File 0.9.8 - Something Missing is Reappeared

> Pukul 18.02 pm. Tiga jam penemuan dua mayat di lereng Gunung Topau<

Aiden menatap Watson prihatin. Anak itu frustasi semenjak dikalinya gundukan tanah yang timpang, menampilkan satu senapan, kotak P3K, sepatu bot lateks, dan kaos berdarah. Semua barang bukti yang menghilang tersimpan di sana.

Tak hanya Watson, suara Hellen tidak terdengar lagi dari portofon. Juga Jeremy yang tampak lelah, bersandar di badan mobil Deon. Keempatnya terkuras baik energi dan otak. Kasus ini tersekat.

"Apa kamu masih mau memaksa menutup kasusnya? Setelah apa yang bawahanmu temukan?"

Di sisi lain, Deon berjuang meyakinkan Angra bahwa pembunuhan ini harus diselidiki lebih serius, memaparkan kemajuan investigasi dengan baik. Dia bahkan keluar dari kepribadian, menurunkan ego, hanya untuk Angra mengizinkan melakukan autopsi.

Karena, sekali autopsi dilakukan, sekat yang menghalangi perkembangan kasus akan mengendur. Hanya itu yang dibutuhkan saat ini, membantu menyingkirkan barier.

Watson menopang dagu, memandang kosong lembar notebook. Rangkaian angka 002562 seolah melambai padanya, mengatakan bahwa Watson sangat lamban memecahkan artinya.

Di bagian mana yang tinggal? Di bagian mana salahnya Watson tidak kunjung berhasil mengorek maksud kode ini? Dia sudah melakukan segala hal, tetapi kenapa? Mengapa jawabannya tidak mau keluar?

Apa yang harus kulakukan, Mela? Aku sudah mencapai batasku. Ini... bukan sesuatu yang bisa kuatasi lagi. Aku tidak sepintar Jam.

Memori Jam selalu mengalahkan dirinya terputar tanpa permisi. Watson tidak sombong, dia tahu diri bahwa Jam memang jauh lebih genius daripadanya. Seseorang yang entah di mana sekarang. Apakah dia masih hidup atau sudah tewas?

Watson memandangi Aiden yang memberikan sebotol air pada Jeremy, terkekeh miris.

Padahal, masih banyak orang pintar di luar sana, bukan hanya Watson. Sama halnya sosok Grim yang diidolakan Aiden, namun kenapa pandangannya berubah ketika bertemu Watson? Membanding-bandingkan kepintaran mereka? Atau Mela, yang terus-menerus bilang dirinya di atas Jam. Apa itu semacam sindiran tersirat?

Jemari Watson terkepal. Dia benci. Dia benci semua orang yang mengagungkannya. Dia benci orang-orang muka dua yang mengatakan pujian-pujian terkutuk itu. Pada akhirnya Watson tidak punya banyak pengalaman dari Jam.

Jam hanya perlu lima menit untuk memecahkan ini. Watson? Ini sudah hari ke berapa dia mencoba mencari alternatif ilmiah menguak kodenya? Nihil. Semuanya kosong! Aiden dan Mela salah menilainya!

Kamu hanya tidak percaya diri, Nak.

Watson tersentak. Bolpoin di tangannya jatuh. Dia merasakan pundaknya seakan disentuh sesuatu.

Keragu-raguanmu menyesatkan langkahmu. Ketakutanmu akan kesalahan membutakan pikiranmu. Apa yang membuatmu bimbang? Jangan goyah dan tetap pada pendirianmu. Kamu tidak harus selalu menemukan jalan benar.

Cairan asin hangat mengalir dari pipinya, menangis dalam diam.

Selama ini Watson selalu takut membuat deduksi salah dan berujung mencelakakan korban atau melemparkan kejahatan pada pihak yang tidak tahu apa-apa. Dia tidak percaya diri walau mati-matian menyetujui perkataan teman-temannya bahwa perhitungannya benar.

Sekarang Watson merasakan dirinya dipeluk dari belakang.

Percaya dirilah. Kami tidak ke mana-mana. Kami selalu ada di dekatmu. Ungkaplah penjahatnya karena itulah profesimu.

Kembali menatap notebook, untuk pertama kalinya setelah pindah ke Moufrobi, sebuah senyuman terbit di wajah Watson. Sesuatu yang hilang darinya selama ini. Sesuatu yang raib saat kematian orangtuanya. Tidak ada yang melihat, tidak ada yang tahu, hanya dia sendiri.

Watson mendapatkan semangat baru. Dia harus menyelesaikannya tepat waktu.

"Baiklah." Kabar baiknya Angra menyetujui kerja sama dengan tim Deon serta tim Madoka. "Aku akan memerintahkan yurisdiksi-ku mengurus surat izin autopsinya. Kuharap kalian bisa bergerak cepat menemukan pelakunya sebelum Komisaris Raum mengetahui pemaksaan ke NFS (national forensic service)."

