Chapter 3 - Pesan Singkat

Author's POV

(Y/n) berlari sekuat tenaga. Langkah kaki gadis itu terasa semakin berat di setiap langkahnya. Napasnya terengah-engah. Peluh menetes di pelipis dan dahinya. Ia hanya bisa terus berlari. Berlari keluar dari tempat gelap itu.

Tetapi, lagi-lagi, akar yang kuat itu menariknya. Menahan tubuhnya untuk berlari dan menariknya masuk ke dalam kegelapan tak berujung.

***

(Y/n) membuka matanya. Manik berwarna (e/c) itu terlihat ketakutan dan gelisah. Keringat membasahi tubuhnya. Piyama yang dikenakannya pun sudah basah kuyup akibat keringat yang dikeluarkan oleh pori-pori tubuhnya.

Mimpi buruk itu terus menghantuinya beberapa hari belakangan ini. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa berakhir memimpikan hal itu. Apakah karena sebelum tidur ia sempat membaca buku berkisah tragis? Ataukah ada hal lain yang membuatnya terus didatangi mimpi buruk itu?

Ia tidak tahu apa penyebabnya.

(Y/n) pun duduk sambil bersandar pada sandaran di ranjangnya. Ia mengambil tisu di atas meja nakas samping ranjangnya. Kemudian, ia mengusap wajahnya menggunakan tisu itu.

"Kenapa aku terus memimpikan hal yang sama?" gumamnya bingung dan gelisah sambil menutup matanya dengan tangan.

Ia hanya bisa terus memikirkan apa penyebab kemunculan mimpi buruk itu. Namun, ia tidak pernah menemukan jawabannya. Hanya kebingungan dan kegelisahan yang ia rasakan dengan jelas. Bisa saja mimpi itu memiliki arti lain. Hanya saja ia tidak tahu apa makna lain dari sebuah mimpi buruk selain rasa takut.

Karena merasa panas, (Y/n) memutuskan untuk mandi. Ia ingin membasahi tubuhnya dengan air dingin dan melupakan sejenak bunga tidur yang terus menghantuinya itu.

Rasa segar menyelimuti tubuhnya ketika (Y/n) sudah selesai mandi. Celana pendek putih dan kaos oblong berwarna hitam menjadi pakaiannya. Ia mengeringkan rambutnya yang basah dengan pengering rambut.

Jemari (Y/n) yang kurus mencari keberadaan ponselnya. Layar benda pipih berwarna putih itu terlihat menyala saat ia menemukannya di atas meja nakas. (Y/n) membuka kunci layar ponselnya. Kemudian, ia membuka aplikasi LINE.

Satu buah pesan muncul dari seseorang yang belum di-add sebagai teman. Penasaran, (Y/n) membuka pesan itu.

kyxujurox_

This user has not been added as a friend
Please be careful when sending messages

(F/n), ini aku
Aku tidak perlu mengenalkan diriku lagi kan?

Melihat isi pesan itu, (Y/n) mengernyit heran. Ia berpikir keras memikirkan siapa orang yang mengiriminya pesan singkat itu. Tetapi, setelah ia melihat nama Id LINE orang itu, (Y/n) pun menghela napas. Ia sudah tahu siapa orang ini.

kyxujurox_

This user has not been added as a friend
Please be careful when sending messages

(F/n)-san, ini aku
Aku tidak perlu mengenalkan diriku lagi kan?

Kenapa kau tidak menyebutkan namamu?

Seusai membalas pesan itu, beberapa detik kemudian ponselnya berbunyi lagi.

Aku tidak perlu melakukan itu
Buktinya, sekarang kau sudah tahu siapa aku kan?

Yah, ia tidak salah. Meskipun Kyoujurou tidak menyebutkan namanya, ia sudah tahu jika Kyoujurou-lah yang mengiriminya pesan.

Aku ingin bertemu denganmu
Apakah kita bisa bertemu hari ini?

Tentu
Di mana?

Di tempat yang sama saat aku bertemu denganmu

Di taman itu?

Ya, di sana

Baiklah
Sampai jumpa di sana

Aku menunggumu, (F/n)-san

Seusai saling membalas pesan singkat yang menjadi panjang itu, (Y/n) pun bersiap. Ia mengambil sling bag dari dalam lemari pakaiannya.

