalu sepihak? Mungkin saja Maehwa melakukan kekerasan pada anak-anak itu karena berusaha membantu Jinyoung. Aku rasa ada kebenaran tersembunyi di luar sepengetahuan kita. Rasanya tidak adil kalau kita mengeluarkan Maehwa begitu saja. Terlebih dia bergabung ke Star Peak karena di-casting oleh Direktur Jung Je Wool."
Tsk. Dong-Moon memandang Ise tajam. Ternyata masih ada ya... orang-orang tulus seperti Ise mendukung Maehwa.
"Aku setuju dengan Ise." Akhirnya, Je Wool bersuara. Dia menopang dagu menggunakan kedua punggung tangan. Sorot mata serius.
"Aku tidak sembarangan merekrut pemuda random di luar sana. Jujur saja, aku tidak percaya Maehwa akan bertahan sejauh ini tanpa koneksi, tanpa agensi, tanpa semuanya. Dia mengikuti kompetensi ini dengan niat lurus. Masa lalunya juga tidak ada apa-apa. Sosmed? Dia hanya punya akun Mestagram dan hanya memposting satu gambar. Rasanya aku telah mengangkut sebongkah berlian di karaoke. Aku yakin ada yang menyulut emosinya sampai harus melakukan kekerasan itu. Coba kalian nonton videonya sekali lagi."
Layar infocus memutar video di TeenTok, dimana Maehwa melawan lima remaja berseragam sekolah di sebuah taman.
"Kalian perhatikan baik-baik. Bukankah di sana Maehwa tampak terpojok dan penuh luka? Bahkan di mataku sebenarnya yang korban di video ini adalah Maehwa bukan mereka. Aku merasa telah terjadi konspirasi."
Dong-Moon berkeringat. Dia tak menyangka wanita ini juga pendukung Maehwa. Bisa gawat kalau Je Wool berhasil menyakinkan intrik penting yang ada di rapat.
Dong-Moon harus mengatakan sesuatu.
"Maaf menginterupsi, tapi Direktur Je Wool, saat ini Star Peak sangat dikecam oleh media massa. Interstellar mencela kita karena kita menunda pengusiran Maehwa dan menantikan pengumuman resmi. Kita tidak bisa menghentikan kecamuk badai ini."
"Itu benar! Star Peak menjadi lelucon di dunia maya. Saham kita menurun drastis. Anjlok. Kita tidak bisa mempertahankan Maehwa."
"Lagi pula dia trainee individu. Kami rasa tidak ada untungnya bela-belain mempertahankan seorang pembuli sepertinya."
Dududu, lihatlah orang-orang ini. Dong-Moon terkikik dalam hati. Ternyata sebanyak ini tim produksi yang tidak menyukai Maehwa. Dia harus mengakhirinya secepat mungkin.
"Kita tidak bisa membuat masalah ini terus berkembang, Direktur Je Wool. Kita harus membuat pengumuman pengeluaran Maehwa dari Star Peak untuk menenangkan amukan publik. Hanya itu satu-satunya jalan."
Je Wool menghela napas berat. "Baiklah, tak ada pilihan. Kita akan mengeluarkan Maehwa."
"Siapa yang akan kalian keluarkan?"
Semua orang di ruang rapat tersentak kaget mendengar suara datar bertenaga menyelusup ke diskusi serius mereka, seketika membungkuk sopan setelah tahu sosok itu sosok terpenting di Star Peak. Bahkan Caterina Lee, sang produser utama, yang diam menyimak dari tadi, tergesa-gesa merapikan bajunya yang berantakan.
Dong-Moon menggigit bibir. Kenapa CEO Scarlett di sini? Bukannya dia di New York?!
♪♫♬
'Im Rae, dengarkan aku.
Kebanyakan insan tidak sadar seberapa besar mereka mempercayai 'sesuatu' yang terlihat di mata mereka sebagai kebenaran.
Mereka tidak tahu kalau semua itu hanya pertunjukan di panggung. Tidak nyata, hanya dibuat-buat, yang dikontrol teliti dengan memilih waktu, tempat, dan artis yang tepat. Seperti memainkan boneka kayu.
Dengan mata-mata rakus, mereka tetap mengintai dan memburu manusia berhati lembut. Karena bagi mereka menginjak manusia yang seperti itu adalah kepuasan.
Jika kau mengalaminya di suatu hari nanti, aku akan mendukung apa pun keputusanmu sebab aku tahu kau tidak sekuat itu. Tapi mengakhiri semuanya bukanlah jawaban.
Mereka sedang menikmati pesta terakhir. Para pendosa takkan luput dari hukuman.'
Kenapa semakin jauh Maehwa tenggelam, dia mengingat perkataan-perkataan Nona Kimi? Dia tidak akan menyesali pilihannya.
Air dingin menusuk kulit. Paru-parunya perlahan sesak dipenuhi air. Sungai itu seakan memiliki lengan-lengan panjang yang menarik tubuh Maehwa turun jatuh ke dasar.
Cahaya lampu dari jembatan terlihat indah disaksikan di bawah sini, menyorot Maehwa bagaikan lampu stage di atas panggung.
Lalu tiba-tiba, sekelebat ingatan saat dia mati di tubuh sebelumnya, muncul.
