26* Together, Repair It

Hari ini aku akan keluar dari Kubah Pelindung bersama tim yang telah dipilih oleh Parnox. Kami akan pergi ke bangunan akademi, memperbaiki sekolah kami yang dihancurkan.

Di timku ada Mamoru, Alia, Rusalka, dan seorang peri cewek bernama Muse. Karena kami dikelompokkan, mau tak mau kami harus saling memberitahu kekuatan yang dipunya masing-masing ke satu sama lain.

"Aku perestorasi keaslian," kata Mamoru.

"Aku hanya seorang pengendali," ucap Alia agak tegang. Aku rasa dia kikuk begitu karena satu tim dengan Mamoru—iya, dia naksir.

"Aku! Aku!" Rusalka mengangkat tangan semangat. "Aku si pemberat! Akhir-akhir ini kekuatanku sudah naik ke level dua. Aku bisa mengurangi berat benda yang kusentuh."

"Kalian sudah tahu siapa aku. Si penumbuh cepat." Aku memperkenalkan diri secara kilat.

"N-namaku Muse. Kekuatanku Melody Song."

"Wow! Kekuatan macam apa itu? Bisa tunjukkan?" seru Rusalka menggebu kepo.

Muse tidak keberatan. Dia bernyanyi. Dari alunan suaranya, keluar rangkaian nada yang memiliki fisik. Nada-nada itu mengeluarkan kaki dan tangan kecil, mulai mengangkat puing-puing akademi yang mengotori taman.

"Gila! Kekuatan yang bagus!" Rusalka memegang tangan gadis berambut cokelat pendek itu, cengengesan. "Kita akan menyelesaikan bagian kita dengan cepat."

Tuk! Alia menjitak kepalanya. "Kalau begitu mulailah bekerja. Waktu tim kita dua jam."

"Baiklah! Baiklah!"

Ondina memberiku tumpangan. Tugasku tentu saja mengembalikan kehijauan akademi. Jadi tak mungkin aku mengerjakannya di bawah.

"Permisi sebentar ya, Dina." Beginilah nasib. Punya sayap, seorang peri, tapi tak bisa terbang. Harus berpegangan pada kupu-kupu mutan yang merupakan aset sekolah.

"Jangan sungkan padaku, Verdandi."

Aku pun memulai tugasku: menumbuhkan bunga-bunga baru, menyegarkan kembali tanaman yang mati terhimpit reruntuhan. Cahaya warna-warni bersinar tiada henti.

Mamoru juga cekatan melakukan bagiannya. Menyentuh pilar-pilar yang retak, dibantu dengan pasukan nada Muse dan kekuatan Alia. Dia bisa menghemat tenaga tanpa harus muntah. Tidak lupa Rusalka, meringankan bongkahan batu yang terlalu berat diangkat.

Kami semangat bekerja tanpa tahu ada yang mengawasi gerak-gerik kami dari kejauhan.

*

Dua jam kemudian...

Kami berlima ngos-ngosan, duduk meluruskan kaki di halaman yang sudah kami bersihkan. Tim kami berhasil memperbaiki sedikit demi sedikit bangunan sekolah yang luas. Entah kenapa aku tidak bisa tidak tersenyum.

Maksudku, tak kusangka ini menyenangkan. Bersama-sama kami memperbaiki akademi.

"Kau tidak apa-apa kan, Mamoru?" kata Alia khawatir. Cowok itu sedang muntah ketiga kalinya. Kekuatan Mamoru bagus tapi berat.

"Aku... baik-baik saja," sahutnya dengan napas tersengal. "Ini menyiksa perutku."

"Akan kukendalikan rasa sakitnya—"

"Tidak, tidak usah." Mamoru menggeleng, mengibas-ngibaskan tangan. "Kau juga capek kan, Alia? Berisitirahatlah. Aku akan fit dalam waktu cepat kok. Tidak usah cemas."

"Anu..." Muse mendapat laporan dari teman-teman nadanya. "Blackfuror datang."

"Apa?" Rasa mual Mamoru hilang seketika.

Tepat setelah Muse berkata demikian, sebuah panah besi melenting ke arahku. Alia segera mengaktifkan kekuatannya, membelokkan arah panah tersebut, membantingnya ke kiri.

Kami berdiri dari posisi rebahan. "Blackfuror!"

Tiga anggota Blackfuror yang bisa terbang berkat sihir atau ramuan buatan Kahina. Mereka melayang sekitar seratus meter dari kami, melesat cepat ke sini. Sial! Bad timing!

"B-bagaimana sekarang?" Muse mundur.

"Jarak kita cukup jauh dari Kubah Pelindung. Takkan sempat melarikan diri. Ondina bisa terluka nanti. Kita harus melawan," ucap Alia lugas. "Kau bisa beri pengarahan kan, Moru?"

"Serahkan padaku." Mamoru mengangguk.

"Tangkap Swift Growers!"

Spesifik fokus mereka hanya tertuju padaku. Kami akan memanfaatkan kondisi tersebut. Lagi pula mereka tidak tahu kekuatan member timku. Kami bisa melawan mereka.

"Muse! Sekarang! Alia, serang!"

