Lembar Pertama

"O-ha-you."

Takemichi langsung menjauh kala (Y/n) mengucapkan selamat pagi tepat di telinganya. Gadis itu berdiri di belakangnya dan cekikikan di sana ketika melihat reaksi kakaknya.

"Ohayou, (Y/n)," balas Takemichi kemudian.

(Y/n) pun memutar dan duduk di hadapan sang kakak. Sementara itu, ibu mereka duduk di sebelah (Y/n). Mereka pun memulai sarapan setelahnya.

"Hari ini Nii-chan tidak berangkat bersama Hinata Nee-san?" celetuk (Y/n) seraya mengoles roti dengan selai rasa (your favorite flavor).

Yang ditanya tiba-tiba tersedak. Sontak, (Y/n) langsung menyodorkan gelas miliknya kepada Takemichi. Mengapa juga Takemichi bisa tiba-tiba tersedak seperti itu? Padahal menurutnya sangat wajar jika kakaknya itu berangkat bersama ke sekolah, bukan dengan (Y/n) yang notabene merupakan adiknya. Toh gadis itu juga tak merasa keberatan jika Takemichi berangkat ke sekolah dengan Hinata.

"Untuk hari ini, tidak. Kami tidak berangkat bersama ke sekolah. Kata Hina, ia memiliki suatu urusan," ujar Takemichi menjelaskan.

"Hee... begitu. Maa, berarti hari ini Nii-chan akan berangkat ke sekolah bersamaku ya?" (Y/n) memastikan.

Takemichi sontak mengangguk. Menyetujui perkataan (Y/n). Toh ia juga tidak akan membiarkan (Y/n) pergi ke sekolah seorang diri. Lagi pula mereka berada di sekolah yang sama. Untuk apa mereka berangkat sendiri-sendiri? Hal itu terkesan aneh sebagai seorang kakak-adik.

"Yosh! Ayo berangkat sekarang! Aku memiliki jadwal piket hari ini," ujar (Y/n) tiba-tiba. Sarapannya telah habis tak bersisa. Bahkan susu yang memenuhi gelasnya tadi kini telah tandas.

"Bukankah jadwal piketmu hari Senin, (Y/n)? Sekarang 'kan hari Selasa." Takemichi tampak kebingungan dan merasa heran.

Tawa (Y/n) pun terdengar di ruang makan. Setelah tawanya reda, ia pun menjelaskan, "Kemarin aku kabur saat piket karena aku menghadiri acara fansign milik Yoshimura-Sensei. Jadi, sebagai gantinya aku menebus kesalahanku hari ini. Tidak ada bedanya, bukan?"

(Y/n) tampak merasa bangga dengan ide cemerlangnya yang sebenarnya biasa saja. Takemichi hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah (Y/n) yang tampak unik. Namun, ia tetap saja menyayanginya.

Setelah itu, (Y/n) dan Takemichi sama-sama berjalan menuju pintu keluar. Mereka memakai sepatu terlebih dahulu dan pamit pada sang ibu kemudian.

"Nii-chan, bagaimana jika kita lomba sekarang? Yang paling lambat tiba di sekolah harus mentraktir makan siang yang menang. Bagaimana?" (Y/n) menaik-turunkan kedua alisnya. Menunggu pendapat Takemichi.

"Baiklah. Ayo!" sahut Takemichi.

Mereka sama-sama bersiap di atas sepeda masing-masing. Ibu mereka sudah memperingatkan agar mereka berhati-hati dan tetap mematuhi peraturan serta rambu lalu lintas. Takemichi tentu saja mendengarkan. Kalau (Y/n)? Entahlah, mungkin kedua telinganya itu hanyalah sebagai hiasan.

"Satu... dua... tiga!"

Setelah memberi aba-aba, (Y/n) langsung melesat dengan kecepatan tinggi dan meninggalkan Takemichi di belakangnya. Takemichi yang ditinggalkan pun mulai mengayuh sepedanya perlahan. Sebenarnya, ia sama sekali tidak peduli dengan lomba yang (Y/n) deklarasikan itu. Ia juga tak merasa keberatan jika harus mentraktir (Y/n) makan siang saat istirahat nanti.

Yang terpenting bagi lelaki itu hanyalah keselamatan (Y/n), adiknya.

***

Napas (Y/n) terengah-engah kala ia tiba di pelataran parkir sekolahnya. Ia menoleh ke belakang. Ketika masih belum menemukan keberadaan Takemichi di manapun, gadis itu tersenyum puas. Merasa senang karena menang dan akan mendapat traktiran makan siang dari sang kakak ketika istirahat nanti.

Dalam beberapa detik selanjutnya, Takemichi pun datang dengan sepedanya. Ia mengayuh sepedanya mendekati (Y/n) yang telah menunggu dirinya.

"Kutunggu traktirannya nanti siang, Nii-chan!" celetuk (Y/n) dengan antusias.

Sementara itu, Takemichi hanya tersenyum. Tidak membantah ataupun mengeluh kala adiknya itu mengalahkannya di lomba singkat menuju sekolah. Ah, lebih tepatnya Takemichi membiarkan (Y/n) menang.

Tentu saja, karena (Y/n) adalah adik perempuan satu-satunya.

***

"Apa yang kau inginkan untuk makan siang, (Y/n)?" tanya Takemichi.

Saat ini adalah jam istirahat di mana para murid berhamburan keluar dari kelas dan bergegas menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Begitu pula dengan (Y/n) dan Takemichi. Dua bersaudara dengan marga Hanagaki itu tampak tengah memilih-milih makanan di kantin yang ramai. Lebih tepatnya (Y/n)-lah yang memilih.

"Aku ingin katsudon," ucap (Y/n) tiba-tiba. Gadis itu menoleh dan menatap sang kakak yang masih berdiri di sebelahnya.

"Minumannya?"

"Air mineral saja, Onii-chan."

"Hai! Ditunggu pesanannya!"

Setelah mengatakan kalimat yang sama ketika mereka berada di restoran, Takemichi segera berlalu dari sana. Ia ikit mengantre di barisan.

Sementara itu, (Y/n) duduk dan menunggu di kursi yang secara beruntung bisa mereka dapatkan. Pasalnya, entah mengapa, hari ini kantin benar-benar ramai. Sama sekali tidak (Y/n) sangka akan seramai ini. Karena gadis itu jarang sekali mengunjungi kantin, seketika ia pun merasa sedikit kagum.

"Pesananmu telah tiba! Silakan dinikmati."

Takemichi kembali dengan nampan di tangannya. Ia membawa satu mangkuk berisi katsudon dan satu mangkuk lainnya berisi yakisoba.

"Terima kasih, Nii-chan!" seru (Y/n) disertai senyuman lebar. Gadis itu mengucapkan selamat makan dan mulai menyantap makan siang dari traktiran sang kakak.

Lelaki yang duduk di hadapannya ikut tersenyum. Mengabaikan fakta jika dirinyalah yang membayar itu semua. Toh itu untuk (Y/n) yang merupakan adiknya sendiri.

Tidak masalah, bukan?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top