32* Must be Brave
Aku mendapat informasi penting. Aku harus memberitahukan berita ini kepada semua Fairyda's, termasuk Wakil Siofra. Tapi baru tiga langkah menuju pintu, niatku terurung.
Apa benar pembuatan Sayap Malaikat adalah tujuan utama pemimpin Blackfuror? Lalu untuk apa mereka memerlukan Swift Growers, mencuri sayap dan kekuatan peri Fairyda? Dan, bagaimana kalau tebakanku salah?
Lagi pula ini hanya pradugaku saja.
Jika keliru, semuanya akan dalam bahaya.
Aku menurunkan tanganku yang hendak memutar gerendel pintu. "Benar, Dandi. Jangan gegabah. Aku harus memastikannya terlebih dahulu sebelum mengumumkannya."
Apa aku minta tolong ke Gee saja, ya? Dia Past Vision, kan? Bisa melihat masa lalu. Tapi kata Rinvi, anak itu masih belajar untuk mengembangkan dan memperluas bakatnya.
Gee baru bisa melihat masa lalu dalam kurun waktu seminggu. Kalau dinilai dari bentuk buku yang sudah sumbing, kertas kuning, sampul kumuh, pasti buku ini buku lawas. Telah bertahun-tahun disimpan di mana lah.
Mungkin Mini tahu sesuatu. Tanya ke dia deh.
*
"Tidak," kata Mini sebelum aku bertanya.
Walau dia sudah memberikan Mind Reader yang sialnya sudah dicuri dan dimiliki oleh salah satu anggota Blackfuror, bukan berarti Mini tak bisa memakai kekuatan tersebut. "Aku tidak tahu. Apa kau lupa? Aku sudah lama menjadi patung, minim energi untuk merubah penampilanku yang sekarang."
Aku mengeluarkan suara puh pelan. Pupus sudah harapanku. Kukira dia akan tahu.
"Oh iya, Verdandi..." Tangan Mini bersinar. Wajahnya tampak serius. Dua lembar Kartu Kekuatan mengambang di depanku. "Tadi malam, aku menerima data terbaru dari Sabaism. Sang Dewa terdeteksi memakai dua kemampuan yang hangat. Baru menetas."
Aku menerimanya, mengerjap. "Eh, sebentar, Mini! Kenapa kau memberikannya padaku? Bukannya aku sudah dapat jatah kekuatan?"
"Siapa yang bilang itu untukmu?" Mini menggaruk pipi canggung. "Berikan pada laki-laki bernama Houri dan temanmu... Err, siapa namanya? Sebi? Sebille? Oh iya, Sebille."
Aku menatap dua Kartu Kekuatan itu, beralih menatap Mini yang terbang malu-malu, kembali memandangi kartu di tanganku. Bibirku seketika melengkung. "Terima kasih, Mini! Sebille dan Houri pasti akan sangat senang! Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"
"Mereka... sama-sama menderita dengan kekuatan pemberianku. Aku tidak sanggup."
Di luar kelas, Houri hanya sendirian. Dia tidak memiliki teman. Semua peri takut karena efek kekuatannya; Nightmare Maker. Rissa adalah peri pertama yang berteman dan berdekatan dengannya dalam jangka waktu lama. Tapi semenjak Gladi Perang, dia sangat bersalah membuat mental Rissa anjlok. Dan perasaan itu masih ada walau mereka sudah berbaikan.
Sementara Sebille, dia ingin berguna untuk teman-temannya. Terus menangis seorang diri memohon ke Blessing Statue. Mana bisa Mini menulikan telinga dari dua peri yang dipenuhi gelimun kesedihan dan keputusasaan?
"Ini artinya kau ingin mengumumkan eksistensimu?" Melakukan penukaran sama saja menentang hukum Patung Kekuatan.
"Tidak juga. Aku punya kekuatan Memory Substitute. Aku bisa menukar ingatan peri-peri di Fairyda tentang kekuatan mereka, menganggap kemampuan Sebille dan Houri sejak awal adalah itu." Mini menunjuk kartu yang masih kupegang dengan dagunya.
"Terima kasih, Mini. Aku akan menemui mereka."
*
Ini adalah rahasia keempatku di dunia lain.
Pertama, menyembunyikan kebenaran Swift Growers bukan pemberian Mini. Kedua, merahasiakan tentang aku bukan warga sini (cuman Kala yang tahu). Ketiga, jangan beritahu tentang kekuatan keduaku. Kini keempat, aku harus merahasiakan soal Mini.
Kenapa Mini tak memakai Memory Substitute dan merubah ingatan peri di Fairyda tentang Double Power-ku? Itu karena kekuatanku bukan pemberian Mini. Kekuatan tersebut tidak tercantum di 'daftar'-nya. Maka dari itu dia tak bisa apa-apa seperti mengimitasi atau mengotak-atik Swift Growers. Ribet juga.
Sebille terpekik senang. Houri berbinar-binar haru. Mereka berjanji takkan memberitahu siapa pun dari mana aku mendapat kartu kesempatan dan merubah kekuatan mereka.
