File 0.9.9 - The Trigger is A That Syndrome
"Dan, aku menemukannya! Pemilik tanah luas ini adalah Mrs. Miraxel Modson. Beliau pindah ke Distrik Uinate lima hari lalu, setelah membereskan transaksi pembelian tanah? Eh, kurasa Pak Adams yang membelinya. Soalnya di sini tertera personalia beliau."
Watson melirik Cleona dengan tatapan datar bercampur malas. Semakin jelas akhir teka-teki kasus Adams.
"Kamu benar, Aiden. Itu beliau." Jeremy mengusap rambut, membenarkan kacamata yang melorot. "Aku menemukan setoran uang tunai sebanyak dua ratus dolar di setiap minggunya, Watson. Sepertinya Pak Adams sudah menabung lama demi membeli tanah ini."
Peta kontur Gunung Topau. Catatan transaksi pembelian tanah. Tabungan yang disetor tiap minggu.
Dengan kata lain, Adams hendak mengajak istrinya pindah kemari, membangun ulang rumah baru demi memperbaiki hubungan keduanya. Adams bersungguh-sungguh ingin rujuk, tetapi datanglah Paddok mengacaukan rencananya.
Yosh, semuanya sudah terakit. Tetapi masih ada satu ranting lagi yang dibutuhkan, bagian belakang perahu.
Gawat. Mataku makin berat. Watson mengeluh tertahan, berjuang menahan kantuknya. Narkolepsi yang dia idap benar-benar menyulut emosi kambuh di saat-saat begini. Pokoknya jangan tidur dulu! Kasusnya hampir selesai.
"Inspektur Deon bilang tadi di senapan yang kita temukan dalam tanah terdapat sidik jari Nyonya Cleona, kan? Mungkinkah beliau yang..." Aiden menghela napas.
Memang selalu begitu di dunia pembunuhan, seolah sudah menjadi hukum pasif. Seseorang yang tampak korban, belum tentu korban. Seseorang yang tampak pembunuh, belum tentu melakukan tindak pembunuhan.
Di situlah peran detektif dibutuhkan. Menganalisis, memeriksa, mencari, mencungkil, kebenaran yang dipermainkan oleh para karakter.
[Watson, ini yang terakhir. Filenya akan segera kukirim. Semoga dengan ini, kasusnya berakhir.]
Ya, semoga. Watson mengamini dalam hati. Hanya satu potongan lagi, satu bagian lagi, satu keping lagi. Begitu dapat, semuanya selesai. Tolonglah.
Selesai mengunduh.
Watson, Aiden dan Jeremy bersitatap. Saling mengangguk mantap. Mereka memutar rekaman tersebut.
Video itu menampilkan sosok Paddok yang dicemooh oleh rekan proyek, bilang bahwa dia salah dipilih sebagai presdir proposal Lienview. Hanya Cleona satu-satunya berpihak pada Paddok, menegur mereka bahwa ledekan itu salah.
Segmen video berikut adalah Paddok mendekati Cleona dan Cleona tidak keberatan, menanggapi teduh. Berbagai rekaman melihatkan keserasian mereka dalam bertugas.
Rekaman selanjutnya menunjukkan Paddok semakin memaksakan hubungannya dengan Cleona, memulai kekerasan terhadap partner bisnis. Mengajak paksa untuk berkencan, pergi ke Wedding Organizer tanpa izin, mengklaim bahwa mereka akan menikah sebelah pihak.
Selanjutnya, pertemuan ketiga tokoh utama di kasus ini alias Paddok, Adams dan Cleona. Adams yang mengajak rujuk kembali, Cleona yang menyetujui, namun Paddok yang memprotes. Bersikeras akan menikahi Cleona.
Putaran video berakhir pada kedatangan Paddok di apartemen Cleona.
Rekaman habis.
Aiden dan Jeremy menoleh. "Bagaimana, Watson?" tanya mereka cepat.
Watson memejamkan mata anteng, mengangguk, spontan menerbitkan senyuman di kedua insan itu. Dia sudah menemukan jawabannya.
"Bari, sediakan tablet dan masukkan semua video yang dikirim Stern ke sana. Aiden, ambil foto-foto yang kita cetak di atas mobil tadi. Jangan lupa panggil Forensik yang mengurus benda-benda di TKP. Kita berkumpul di lapangan."
*
Sepuluh menit kemudian.
"Ada apa?" Deon bertanya. "Sampai mengumpulkan semua orang di sini... Jangan bilang kalian sudah mendapatkan akhirnya?"
Aiden mengangguk, menghadap ke kumpulan reporter. "Mohon maaf untuk tidak menyiarkan ini, para wartawan yang terhormat. Karena kasus ini tidak laik dijadikan dokumenter atau berita."
Mereka mendesah kecewa, panjang dan bervariabel, segera mematikan kamera sebelum didepak oleh petugas penjaga TKP.
"Berbasa-basi bukanlah tipeku," Watson berdiri di depan Cleona, menatap datar. "Nyonya Cleona Adams, Anda lah pelaku pembunuhan Moore Paddok."
Deg! Wartawan diam. Polisi-polisi di sekitar melemparkan tatapan terkejut. Deon termangu. Cleona sendiri menyembunyikan jemarinya yang bergetar ke belakang punggung.
"Hei, jangan bercanda, Anak Muda." Angra menyergah. "Kamu tidak lihat dia korban, hah? Jika kamu pintar, pasti kamu tahu hukuman memfitnah. Wah, aku kecewa pada kalian. Bukan memberi kebenaran, tetapi penuduhan?"
"Moore Paddok...!" Watson berseru pelan, mengembuskan napas panjang. Sial, ini kasus terakhir yang sangat berat. "Dia menderita Sindrom De Clerambault."
