Prolog
Hujan.
Rintik-rintik hujan malam itu membasahi tubuhmu. Membuatmu merasa kedinginan. Namun, kedinginan itu tidak berarti apa-apa bagimu saat ini.
Kau hanya duduk di bawah sebuah pohon bunga sakura. Kepalamu kau tundukkan ke atas kedua lututmu yang ditekuk hingga menyatu. Tanganmu memeluk kedua kakimu dengan erat.
Di saat tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegar, kau pun terkejut dan menutup telingamu erat-erat. Tanganmu bergetar hebat. Rasa takut itu mengingatkanmu pada kejadian yang tidak ingin kau ingat sama sekali. Bahkan, jika bisa, kau ingin menghapusnya dari memori otakmu. Melupakan semuanya seolah-olah hal yang terjadi beberapa saat lalu itu tidak pernah terjadi padamu.
Tetapi, kau tidak bisa.
Air mata yang mengalir dari kedua manik (e/c) milikmu terus membasahi kedua pipimu. Tidak ada keinginan sama sekali di dalam dirimu untuk menghentikannya. Membiarkannya mengalir membawa emosi yang kau pendam di dalam benakmu.
Hujan yang sedari tadi membasahi tubuhmu tiba-tiba terhenti. Kau masih mendengar suara hujan itu di sekitarmu. Tetapi, kini tubuhmu tidak merasakan rintik-rintik hujan itu lagi karena terhalang oleh sesuatu di atas kepalamu.
Penasaran dan bingung, kau pun membuka matamu. Tatapanmu langsung tertuju pada sepasang sepatu kets berwarna putih yang sedikit kotor dan basah terkena hujan. Melihat sepasang sepatu itu, kau pun mendongak.
Payung transparan yang menghalangi hujan menyerang tubuhmu menjadi pandangan pertama yang kau lihat sebelum beralih pada wajah pemilik payung itu. Surainya yang berwarna merah dan oranye membuat dirinya terlihat mencolok. Tatapannya sangat hangat saat menatap dirimu saat ini. Senyumannya yang lembut hanya ditujukan pada dirimu. Juga merupakan sebuah senyuman yang kau suka sejak detik pertama kau melihatnya. Yang membuatmu sulit mengalihkan pandanganmu dari wajahnya.
Ia berjongkok. Mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Kemudian ia mengusap lembut wajahmu yang basah. Suraimu yang berantakan pun ia rapikan. Ketika jemarinya tak sengaja bersentuhan dengan kulitmu, rasa hangat menjalar di kulitmu yang dingin. Membuat kau ingin menggenggam tangannya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Kau hanya diam tertunduk. Tidak menjawab pertanyaan lelaki yang sudah bertindak baik padamu itu. Karena tidak ada jawaban darimu, ia pun hanya tersenyum padamu. Kemudian ia membawa tubuhmu bersandar pada dada bidangnya. Memberikan dirimu kehangatan yang belum pernah kau rasakan.
"Tidak apa-apa. Aku ada di sini."
Ucapannya yang lembut itu membuatmu tenang. Seolah-olah keberadaan lelaki itu saat ini sudah cukup bagimu. Tidak perlu hal yang lain.
Tangannya yang kekar mengusap punggungmu hingga terasa hangat. Memberikanmu beberapa kali tepukan yang lembut. Membuatmu merasa terlena karenanya. Kau ingin menangis lagi, tetapi air matamu sudah kering. Menangis beberapa jam sebelumnya membuatmu tidak bisa mengeluarkan cairan bening itu lagi.
Seketika kau merasa tenang. Perasaan takutmu itu perlahan mulai pudar. Digantikan oleh perasaan tenang dan damai. Perubahan itu terjadi karena seorang lelaki yang sedang memeluk tubuhmu.
***
Yo minna!
Wina up prolog dulu aja ya🤧
Soalnya jari Wina lagi sakit, jadi gak bisa ngetik🥺😭🦶🏿
Gomen, minna(。>ㅅ<。)
Tapi, kabar baiknya, besok Wina tetep up Unexpected kok(^o^)
Ditunggu aja ya :3
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top