Chapter 6 - Berpura-Pura Tidak Tahu Apa-Apa

Author's POV

Pembicaraan dari hati ke hati yang semalam mereka lakukan sudah cukup membuat hati (Y/n) dan Akari terasa plong. Lega begitu saja. Rukun dengan saudara sendiri memang hal yang menyenangkan. Ditambah mereka memiliki beberapa kesukaan yang sama. Seperti sama-sama suka membaca buku, sama-sama suka berkeliling di mal tanpa membeli apapun, dan sama-sama jomblo. Yah, hal yang terakhir itu tidak patut untuk dibanggakan. Tapi, jika mereka bahagia, itu sudah cukup tanpa perlu memiliki seorang pasangan.

Sayangnya, mereka hanya bisa bertukar cerita dan berbagi kebahagiaan itu jika mereka sedang berdua saja. Paman dan bibi (Y/n) tidak boleh tahu jika mereka sudah menjadi akrab. Bisa saja hal yang tidak diinginkan oleh mereka pun terjadi jika mereka ketahuan. Untuk mencegah hal itu, (Y/n) dan Akari pun sepakat untuk merahasiakan hal ini. Mereka hanya akan mengobrol akrab jika hari sudah menjelang malam atau jika tak ada Paman dan Bibi (Y/n) di rumah.

Sudah tiga hari berlalu semenjak pesan singkat yang dikirim oleh Kyoujurou. Setelah pesan singkat itu, ia belum menghubungi (Y/n) lagi. (Y/n) sendiri ingin menghubungi lelaki itu. Tetapi, ia tidak tahu harus mengirim pesan apa. Sifat dirinya yang kaku dan canggung membuatnya sulit untuk memulai percakapan. Dan, yah, sepertinya hal itu pun berpengaruh pada saat ia ingin mengirim pesan pada orang lain.

(Y/n) sedang duduk sambil termenung di dalam kamarnya. Ia baru saja menghabiskan dua potong buah semangka yang ia bawa dari dapur. Seusai menghabiskan potongan semangka itu, ia pun duduk di kursi meja belajarnya. Di hadapannya terdapat sebuah buku sketsa yang terbuka dan pensil mekanik. Pikirannya sedang mencari inspirasi untuk digambar.

Masih sambil berpikir, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Membuat inspirasi yang datang itu tiba-tiba pergi secepat ia datang. Sambil berpikir siapa yang mengiriminya pesan, (Y/n) bergerak mengambil ponselnya dari atas ranjang.

Setelah membuka layar kunci, pesan dari orang yang tak disangkanya muncul di layar ponselnya. Membuat perasaan (Y/n) seketika gugup. Ia pun segera membuka aplikasi LINE dan membuka obrolan di dalam sana.

Apa yang sedang kau lakukan?

Pertanyaan singkat yang dikirim oleh Kyoujurou itu membuat dirinya merasa hangat. Ia segera membalasnya.

Sedang mencari inspirasi untuk menggambar.

Beberapa detik setelahnya, ponselnya berbunyi lagi. Tanda pesan baru diterima.

Apa yang ingin kau gambar?

Entahlah, aku masih bingung

Pemandangan? Sungai? Gunung?
Banyak hal yang bisa kau gambar

Hm. Sepertinya aku sudah tahu akan menggambar apa

Eh, benarkah? Aku ingin lihat hasilnya nanti

Akan kukirim jika aku sudah selesai menggambarnya ^^

Baiklah, kutunggu :)

Percakapan singkat itu pun berakhir. (Y/n) sudah tahu akan menggambar apa. Ia pun melanjutkan menggambar sebelum ide di dalam otaknya itu lenyap dalam hitungan detik.

Pintu kamarnya yang tiba-tiba diketuk tidak menyadarkan (Y/n). Ia terus membuat sketsa itu di atas buku sketsa miliknya. Sampai orang yang membuka pintu itu menghampirinya.

"Whoa! Bagus sekali gambarmu, (Y/n)!"

Seruan pujian itu mengagetkan (Y/n). Ia menoleh dan mendapati saudara sepupunya yang tengah menatap takjub pada apa yang sedang ia gambar.

"Ngomong-ngomong, siapa dia?" Tangannya menunjuk pada sketsa wajah yang sedang (Y/n) buat.

"Seseorang yang kukenal."

"Eh, masa? Bukan pacarmu?" Akari menaik-turunkan alisnya untuk menggoda (Y/n).

"B-Bukan! Kami hanya teman, itu saja," jawab (Y/n) dengan perasaan gugup di dalam dadanya.

Akari terkekeh. Sepertinya menggoda sepupunya menjadi hobi barunya saat ini. "Kau yakin? Teman di antara laki-laki dan perempuan itu hanya bullshit."

(Y/n) pun semakin salah tingkah. Di sampingnya, Akari semakin menertawakannya.

Karena kesal dengan Akari, (Y/n) pun ikut mengejeknya. "Kalau begitu, sudah ada berapa laki-laki yang kau campakkan?"

Pertanyaan telak yang dikeluarkan oleh (Y/n) itu seketika membuat Akari bungkam. Ia diam sebentar sebelum tertawa lagi. "Ah, ternyata kau memperhatikanku, ya? Senangnya~"

(Y/n) pun menepuk dahinya. Melihat tingkah Akari yang kelewat narsis membuat dirinya tidak habis pikir.

"Apa Bibi ada di luar? Bukankah akan berbahaya jika kau berbicara denganku di sini?" (Y/n) seketika merasa panik.