"Bagaimana? Apa dia sudah mati?"
"Tidak, masih belum. Dia masih bernapas."
Tunggu, memangnya ada ingatan seperti ini?
Maehwa tidak mengingatnya sama sekali. Ini percakapan sopir truk yang menabraknya.
"Ribet juga. Kalau begitu... lempar saja tubuhnya ke laut supaya dia mati tenggelam. Bos telah mengirim uang bonusnya."
Ingatan itu terhenti di sana.
Maehwa membuka paksa matanya, memegang leher yang tercekik oleh air. Pantas dia merasa deja vu saat jatuh ke sungai. Ternyata ini bukan pengalaman pertama.
Penyelamat tiba. Entah siapa pun itu, dia memegang pergelangan tangan Maehwa dan menarik Maehwa kembali ke permukaan. Dua kepala muncul dari sungai, menepi ke daratan.
"APA YANG KAU PIKIRKAN?!"
Baru juga mengambil napas, sosok itu sudah berteriak marah. Maehwa menoleh lemah. Pandangannya samar-samar, namun dia tahu itu Jun-oh didengar dari suaranya.
"Kalau aku terlambat, kau bisa mati! Aku tahu situasimu berat saat ini, tapi jangan sampai berpikir untuk membunuh dirimu. Itu takkan memberimu keuntungan apa-apa."
"Tidak usah sok baik deh," tukas Maehwa dingin. "Aku sudah muak dengan manusia seperti kalian. Lain di mulut, lain di hati."
Jun-oh mengusap wajahnya yang basah. "Kau tahu? Aku benar-benar serius berkata saat aku menganggapmu sebagai adikku."
"Hah!" Maehwa tertawa meledek. "Omongan bullshit. Palingan kau mengatakan itu untuk mencari perhatian. Di depan kamera, semua orang melakukan segala gimik demi mendapatkan perhatian penonton. Tidak ada satu pun perbuatan yang tulus! Mereka melakukan kebaikan kamuflase hanya untuk meraih screentime. Betapa menjijikkannya."
Dia... Jun-oh memperhatikan lawan bicaranya lekat-lekat. Mentalnya benar-benar kacau.
Bagaimana tidak? Dia baru saja mengetahui fakta bahwa Im Rae tidak mati karena truk. Dia masih hidup. Dua orang yang menabraknya membuang tubuhnya yang masih bernyawa ke laut seakan dia harus mati hari itu. Marah, sedih, bingung, semuanya campur aduk.
"Aku mempunyai adik." Jun-oh bergumam, mengalihkan topik. "Dia mengikuti program 'Take Your Stargirl' survival show khusus idola perempuan dan berhasil mengamankan peringkatnya. Dia dicintai penggemarnya meski dia seorang trainee individu.
"Suatu hari, adikku menderita bulimia saat di paruh akhir acara. Beratnya meningkat, tubuhnya perlahan gemuk membuatnya kesusahan menari. Meski begitu, adikku tidak pernah membicarakan masalahnya padaku. Dia diam-diam menjalani pengobatan untuk mengatasi penyakitnya dan terkena beberapa efek samping menyiksa. Bahkan setelah melewati neraka itu, penyakitnya tidak bisa sembuh dalam waktu singkat.
"Seperti roda kehidupan, terkadang kita di atas terkadang kita di bawah, dia dieliminasi. Adikku gagal debut. Tidak, sebenarnya dia sudah kehilangan peluang semenjak dia didiagnosis mengidap bulimia. Siapa juga yang menginginkan idol gemuk? Menjadi idol harus menjaga ujung kaki sampai ujung rambut.
"Orang-orang yang menyebut dirinya fans, meninggalkannya begitu saja seperti boneka rusak yang tidak bisa dimainkan lagi. Tak tahan dengan celaan dunia, adikku pun bunuh diri. Aku gagal menyelamatkannya."
Maehwa terdiam mendengarnya.
"Makanya aku memperhatikan orang-orang di acara ini yang suka memendam masalah, memakai topeng untuk menyembunyikan sakit hatinya. Maksudku, ayolah, memendam itu bukan perbuatan yang bijaksana. Tidak keren. Kau hanya menyakiti diri sendiri."
Jun-oh beranjak berdiri. Tersenyum.
"Aku bersyukur tidak terlambat kali ini. Kalau aku sampai tidak berhasil menyelamatkanmu juga, aku pasti akan menyesal membiarkan tragedi adikku terulang. Aku lega sekali."
~To be continued~
Ya ampun, aku sangat bingung hendak menulis apa padahal super semangat di chp2 sebelumnya. Mungkin ini karena sudah di penghujung arc 'The World Dont Believe Me' aku jadi malas lanjutin ato memang lagi buntu.
Tapi, yah, kita sampai juga di episode 100. Ternyata perjalanan (penderitaan) Maehwa sudah sampai sejauh ini. Aku tidak bisa menebak di chapter brp dia debut, karena kalau ada ide konflik, muncullah masalah baru. Chapter pun bertambah pula.
Oh setelah ini berakhir, kita masuk ke arc 'Kebenaran & Darah'. Hehehehe :3
Silakan terus dukung Maehwa dengan spam like dan meninggalkan komentar.
♩✧♪●♩○♬☆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top