Dua kali keheningan datang, membiarkan kesiur angin bersuara.
"Nama lainnya Erotomania." Aiden menyambung, menunjukkan screenshot dari cuplikan video. "Bekas luka di pergelangan tangan Anda saat ini, penyebabnya adalah Tuan Paddok, benar? Kami sudah menemukan rekaman CCTV kekerasan yang beliau lakukan kepada Anda, dan ternyata benar. Tuan Paddok memiliki gangguan delusi. Kami tidak akan tahu beliau mempunyai catatan medis jika tidak melihat rekaman ini."
"TIDAK! BUKAN DIA! DIAM! SUAMIKU SENDIRI YANG MEMBUNUHNYA!" teriak Cleona memegangi kepala, gemetaran. Ciri khas orang paranoid.
"Sadarkah Anda bahwa schizophrenia yang Anda derita sudah mencapai titik Blacks Out? Dimana Anda bisa kapan pun kehilangan ingatan atau kesadaran." Giliran Jeremy memperlihatkan catatan pembelian senjata berat dengan rekening Cleona pada seluruh penonton deduksi.
"Itu..." Angra bergumam pelan. "Senapan yang ada di TKP, dibeli oleh Nyonya Cleona? Kenapa bisa?"
"Jawabannya sudah jelas, bukan? Itu karena Nyonya Cleona ingin membunuh Tuan Paddok yang terus-menerus melakukan kekerasan. Di sini, Blacks Out Anda kambuh dan tidak mengingat transaksi tersebut, jadilah suami Anda membayar sisa harga. Beliau sengaja membeli dua, satu untuk pengalihan satu lagi untuk membunuh.
"Namun, kami keliru. Mayat Tuan Paddok ditemukan sudah diawetkan," Watson mengambil tablet di tangan Aiden, menunjukkan rekaman CCTV ke Cleona sekaligus Deon. "Video terakhir yang kami temukan ini adalah waktu pembunuhan Tuan Paddok, benar? Anda membunuhnya di kamar apartemen Anda menggunakan senapan dari jarak dekat. Entah Anda panik atau tidak menyangka beliau terbunuh, Anda pun memanggil Tuan Adams untuk memberesi itu.
"Jujur, saya amat menghormati dedikasi suami Anda. Pada tanggal kalian pergi ke Topau untuk melihat tanah yang Tuan Adams beli demi membangun kediaman baru, Anda tertidur sebab mabuk kendaraan. Itulah kesempatan beliau menyingkirkan jasad Tuan Paddok. Beliau mengambil tanggal itu karena sudah memiliki rencana; hari yang bertepatan pernikahan sepihak Tuan Paddok. Maka dari itu mayatnya ditemukan memakai tuxedo dan cincin kawin.
"Yang keliru bukan hanya kami. Tuan Adams sendiri juga salah langkah. Ketika beliau meletakkan senapan pengalihan di kaki gunung, kembali ke lapangan untuk memendam senjata pembunuhan asli dan barang-barang bukti, pihak ketiga tiba-tiba memasuki area. Saya tidak mengerti di bagian ini, mengapa dua peluru bersarang di dalam tubuh Tuan Adams timbal-balik, jadi saya akan melewatkannya.
"Anda terbangun sesaat para polisi berdatangan di TKP. Malangnya, otak Anda justru memunculkan ingatan saat Tuan Adams masih melakukan KDRT dan berimbas pada delusi beliau yang membunuh Tuan Paddok. Ironis memang, tapi kita tidak bisa apa-apa. Blacks Out adalah pecahan gangguan jiwa yang cukup berbahaya."
Watson berhenti membuka mulut. Deduksinya selesai di situ. Aiden dan Jeremy memalingkan wajah. Murung. Kasus ini berat dan juga menyedihkan.
Deon, Angra dan polisi-polisi lain bergumam. Mulai menyuruh membersihkan TKP, menyuruh para reporter kembali ke agensi masing-masing, tapi mereka bergeming.
Pelaku kasus ini, Cleona Adams, meraung tergugu. Air matanya berderai, memeluk kedua lutut, bertekuk di depan Watson yang memandanginya prihatin.
"Kamu akan menuai apa yang kamu tabur, peribahasa itu sangat cocok untuk kalian. Tuan Adams sudah berhasil menebus dosa-dosanya dengan membantu kesalahan Anda. Semoga beliau tenang di alam sana."
Deon menghela napas singkat, mengeluarkan borgol dari sabuk. "Nyonya Cleona Adams, kamu ditahan karena pembunuhan Moore Paddok dan berhak memanggil pengacara untuk membela perbuatanmu. Mari ikut kami ke kantor."
Watson mundur, memberi ruang mereka bergerak menuju mobil patroli.
Pundaknya ditepuk. Ternyata Aiden. "Jadi, pihak ketiganya siapa? Tidak seperti Dan saja melewatkan sesuatu dalam deduksi."
Watson mengangkat bahu. Siapa pun pihak ketiganya, jelas sudah pergi dari sini. Mereka berjam-jam tertahan di sana, tidak mungkin mencari orang itu sementara mereka tidak punya petunjuk.
"Tapi ya, tidak kusangka kita mengumpulkan semua informasi pelik namun bisa kamu ringkas sesingkat itu. Ternyata komunikasimu lumayan juga," goda Jeremy menyikut lengan Watson.
Benarkah? Watson sendiri juga tidak menyadarinya. Dia berbicara alami memonten apa saja yang mereka dapatkan.
Watson, Aiden dan Jeremy saling tatap. Tos sambil berseru, "Kasus Adams dinyatakan tutup!"
"Kali ini tidak ada yang bisa menghentikan kita ke vila Robin," sambung Watson diikuti mereka berdua sembari menatap gunung yang menyeramkan saat malam tiba.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top