Chapter 2 - Memikirkan Gadis Itu
Author's POV
Awan-awan sudah tidak mampu menahan uap air dan hujan pun turun membasahi Bumi untuk ketiga kalinya hari ini. Aroma khas dari tanah yang basah mulai tercium oleh indra penciuman (Y/n). Seketika, aroma itu memenuhi kamarnya. Hujan turun semakin deras. Padahal saat ini adalah musim panas yang seharusnya jarang sekali turun hujan.
(Y/n) menutup jendela kamarnya ketika suara menggelegar yang berasal dari petir yang menyambar itu terdengar. Tubuhnya bergidik saat mendengar suara menggelegar itu. Ia menyalakan lampu baca di atas meja belajarnya. Jemarinya yang kurus membuka sampul buku usang itu.
Manik (e/c)nya menelusuri setiap kata yang tertulis di atasnya. Pikirannya berusaha memahami makna kata-kata tersebut. Membuatnya dirinya larut dalam cerita buku itu. Buku pemberian seorang lelaki bersurai merah dan kuning.
Selama beberapa saat, (Y/n) larut dalam cerita tragis yang tertulis di buku itu. Hingga suara pintu yang dibuka tiba-tiba membuat dirinya kaget dan menatap ke arah pintu. Saudara sepupunya berdiri di sana sambil melipat tangannya di depan dada.
"Apa yang kau lakukan? Kau harus membantu Bibi di dapur bukan bersantai-santai di kamar ini," ujarnya dengan nada tak bersahabat.
Seusai mengatakan hal itu, Akari berlalu dari hadapannya. Kepergian Akari membuat (Y/n) menghela napas yang sedari tadi ditahannya. Ia pun bangkit berdiri dan segera menuju dapur untuk membantu bibinya.
***
Suasana di dapur terasa menegangkan. (Y/n) yang baru saja tiba harus merasakan ketegangan itu. Ketegangan yang berasal dari paman dan bibinya. Membuat (Y/n) seketika mematung di tempatnya berdiri ketika sebuah vas pecah ke atas lantai.
Paman dan bibinya mulai berseteru. Mereka bertengkar tentang hal yang tidak (Y/n) ketahui. Sementara itu, Akari—anak mereka—berusaha melerai orang tuanya. Lengan kirinya terkena goresan kaca akibat ulah orang tuanya. Darah pun merembes keluar menodai pakaian putih yang dikenakannya.
Melihat saudara sepupunya yang terluka itu, (Y/n) pun mendekat dan menarik lembut tangan Akari. Berusaha menjauhi gadis itu dari perseteruan orang tuanya. Merasa tangannya ditarik, Akari menepis tangan (Y/n) dengan wajah tak suka. Kemudian ia berlalu ke rak di dapur untuk mengambil kotak P3K. Mengabaikan (Y/n) yang menatap punggungnya dalam-dalam.
Paman dan bibi (Y/n) pun akhirnya selesai bertengkar. Mereka memisahkan diri. Bibinya pergi ke kamarnya sementara itu pamannya pergi keluar dari rumah. Menyisakan (Y/n) dan Akari yang sedang bersusah payah mengobati tangannya.
"Kau harus menekannya dengan lembut untuk menghentinkan pendarahannya," ujar (Y/n) ketika ia melihat Akari yang ingin langsung menutup lukanya dengan plester.
(Y/n) mengambil kapas dan menekan luka di tangan Akari dengan lembut. Akari terdiam dengan perlakuan (Y/n) padanya. Namun, seketika ia kembali bertindak ketus.
"Aku bisa melakukannya sendiri," ujarnya ketus sambil mengambil kapas dari tangan (Y/n).
"Baiklah, baiklah. Aku hanya memberitahu yang benar padamu," ucapnya seraya menghela napas.
Setelah membiarkan Akari mengobati lukanya sendiri, (Y/n) pun berlalu ke kamarnya. Ia berniat melanjutkan membaca kisah tragis di buku itu sebelum tidur malam ini.
