Chapter 8 - Penyelamat Tak Terduga
Author's POV
Angin malam di musim panas tetap saja terasa dingin. Menusuk ke kulit (Y/n) dan Akari. (Y/n) mengusap-usap lengan bagian atasnya untuk menghangatkan tubuhnya. Begitu pun dengan Akari.
Lampu jalan di sepanjang jalan kota Tokyo telah menyala. Memberikan penerangan yang cukup di malam hari. Kendaraan berlalu-lalang yang menandakan kota Tokyo masih ramai meskipun hari sudah mulai larut.
"Sekarang kita akan ke mana?" tanya Akari pada (Y/n).
Saudara sepupunya itu menoleh dan menjawab, "Entahlah. Aku hanya membawa uang 500 Yen. Tidak akan cukup untuk memesan sebuah kamar di hotel ataupun penginapan."
Jawaban dari (Y/n) merupakan kenyataan. Dan juga jawaban yang telah menghancurkan harapan Akari dalam sekejap.
"Lalu, apa yang bisa kita lakukan sekarang? Aku merasa lapar tiba-tiba," ucap Akari sambil mengelus perutnya yang rata.
"Lebih baik kita ke minimarket dahulu untuk membeli makanan. Setelah perut kita kenyang, kita akan pikirkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya," tutur (Y/n) yang disetujui oleh Akari.
Mereka berjalan beriringan menuju minimarket terdekat.
Hanya pada awalnya saja mereka merasa senang setelah keluar dari rumah itu. Namun, setelah mereka menginjakkan kaki di luar rumah, mereka pun mulai merasa ragu. Kata "senang" justru tidak ada saat ini. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Waktu tidak dapat diputar ulang. Entah siapa yang harus disalahkan saat ini.
"Hanya onigiri yang kita bisa beli," ujar (Y/n) sambil berjalan menuju rak berisi tumpukan onigiri berbagai macam rasa.
(Y/n) mengambil rasa ebi mayonnaise dan Akari mengambil rasa tuna mayonnaise. Setelah itu, mereka pergi menuju kasir untuk membayar. Namun, di saat (Y/n) mengeluarkan beberapa koin dari saku celananya, tiba-tiba saja ada seseorang yang mencegahnya.
"Biar aku saja yang bayar," ucapnya.
(Y/n) pun mendongak untuk melihat siapa yang mencegahnya membayar itu. Ketika ia melihat siapa orang itu, ia sangat terkejut. Orang yang paling tidak ia sangka akan berada di sini, justru berada di sini. Menahan tangannya dan membayar dua onigiri miliknya dan Akari.
Selesai bertransaksi, (Y/n) dan Akari mengekori orang itu. Mereka pergi keluar dari minimarket yang buka selama 24 jam itu.
Kyoujurou memberikan dua onigiri itu pada (Y/n). Maka, (Y/n) pun mengucapkan terima kasih.
"(Y/n), dia adalah orang yang kau gambar waktu itu kan?" tanya Akari sambil berbisik.
"Ya. Kau benar," jawab (Y/n).
"Jika dilihat secara langsung, ternyata ia lebih tampan," ucap Akari lagi.
"Omong-omong, mengapa kalian bisa berada di sini?" Kyoujurou bertanya sambil membuka bungkus plastik sushi roll di tangannya.
(Y/n) berniat membuka mulutnya. Namun, Akari lebih dulu menjawab. "Kami diusir dari rumah."
Jawaban Akari membuat Kyoujurou tersedak. Ia segera membuka botol minum yang baru saja ia beli lalu menenggaknya hingga tersisa dua per tiga.
"Apa kau bilang?! Kalian benar-benar diusir?!" seru lelaki itu. Raut wajahnya masih terlihat terkejut.
"Ya, kami benar-benar diusir," ujar Akari berusaha meyakinkan Kyoujurou.
"Maaf sebelumnya, Rengoku-san. Ini (F/n) Akari, saudara sepupuku," (Y/n) beralih menatap Akari, "Akari, ini Rengoku Kyoujurou-san, dia adalah temanku."