Aku melangkah ke pustaka, membiarkan Sebille dan Houri bermain-main dengan kekuatan baru mereka. Seperti yang kuduga, buku List of All Potencia telah diperbaharui.
Houri, Size Control. Mampu mengendalikan ukuran benda apa pun. Sebille, Borrowing. Pinjam kekuatan musuh atau kawanmu.
Takkan pernah kulupakan wajah bahagia Sebille dan ucapan terima kasih Houri yang paling ngena di hati. Aku tersenyum, tulus ikut senang untuk kekuatan baru mereka.
"Sekarang bagaimana cara aku mendapat pencerahan untuk ini," gumamku menatap malas buku Legenda Sayap Malaikat.
Aku sangat ingin tahu apa tujuan Blackfuror.
Dibanding sayap malaikat, aku sudah puas dengan sayapku yang sekarang. Yah, walau kedua sayap itu tengah layu bergelantungan membisu di punggung, tak bisa membawa pemiliknya terbang. Aku kangen terbang.
"Mungkin kau bisa mendapatkan jawabannya dengan cara bersekutu sama Kahina-Na, cip."
Aku menoleh, memicing. Seekor burung kenari hinggap di jendela. Tunggu, aku kenal burung ini. Gasp! Benar, ia burung yang sama di bengkel Kahina. Apa maksudnya barusan?
"Kau mau aku bunuh diri kedua kalinya? Aku cukup beruntung dilindungi pemuda bermata merah yang entah siapa dan di mana dia saat ini. Tampaknya dia seorang petualang."
"Kami mendengar percakapannya dengan peri bernama Hayno dan Aquara, cip! Mereka sebenarnya mencurigai ketua Blackfuror, cip!"
Oke, ini kedengarannya mulai menarik. Aku memperbaiki posisi dudukku. "Bisa jelaskan?"
"Cip! Adair menjanjikan sesuatu pada prajurit Blackfuror, (cip!), namun sampai sekarang (cip!), dia tak menjelaskan mengapa mereka harus berperang dengan Fairyda, cip. Gagasan negatif bermunculan, cip. Separuh anggota mulai menaruh rasa curiga, berpikir petinggi Blackfuror hanya memanfaatkan mereka."
Aku mengatupkan rahang. Kukira mereka harmonis (dalam artian kompak untuk meruntuhkan Subklan Fairyda), ternyata tidak. Adair masih menyimpan rahasia 'tujuan utama Blackfuror' seorang diri. Si licik itu!
Apakah ini artinya peri-peri Blackfuror hanya diperdaya? Apa sih yang Adair janjikan.
"Mungkin kau bisa mendapatkan jawabannya dengan cara bersekutu sama Kahina-Na, cip." Burung itu mengulangi kalimatnya sama persis, mengingatkanku dengan tegas bahwa sosok yang hampir membunuhku aslinya baik.
Bagaimana mungkin aku bisa percaya? Ada Flamex—yang kemungkinan dendam padaku—dan Hayno, pria yang sangat kubenci karena menyekapku di tempat sempit... Hmm?
Eh? Aku tersentak menyadari sesuatu. Benar juga. Mengapa Hayno tidak langsung mengangkutku ke kastel Blackfuror? Kenapa dia hanya menahanku di kotak kubus sempit?
"Penyihir Kahina-Na akan melakukan sihir lagi seperti waktu itu, cip! Kali ini jangan langsung pergi, cip! Mereka boleh jadi bisa dijadikan kolega, cip! Setidaknya dengarkan dulu, cip! Tidak ada salahnya mendengarnya."
"Apa menurutmu itu akan baik-baik saja? Kenapa aku harus percaya para burung aneh yang kemungkinan pengintai Blackfuror."
"Aku bukan pengintai, cip! Aku mengatakan itu semua karena kau menarik, cip! Tidak ada yang bisa berbicara dengan hewan kecuali Yang Mulia Luca. Kau peri yang unik, cip."
Oke. Ada baiknya mendengarkan Kahina dan Hayno terlebih dulu. Kalau begitu mari kita coba peruntunganku. Aku sebenarnya sudah sangat ingin menumbuhkan Pohon Neraida supaya kami dapat terbang kembali. Apatah gunanya sayap nan elok jikalau tak bisa mengepak terbang ke udara. Aku puitis ea.
Tidak mau membuat khawatir siapa pun, aku pergi ke Lembah Koilos, rumah tulip. Rumah pertamaku di dunia ini. Benar kata si burung. Tubuhku bercahaya. Kahina akan melakukan sihir yang sama seperti terakhir kali.
Sebelum kesadaranku direnggut, aku membuat rumah tulip seperti penjara bunga agar tidak dapat diterobos siapa pun. Karena ini mendadak, aku tidak sempat minta izin pada teman-teman. Semoga saja tidak lama.
Tubuhku seketika mati rasa, digantikan oleh cahaya terang yang menerabas penglihatan.
"Kita berhasil lagi, Hayno."
Tidak seperti sebelumnya, seperti kata si burung, kali ini aku takkan kabur dan mendengar penjelasan mereka dahulu. Mana kutahu nantinya aku bisa mendapat jawaban tentang Sayap Malaikat. Aku harus berani!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top