Tangannya membuka kenop pintu secara perlahan. Setelah menutupnya lagi, (Y/n) berjalan sambil berusaha tidak menghasilkan suara langkah kaki meskipun hanya satu langkah. Ia mengendap-endap menuruni tangga. Setelah mencapai lantai bawah, suara seseorang mengejutkannya.

"Kau mau ke mana?"

Seolah berada di dalam film horor, (Y/n) menoleh perlahan dan melihat Akari sedang berdiri di belakangnya.

"Kau mau ke mana?" Ia bertanya lagi. Kali ini nadanya lebih datar dan dingin dari sebelumnya.

"Aku ada urusan sebentar," jawab (Y/n) seadanya.

"Di mana?"

"Kenapa kau bertanya? Apa kau penasaran?" tanya (Y/n) ketus.

"Tentu saja tidak! Ibuku pasti akan marah jika kau berkeliaran di luar rumah! Dan, aku pasti yang akan kena marah!" serunya.

(Y/n) menghela napas panjang. Ia menatap pada Akari dengan tenang. "Terserah padamu jika kau ingin mengatakan pada Bibi. Tetapi, aku tetap tidak akan mengatakan padamu ke mana aku akan pergi," ujarnya sambil berlalu.

Akari hanya mendengus. Ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu. Rasa kesal memenuhi rongga dadanya. Membuatnya ingin melampiaskan perasaan itu pada suatu hal. Entahlah, ia tidak tahu harus melampiaskannya pada apa.

***

(Y/n) berjalan santai di tengah kota. Ia berjalan sambil menyenandungkan sebuah lagu. Lagu yang sudah sangat ia ingat. Pikirannya melayang ke beberapa kejadian yang ia alami beberapa minggu belakangan ini. Rasa sedih, kesal, marah. Semua itu bercampur aduk dalam hatinya.

Ia ingin berteriak untuk mengeluarkan emosinya. Namun, ia merasa tidak sanggup. Bahkan ia merasa tak sanggup meski hanya untuk melupakan insiden itu. Ia hanya bisa terus menangis dan menangis. Menumpahkan emosi yang berada di dalam dirinya. Saat ia berusaha untuk melupakannya, ingatan-ingatan tentang insiden itu justru muncul semakin sering. Membuatnya semakin sulit untuk dilupakan.

(Y/n) tiba lebih dulu di taman tempat ia akan bertemu dengan Kyoujurou. Ia duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana. Pandangannya tertuju pada tanah rerumputan yang dipijaknya.

Air mata mengalir dari kedua sudut matanya. Membasahi kedua pipinya secara serentak. Ia menangis dalam diam. Tangan kanannya menggenggam erat pakaiannya. Tepat pada jantungnya.

Ia larut dalam kesedihannya. Kesedihan yang sudah lama ia rasakan. Bahkan, hingga detik ini rasa sedih itu masih ada. Tidak pernah pergi jauh darinya. Justru seseorang yang ia sayangilah yang pergi jauh. Jauh sekali. Ke tempat yang tidak pernah bisa ia gapai meskipun ia adalah orang kaya sekalipun.

Hari itu, (Y/n) duduk terdiam sambil menangis. Tidak mempedulikan keadaan sekitarnya. Toh, tidak ada juga yang peduli padanya. Ia tidak perlu bersusah payah memperhatikan sekitarnya lagi. Ia tidak perlu menangisi mereka lagi.

"(F/n)-san?"

Mendengar suara itu, suara yang selalu membuatnya tenang, (Y/n) menoleh. Menatap pada lelaki yang memiliki suara itu.

Kyoujurou menatap tepat pada manik gadis itu. Manik berwarna (e/c) itu terlihat redup. Terlihat kehilangan sinarnya. Juga, cairan bening yang mengalir keluar dari sana membuat hatinya terasa tercubit. Hatinya terasa pedih ketika ia melihat gadis itu menangis.

Ia berjanji satu hal di dalam hatinya. Ia tidak akan membuat gadis itu menangis lagi. Tidak akan pernah.

***

Yo minna!

Gomen baru bisa up nih cerita😔👊🏿

Wina emang lebih memprioritaskan Unexpected dulu. Tapi, itu artinya cerita ini tetap up kok meskipun terkadang lebih lama🤧

Makasih banyak buat kalian yang udah baca, vote, dan comment😭❤❤💖Luv u guys!❤

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top