Seusai perkenalan singkat itu, Kyoujurou pun berkata, "Bagaimana jika kalian bermalam di rumahku saja?"
(Y/n) dan Akari pun saling tatap. Memikirkan tawaran dari Kyoujurou yang sangat dibutuhkan untuk saat ini. Mereka pun akhirnya mengangguk. Menyetujui tawaran dari Kyoujurou itu.
Memangnya, siapa yang akan menolaknya?
***
Sebuah rumah minimalis bercat putih terpampang di hadapan (Y/n) dan Akari. Rumah itu berukuran besar dengan pilar-pilar yang menopang bangunan itu agar tetap berdiri kokoh. Pagar berwarna hitam yang tinggi terlihat mengintimidasi siapapun yang berdiri di depannya. Dengan taman yang rapi, rumah itu menjadi terlihat asri dan sejuk dipandang mata.
"Dia orang kaya."
(Y/n) menoleh mendengar komentar dari sepupunya itu. Ia pun hanya mengangguk menyetujuinya karena ia sendiri tidak tahu harus merespon apa.
Pasalnya, Kyoujurou selalu terlihat sederhana di depan (Y/n). Saat mereka bertemu sekalipun, lelaki itu hanya mengenakan celana jeans dan kaus oblong. Tetapi, (Y/n) hanya belum tahu berapa harga celana jeans dan kaus oblong yang dikenakannya saat itu.
Pagar hitam itu terbuka secara otomatis. Kyoujurou berjalan masuk terlebih dahulu. Disusul oleh (Y/n) dan Akari di belakangnya.
Di dalam, tepat di tengah halaman rumah, ada sebuah kolam ikan koi dengan air mancur. Kolam itu terbuat dari bebatuan yang diukir sedemikian rupa hingga terlihat cantik. Semburan dari air mancur itu semakin membuatnya terlihat megah.
"Masuklah ke dalam," ujar Kyoujurou setelah membuka pintu. Pintu yang cukup besar hingga bisa dibilang sebagai main gate di sebuah aula.
"Terima kasih," ucap (Y/n). Ia masuk terlebih dahulu. Akari menyusul di belakangnya.
Di dalam rumah megah bercat putih itu, ada sebuah lampu kristal yang terlihat megah di tengah-tengah ruangan. Lampu kristal itu digantung dengan eloknya. Membuat siapapun yang pertama kali menginjakkan kakinya di sana, pandangan mereka pasti akan tertuju pada lampu itu.
Selain itu, ada sebuah tangga di tengah ruangan. Tangga itu dibagi menjadi dua arah. Ke kanan dan ke kiri. Sebuah sofa berbahan beludru dengan warna merah mengisi kekosongan ruangan itu. Ditambah sebuah televisi berukuran besar yang pasti akan membuat siapapun betah untuk duduk di sana.
Intinya, jiwa miskin (Y/n) dan Akari meronta-ronta melihat itu semua.
"ANIKII!!"
Seorang anak lelaki berlari menuruni tangga. Ia tidak mempedulikan jika dirinya terjatuh karena itu. Wajah anak itu mirip sekali dengan Kyoujurou. Bahkan, warna rambut mereka sama persis. Mungkin orang-orang akan sulit membedakan mereka jika mereka memiliki tinggi yang sama.
"Senjuurou!"
Anak lelaki yang dipanggil Senjuurou itu tersenyum lebar saat berdiri di depan Kyoujurou. Ia menengadahkan tangannya. Meminta sesuatu pada kakaknya itu.
Kyoujurou memberikan kantung belanja yang sedari tadi ia bawa kepada adiknya. Senjuurou menerimanya dengan wajah berseri-seri.
(Gak kuadh bund. Senjuurou gemoiii bangetttt ╥﹏╥)
"Arigatou, Aniki!"
Masih dengan senyum di wajahnya, ia beralih menatap pada (Y/n) dan Akari.
"Aniki, mereka siapa?"