Watson bergumam tak jelas, berpikir sebentar sebelum menepuk punggung Deon.

"Ada apa?"

"Aku ingin selain jasad korban, dua senapan itu diperiksa sidik jarinya. Hasilnya akan mempengaruhi jalan analisis."

Polisi pemarah itu mengangguk. "Aku akan pergi bersama mereka dan menghubungi kalian lewat radio. Tetap di sini sampai aku kembali, paham?"

Aiden dan Jeremy mengangguk singkat, tetapi tidak untuk Watson yang jiwanya sudah tiba di tempat lain. Tidak ada waktu lagi menunda-nunda, mereka harus menyelesaikan kasus Adams secepat mungkin!

"Stern! Cari sekali lagi hubungan Paddok dan Nyonya Cleona. Temukan semua CCTV dimana mereka terekam berduaan," suruh Watson memberi perintah, menggenggam portofon erat.

[Mau bagaimanapun aku mencarinya, rekamannya tidak terlalu banyak, Watson.]

"Kalau begitu periksa CCTV di bangunan Linview pada tanggal 'projek Linview' dicetuskan. Aku menduga terjadi suatu pada hari itu." Watson berkata cepat.

[Baiklah, akan kuusahakan.]

Ya, Watson tahu itu. Memeriksa cctv gedung perkantoran tanpa akses akan membutuhkan waktu meretas jaringannya. Mempercayakan tugas itu pada Hellen adalah suatu kebijakan.

"Dan, apa yang harus kita lakukan sekarang? Menunggu laporan Inspektur Deon?" Aiden bertanya.

"Aiden, apa kamu tahu perkebunan murbei di sekitar sini? Atau kurang lebih, lokasi strategis untuk menanam tanaman tersebut."

"Setahuku pohon murbei banyak memiliki rekomendasi untuk ditanam di daerah tropika. Khususnya di daratan tinggi. Tapi tumbuhan ini juga bisa dibudidayakan di daratan rendah asal lokasinya sejuk," jelasnya singkat namun gamblang.

Mungkinkah...

[Dispatch tiga. Di sini dispatch tiga. Watson, apa kamu mendengarku?]

"Ah, Petugas Max. Ada apa?"

[Kami menemukan peta di rumah Adams.]

Alis Watson menukik turun. "Peta?"

[Kupikir ini kontur geografis wilayah Topau. Sepertinya mendiang berencana melakukan pembangunan.]

Pembangunan? Tunggu dulu! Watson memperhatikan lapangan rumput, menelan ludah. Jangan bilang Adams kemari untuk menunjukkan tanah yang dia beli? Padang luas ini? "Bari! Periksa pemasukan di rekening Tuan Adams. Aiden, carilah pemilik tanah lapangan ini. Cepat!"

Mereka berdua mengangguk, fokus pada sumber pencarian.

"Petugas Max dan Petugas Shani kembalilah ke TKP, kalian selesai di sana—"

[Tunggu, Watson. Kami mencium bau formalin di kamar Nyonya Cleona. Astaga! Apa-apaan ini? Banyak jejak darah di sini!]

Watson menyugar anak rambut. Kepalanya berpikir keras, meneguk saliva kering sejak tadi. Dipikir-pikir tubuh Paddok sudah dibalsam, tidak masuk akal dia terbunuh beberapa jam lalu. Beliau telah tewas dan dibunuh di tempat lain jauh sebelum dibawa ke sini. Lantas siapa yang menembak Pak Adams? Berbagai macam argumen simpang siur di otaknya.

Ponsel Watson berdering. Panggilan masuk dari Deon. Dia segera memencet ikon hijau. "Apa yang Anda temukan, Inspektur?"

"Ini rumit."

"Jangan pakai pidato segala. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Cepat katakan apa yang kamu dapatkan."

Helaan napas berat terdengar di seberang sana. "Senapan yang kita temukan di tanah memiliki sidik jari Nyonya Cleona. Sedangkan pistol di gunung bersih, Watson."

"Sebentar, bersih katamu? Bagaimana bisa?" Watson tidak mengerti.

"Itulah yang membuat ini semakin rumit. Selain itu, hasil autopsi menunjukkan 99% peluru merobek ginjalnya lantas mengambil nyawa Tuan Paddok. Sementara Tuan Adams, dua peluru ditemukan di dalam tubuhnya. Satu di punggung tidak menyebabkan luka kritikal, dan satu lagi di jantung. Tafsiranmu setengah benar setengah salah, Watson."

Oke, Watson benar-benar tidak paham. Di jantung? Sejelas itu Tuan Adams terhenyak ke depan— Watson tertegun.

Mungkinkah Bari benar? Ada pihak ketiga? Dia melakukan dua tembakan itu agar aku keliru mengambil kesimpulan?



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top