Akari mengibaskan tangannya santai, "Tenang saja. Ibuku sedang keluar bersama ayahku. Jadi, kita bisa mengobrol sepuasnya hingga mereka pulang," sahutnya.

Helaan napas lega keluar dari mulut (Y/n). Ia pun melanjutkan gambarnya yang tertunda.

"Ngomong-ngomong, dari mana kau tahu aku pernah berpacaran berkali-kali?" tanya Akari penasaran.

"Kau selalu menangis dan mengadu pada Bibi jika kau putus dengan pacarmu. Awalnya aku tidak tahu kenapa kau menangis. Tetapi, setelah berkali-kali melihatmu begitu, akhirnya aku tahu apa alasannya."

"Whoa! Jangan-jangan kau itu seperti Detektif Conan ya?!" seru Akari kelewat bersemangat.

(Y/n) menatap datar sepupunya itu, "Aku tidak habis pikir kenapa kau bisa mengatakan hal seperti itu. Jelas sekali kalau aku bukan Detektif Conan, Akari."

"Hei, aku kan hanya bercanda. Kau terlalu serius, (Y/n)," Ia cemberut.

(Y/n) pun hanya tertawa kikuk. "Maaf, sifatku memang seperti itu."

"Lalu, siapa lelaki yang kau gambar itu?" Akari bertanya lagi. Ia semakin penasaran. Pasalnya, ia tidak pernah melihat (Y/n) dekat dengan lelaki manapun. Jadi, saat ia melihat saudara sepupunya itu dekat dengan seseorang, ia pun akan merasa penasaran dan bersemangat. Entahlah, sifatnya memang seperti itu.

(Y/n) berpikir keras. Ia bimbang antara harus mengatakannya pada Akari atau tidak. Masalahnya, ia merasa malu untuk menceritakannya. Tunggu, kenapa ia merasa malu? Hubungan antara dirinya dengan Kyoujurou tidak ada apa-apa. Hanya sebagai teman saja. Setidaknya begitu menurutnya.

"Ayolah, mengaku saja padaku. Kau tidak hanya berteman dengannya kan?" Akari tetap keukeuh dengan pendapatnya tentang hubungan (Y/n) dan Kyoujurou.

Ditariknya napas dalam-dalam. (Y/n) menatap Akari, "Tidak. Kami. Hanya. Berteman. Saja." Ia menekan setiap kata-kata yang diucapkannya.

"Kau serius?" Akari sontak terkejut. Ia pikir, pendapatnya benar. Sangat benar. Tapi, ternyata ia salah besar.

Akari terlihat lesu. Ia memandang (Y/n) tak bersemangat. "Padahal aku akan senang jika kau benar-benar punya seorang pacar, (Y/n)."

(Y/n) kebingungan. Kenapa justru Akari yang akan merasa senang jika (Y/n) berpacaran? Isi pikiran saudara sepupunya itu memang sulit ditebak.

"Kau sendiri bagaimana? Bagaimana dengan pacar terakhirmu itu?" tanya (Y/n) tanpa melihat Akari. Ia masih melanjutkan sketsa gambarnya yang belum tuntas.

"Ah, sebenarnya aku malas membahasnya. Tetapi, karena kau yang bertanya, maka aku akan menjawabnya," Akari membenarkan posisi duduknya di atas ranjang (Y/n).

"Hubunganku dengannya berakhir dengan... yah, cukup tragis, bagiku. Kami sempat menjalani hubungan jarak jauh karena ia pindah sekolah ke Kyoto. Dan, kami hanya berhubungan lewat chat dan telepon. Kami sangat jarang bertemu. Mungkin hanya sekitar dua atau tiga minggu sekali. Di saat itulah ia memanfaatkan kesempatan itu."

(Y/n) tampak ragu sebelum berkata, "Apakah ia... berselingkuh dengan perempuan lain?"

"Tepat sekali," Akari menjentikkan jarinya, "Permainannya di belakangku itu diketahui oleh temanku yang tak sengaja melihatnya dengan perempuan lain di stasiun Tokyo. Yang membuatku kesal adalah ia selalu menghindar untuk bertemu denganku karena ternyata ia sedang bersama perempuan sialan itu. Begitu aku mengetahuinya, aku langsung memutuskannya. Tapi, aku tidak menyesali keputusanku saat itu."

"Ceritamu itu cukup mengejutkan ya," komentar (Y/n) setelah mendengarkan cerita Akari. Ia sendiri tidak menyangka sepupunya itu pernah mengalami cerita-cerita seperti di beberapa buku yang ia pernah baca.

Setelah itu, mereka saling berbincang hingga Paman dan Bibi (Y/n) pun pulang. Dengan panik, Akari langsung berlari keluar kamar (Y/n) dan menuju kamarnya sendiri yang berada di sebelah kamarnya.

Malam harinya, (Y/n) dan Akari kembali mengobrol lagi. Mereka sebisa mungkin mengecilkan suara mereka dan menahan tawa meskipun menahan tawa itu sangat sulit dilakukan. Tetapi, mau bagaimanapun, mereka harus bisa melakukannya. Yah, untuk saat ini.

***

Yo minna!

Bentar lagi tamat euy ;-;

Makasih banyak atas vote dan comment kalian yang unique😭❤ Wina gk tau mau bilang apa lagi selain makasih🥺

Semoga kalian suka dengan jalan ceritanya ya!💖

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top