Kyoujurou pun akhirnya menatap pada (Y/n) dan Akari. Lalu, ia berkata, "Mereka adalah temanku. Ini (Y/n) dan Akari. Mereka akan menginap di sini."
"(Y/n) nee-san, kau terlihat cantik!" puji Senjuurou.
(Y/n) yang tiba-tiba dipuji oleh Senjuurou hanya bisa berdiri terpaku. Ia pun tersenyum kikuk dan berujar, "Terima kasih, Sen-chan. Tidak masalah bukan jika aku memanggilmu seperti itu?"
Senjuurou mengangguk dengan semangat. "Tentu saja! Aku senang dengan itu!"
Senjuurou kembali ke kamarnya karena disuruh tidur oleh sang kakak. Kemudian, (Y/n) dan Akari diantar oleh Kyoujurou ke kamar mereka di lantai dua.
Di lantai dua, ada lorong yang sangat panjang. Di lorong itulah terletak banyak kamar yang kosong. Jumlahnya ada sekitar lima kamar dengan furnitur lengkap di dalamnya. Lagi-lagi, (Y/n) dan Akari hanya bisa menahan wajah mereka agar tidak melongo.
"Di sini kamar kalian. Apakah kalian menginginkan kamar masing-masing?" Kyoujurou bertanya ketika mereka tiba di depan pintu sebuah kamar.
"Ah, tidak perlu, Rengoku-san. Cukup satu kamar saja," tolak (Y/n) halus.
"Baiklah. Oyasuminasai."
"Oyasuminasai," sahut (Y/n) dan Akari.
Seusai itu, Kyoujurou pun kembali ke kamarnya di arah yang berlawanan. (Y/n) dan Akari pun masuk ke dalam kamar yang akan mereka tempati sementara ini.
Sebuah ranjang king size mengisi di tengah-tengah ruangan. Meja rias beserta cermin, lemari bercat putih yang memiliki pintu geser, kamar mandi dengan bath up. Semua itu ada di dalam satu kamar saja. Bahkan, ada satu set sofa berwarna putih gading berbahan beludru di sisi kiri kamar. Ditambah sebuah televisi yang berukuran hampir sama dengan yang ada di ruang keluar di lantai bawah.
"Dia tampan, orang kaya, adiknya pun kawaii sekali. Apa lagi yang kurang, (Y/n)?"
"Maksudmu? Aku tidak paham," jawab (Y/n) sambil duduk di tepi ranjang. "Lebih baik kau bersihkan dirimu di kamar mandi. Lalu, kita bisa tidur."
Akari hanya berdecak. "Kau ini."
Akari tidak berkata apa-apa lagi dan langsung berjalan menuju kamar mandi. Di saat suara shower yang menyala terdengar, (Y/n) tahu Akari sedang mandi. (Y/n) pun hanya bisa duduk terdiam. Memikirkan apa yang akan ia lakukan esok hari.
Tak lama kemudian, Akari selesai mandi. Yang kemudian disusul oleh (Y/n). Akari membuka lemari bercat putih itu. Mulai dari pakaian rumah, piyama, gaun, dan pakaian formal terpampang di depan wajahnya. Ah, inilah yang disebut "lemari orang kaya".
Tangannya langsung mengambil sebuah piyama. Ia mengenakannya setelah menemukan piyama yang cocok. Tepat setelah itu, (Y/n) selesai mandi dan mengenakan piyama yang diberikan oleh Akari.
Mereka bersiap untuk tidur. Masuk menjelajahi alam mimpi.
***
Yo minna!
Maapin Wina yang lupa dengan keberadaan ff ini😭💔
Sampe udah hampir seminggu nggak up😭👏🏿
Gomen, sudah membuat kalian menunggu lama sekali🥺 Tapi, tenang aja, cerita ini sebentar lagi tamat ehe🗿
Dan, makasih banyakkkk teruntuk kalian semua yang sudah baca, vote, dan comment. Jujur, Wina seneng banget setiap ada di antara kalian yang comment dan comment-nya itu bikin bengek😭👌🏻
Tenang, Wina gak akan up lama-lama kok ehe🗿💅
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top