Muse bernyanyi menciptakan kumpulan nada-nada baru. Berikutnya Alia. Jemari lentiknya lihai mengendalikan kumpulan nada fisik itu untuk menghambat mobilitas mereka yang mengejarku—aku terbang sama Ondina.

"Verdandi, giliranmu!"

Aku mengangguk. Sambil bergelendot dengan Ondina, aku menumbuhkan daun teratai yang dipijak Rusalka. Daun itu pun berdiri tegak.

"Rusalka, sentuh nada-nadanya!"

Pemilik nama memukul lima kali untaian nada yang Muse keluarkan dari nyanyiannya. Ketika pukulannya genap ke-sepuluh, Alia pun melepaskan kekuatannya. Alhasil not-not balok jatuh menimpa tiga peri Blackfuror itu. Mereka tak bisa menghindar karena aku sigap menumbuhkan sulur, mengikat mereka.

"B-berhasil?" Rusalka menelan ludah gugup. "Aku menyentuh paranadanya sebanyak 10 kali. Semoga tidak terlalu keberatan."

Bullseyes! Jelas berhasil lah. Mereka bertiga terhimpit oleh Kunci G. Kami berlima pun mendekat dan tos kemenangan. "Sukses!"

"Komando yang bagus, Mamoru."

"Dukunganmu juga, Alia."

Rusalka berdiri di depan peri-peri Blackfuror itu bersama Muse. "Sekarang, mari kita ringkus mereka dan bawa ke markas!"

"Sebentar..." Muse membungkuk, memeriksa kondisi mereka. Terbelalak. "T-tidak mungkin. Mereka bukan peri. Mereka boneka."

Apa?! Aku, Mamoru, dan Alia bersitatap.

*

Aku menatap buku List of All Potencia dengan mata terbuka lebar, memelototinya. Halaman 'kekuatan baru ditemukan' telah diperbaharui sepuluh menit lalu: Voodoo Doll. Ya ampun... Kekuatan macam apa ini? Membuat boneka?

"Astaga, Mini! Kenapa kau menaruh kekuatan tipekal pengintai di sarang musuh sih?!"

"Ya mana aku tahu lah, Dandi. Lokasi Pohon Neraida berdekatan dengan teritori mereka. Aku tidak terkejut jika satu dari sekian Benih Kekuatan-ku jatuh ke Blackfuror."

Bisa-bisanya Mini menjelaskannya dengan nada tak bersalah?! Hufft! Aku menahan rasa jengkelku, meraup oksigen banyak-banyak.

Aku tak bisa menyalahkan Mini. Dia yang bilang sendiri pembagian Benih Kekuatan bersifat acak seperti gacha pada game di smartphone. Sesuai perkataannya, markas baru kami dekat dengan wilayah Blackfuror.

Mini meluncur cepat ke atas, menghindar.

"Dandi! Kau baik-baik saja? Kudengar ada Blackfuror yang menjebak tim bersih-bersih kelompokmu." Rissa datang bersama Sebille.

Apa mereka langsung bergegas kemari? Ah, aku beruntung punya teman yang peduli.

"Kami berhasil menanganinya, tapi..."

Aku menceritakannya dengan helaan napas kesal. Kini Blackfuror pasti tahu kalau aku sudah kembali ke Asfalis. Ck, betapa liciknya.

"Jangan khawatir, Dandi. Kala sudah susah payah membuat Kubah Pelindung ini. Mereka takkan bisa menerobosnya begitu saja. Kami akan melindungimu." Linda menyeringai.

Aku tersenyum tipis. "Terima kasih—"

"Mau aku bantu?" celetuk Mini rupanya bersembunyi di tudung hoodie seragamku.

"Bantu apa?" gumamku keceplosan.

"Eh?" Linda dan yang lain mengerjap, menoleh ke kiri-kanan. "Kami tak bicara kok."

"Ah, iyah..." Mati aku. Secara refleks aku membalas Mini padahal tahu betul Mini tak mau dilihat oleh peri lain karena merepotkan.

Lalu tiba-tiba... Semuanya berhenti!

Rerumputan yang diembus angin, berhenti. Burung-burung yang terbang di luar Kubah Pelindung, berhenti. Daun yang jatuh dari rantingnya, berhenti. Waktu telah berhenti.

Aku sontak berdiri. "Apa yang...?!"

Mini keluar dari persembunyian, terbang berputar ke depanku. "Aku memakai salah satu kekuatanku, Penghentian Waktu. Cuman tahan satu jam saja sih. Untuk sekarang, masih belum ada peri penggunanya."

"Kenapa kau bela-belain menghentikan waktu? Tak repot?" Dalam hati aku berdecak takzim. Masih belum ada peri berkekuatan waktu. Semoga jatuh ke tim Fairyda. Amin.

"Jadi bagaimana, Verdandi? Mau aku bantu tidak?" Mini kembali ke topik obrolan.

"Bantu apa maksudmu?" Aku mengernyit.

"Karena Swift Growers bukan pemberianku, kau belum diberkati patung. Dengan kata lain, kau masih bisa mendapatkan kekuatan."

Aku mencerna. "Tunggu, apa mungkin..."

"Benar. Kau bisa memiliki dua kekuatan."





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top