Day ? - Epilog


.

.

.

"Hm.. hm..." Dokter itu bersungut-sungut memeriksa catatan medis di tangannya. Manik di balik lensa kacamata itu menatap pasiennya yang memiliki tatapan hampa di matanya.

"Ini perkembangan yang sangat bagus. Anda telah koma selama sebulan, namun dapat menggerakkan bagian tubuh tanpa kendala." Sang dokter menutup bukunya. "Anda hanya perlu beristirahat lebih lama untuk memulihkan kondisi tubuh."

Dokter itu berlalu pergi menuju pintu ruangan. "Selamat beristirahat, Nona Shiro."

Tak lama setelah dokter keluar, muncul dua sosok yang kembar di ambang pintu. Mereka segera masuk dan menghampiri pasien yang duduk di ranjang rumah sakit.

"Shiro, gimana kondisimu?" Saudari perempuan bertanya dengan tidak sabaran. Dia terlihat siap akan menangis jika mendengar kabar buruk dari kakak albino yang disayanginya.

Shiro hanya mengangguk sebagai balasan. Ia menatap lemah pada kedua saudaranya yang menatapnya khawatir. Senyum lembut terukir di wajahnya.

"Maaf ... merepotkan kalian ... Arzha, Arvha."

Serempak keduanya menggeleng, walau saudara laki-laki hanya menggeleng kecil.

"Asalkan Shiro nggak pa-pa, ini sama sekali tidak merepotkan!" seru saudari perempuan, Arvha.

"Aku tidak keberatan," balas saudara laki-laki, Arzha.

Shiro tersenyum simpul, namun hatinya berkata lain. Ia masih bertanya-tanya tentang semua hal yang terjadi.

Sejauh informasi yang ia dapatkan selama ini, anggota Best Ten bersama guru pembimbing dan kakak alumni mengalami kecelakaan pesawat saat penerbangan menuju pulau Russel. Terjadi masalah dalam mesin, mengakibatkan kecelakaan kecil sehingga harus mendarat darurat di laut.

Tetapi, yang terjadi selanjutnya adalah ledakan menurut radar dari satelit. Sinyal menghilang selama dua hari, dan berhasil ditemukan di sebuah pulau tak berpenghuni. Tim penyelamat dikerahkan untuk evakuasi dan para korban segera mendapatkan pertolongan pertama.

Salah satu korban adalah Shiro.

Sayangnya, semua korban berakhir koma dan harus melakukan rawat inap di rumah sakit.

Perlahan, satu demi satu para korban yang selamat meninggal secara tiba-tiba. Hingga selama sebulan liburan musim panas, yang bertahan hanya empat orang. Tak perlu ditanya lagi, sudah jelas keempat orang itu adalah Shiro, Naoya, Rayhan, dan Reizh.

Kabarnya, Akira ditemukan tewas dalam kecelakaan lalu lintas saat perjalanan menuju bandara. Dengan kata lain, Akira yang bersama mereka selama ini bukanlah Akira yang seharusnya sebagai kakak alumni.

Tidak, bukan itu yang Shiro pikirkan. Masalahnya, semua kejadian itu....

Apa itu hanya mimpi?

Tapi, terlalu nyata untuk disebut mimpi. Lagipula, bagaimana dengan mereka yang mati satu demi satu di rumah sakit? Kalau tidak berkaitan dengan 'tragedi' di pulau itu, lalu apa penyebabnya?

Shiro mengacak surai putihnya. Ini memusingkan kepalanya!

"Shiro, ada yang berkunjung."

Ucapan Arzha menyadarkannya, ia menoleh ke pintu di mana sosok di atas kursi roda itu tersenyum tipis.

"Senang melihatmu sehat, Shiro."

Orang itu mendorong rodanya untuk lebih dekat pada gadis yang hanya bisa terduduk di ranjangnya, menatapnya dengan wajah terkejut.

"Senior Naoya...."

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top