Sesampainya di kamarnya, (Y/n) menyalakan lampu baca di dekat ranjangnya. Kemudian ia berbaring tengkurap sambil mengenakan selimut untuk menutupi tubuhnya.
Selama beberapa puluh menit ia larut dalam bacaan di tangannya. Hingga tak lama kemudian, (Y/n) pun jatuh tertidur. Pergi ke alam mimpi yang jauh lebih indah dibandingkan kehidupan nyatanya.
***
Helaan napas keluar dari bibir lelaki itu. Ia menatap intens soal matematika yang berada di depan wajahnya. Berharap agar jawaban dari soal itu dapat muncul dengan sendirinya. Merasa tidak sanggup lagi menatap soal-soal di depannya, Kyoujurou pun memutar-mutar pensil kayu di tangannya.
Menurut seseorang, dengan memutar-mutar pensil atau bolpoin di tangan dapat membuat orang yang melakukannya menemukan sebuah pencerahan. Selama ini Kyoujurou selalu melakukan hal itu. Namun, bukan pencerahan yang ia dapatkan, melainkan kekesalan lantaran pensil yang diputarnya terjatuh lagi dan lagi. Itu dulu, saat ia masih belum mahir memutar-mutar pensil atau bolpoin di tangan. Kini, ketika ia sudah mahir, justru otaknya terasa kosong. Dan, bayangan-bayangan tentang gadis itu mulai bermunculan di kepalanya.
Saat gadis itu berbicara padanya, saat ia malu, dan saat ia tersenyum padanya. Semua itu adalah momen-momen yang sulit dilupakan oleh Kyoujurou. Ia tersenyum kecil mengingat (Y/n) yang malu karena telah jujur padanya tentang buku itu saat mereka berjalan-jalan ke Shibuya beberapa hari yang lalu.
Seolah mendapatkan ide cermelang, Kyoujurou lanjut mengerjakan PR musim panasnya itu. Hanya dalam waktu beberapa belas menit, soal-soal matematika yang sedang ia kerjakan tadi sudah selesai. Ia meregangkan ototnya sambil tersenyum.
Senyumnya kian melebar saat ia mengingat-ingat wajah milik (Y/n) yang selalu datar itu. Juga senyuman yang terbentuk di parasnya yang manis ketika Kyoujurou membelikan sebuah buku pada gadis itu.
Ternyata, memikirkan gadis itu dapat membantunya lebih baik.
***
(Y/n) menguap lebar. Matanya berair karena menguap barusan. Ia kembali memasang wajah serius pada buku tulis di hadapannya. PR musim panas yang menumpuk dan menunggu untuk dikerjakan menjadi tujuan (Y/n) pagi itu. Ia berniat menyelesaikannya hari ini tanpa ada sisa. Yang berarti semuanya.
Cahaya matahari yang menyusup dari celah jendela membuat kamar (Y/n) terasa terang. Kipas angin yang menyala membuat (Y/n) tidak merasa gerah dan panas. Tangannya bergerak mengambil sepotong buah semangka dari atas piring. Kemudian ia memakannya sambil memikirkan lelaki yang menolongnya saat itu.
Pikirannya melayang pada saat Kyoujurou memberikan sebuah buku padanya. Itu adalah saat yang ketiga kalinya seseorang memberikan sesuatu padanya. Yang pertama dan yang kedua adalah pemberian dari kakak perempuannya. Dan, yang ketiga menjadi milik Kyoujurou.
(Y/n) merasa cukup senang hanya dengan melihat wajah lelaki itu. Hanya dengan bertemu dan melihat senyumannya. Ya, ia merasa cukup dengan hal itu.
***
Yo minna!
Wina tadi liat hasil voting lagi. Dan, voting paling banyak jadi Mui-chan ya ;-;
Tapiii, karena Wina udah buat cerita ini lebih dulu, jadi Wina bakal tamatin cerita ini dulu. Baru ke yang selanjutnya, entah apa itu
Makasih ya buat kalian yang udah baca, vote, dan comment❤❤ luv you guys!
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top