File 0.7.3 - It's Time to Discuss The Main Antagonist

"Ini dokumen apa?" Hellen bertanya.

Watson melirik Kon lewat ujung mata, kode untuk memberi penjelasan. Kon justru balik menatap remeh. "Apa ini? Kalian sebut diri kalian detektif tapi tidak tahu benda apa itu? Menyedihkan."

"Dan, boleh kupukul?"

Mengangkat bahu, Watson menguap. "Pukul saja. Bukan urusanku."

Tinju Aiden terangkat.

"Ampun! Ampun! Aku bercanda!"

Klub detektif benar-benar tidak menoleransi sedikit pun, dan Watson (biang keladi) sama sekali tidak peduli. Pasalnya Watson membawa Kon, bilang dia anggota sementara sampai dapat petunjuk tentang CL. Begitu saja, tanpa keterangan apa pun.

Watson menatap dokumen riwayat biografi. Satu tangan menopang kepala. "Robin Poorstag, 8 tahun. Satu-satunya tahanan Child Lover yang berhasil meloloskan diri," gumamnya menghela napas. "Kamu ingin meminta informasi dari anak ini?"

"Begitulah." Kon merapikan rambut yang kusut dijambak Aiden. "Dia tinggal di gunung, jauh dari permukiman dan penduduk. Yang berkunjung setiap hari membawa makanan adalah ibunya."

"Eh? Mereka tidak serumah?" celetuk Hellen. Bagaimana mungkin seorang ibu yang sudah tahu kabar hangat di Moufrobi meninggalkan putranya di tempat terpencil?

"Inilah yang membuatnya menjadi menarik," kekeh Kon. "Ibu Robin adalah seorang artis di kota. Kalian tahu artis Rondala Ingram? Beliau artis yang cukup terkenal lho. Dia menyembunyikan fakta kehamilannya untuk menjaga reputasi, mengasingkan Robin. Bahkan boleh jadi artis ini tidak senang Robin selamat dari sekapan CL. Sayang, dia tidak dapat membunuh."

Di mana-mana ada saja yang seperti itu. Watson memutar mata tak tertarik.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Bukan harus, tapi akan." Kon meralat ucapan Hellen, mengangguk yakin, entah apa yang dia anggukan. Matanya tertuju pada Watson. "Mungkin Ketua punya usulan?"

"Entahlah. Terakhir kali mengurus kasus di luar Moufrobi, kami menjadi mumi." Watson menunjuk Jeremy, kondisi anak itu belum membaik. Tangan patah, kepala dibalut, pincang. "Kami butuh waktu seminggu atau parahnya sebulan sampai kami benar-benar pulih."

Jika Watson menghiraukan kasus Roxa dan penelepon darurat, mereka takkan terluka, namun nyawa Roxa melayang. Selalu ada resiko setiap mengambil keputusan.

"Kalau begitu tinggalkan saja Jeremy Bari. Aku akan menggantikannya."

Usulan Kon memicu baku hantam. Jeremy adalah anggota inti, mana mungkin ditinggalkan.

Hellen melotot, hendak melempar spidol. Aiden lebih-lebih, sudah melompat 'menampari' wajahnya. Watson memijit kepala, mendesah prihatin. Kenapa Kon tidak mengusulkan ide yang baik sih? Yang memungkinkan diterima.

"Aku tidak keberatan." Jeremy menceletuk.

Watson tersentak, refleks menoleh. Apa?

"Heh, jangan bergura! Kamu itu otot kami, benteng pertahanan kami! Kita sudah setengah tahun bersama-sama di klub. Aku tak mau mengambil kasus ini jika Jeremy tidak ikut!" Aiden menggeleng cepat.

Hellen sependapat dengan Aiden. Bagaimanapun, Jeremy terluka parah karena melindunginya. Mereka tidak boleh pergi menyelidiki jika Jeremy belum sembuh.

"Tapi, Aiden, Hellen, aku yang sekarang hanya akan menyusahkan. Biarkan Kon menggantikanku."

Aiden dan Hellen menggeleng. Keputusan mereka mutlak, tidak bisa diganggu. Walau Watson memaksa sekali pun.

Kon menggeleng prihatin, mengangkat kedua bahu. "Ya ampun, sepertinya aku terlalu berharap banyak pada klub ini. Apa kalian sungguhan detektif? Menurut pengamatanku, kalian hanya teman biasa yang saling menganggap diri sebagai keluarga satu sama lain. Bukan begitu, Ketua—"

"Kamu hanya sementara di sini. Jadi tutup mulutmu dan berhenti sok akrab," tajam Watson datar.

"Baik." Kon mengangguk patuh.

Bagaimana sekarang? Watson tidak punya ide. Dengan ketidaksetujuan Aiden dan Hellen, maka mereka takkan ikut mengambil kasus Robin. Di sisi lain, mereka juga tidak boleh menunda-nunda lagi pencarian Child Lover. Ada kemungkinan anak bernama Robin bisa membantu investigasi.

Yang mengganggu adalah; bagaimana cara Robin bisa kabur dari sekapan CL? Apa ada orang yang membantunya melarikan diri? Mengingat yang dia lakukan pada tim detektif Madoka, CL sangat enteng membunuh orang. Apakah mungkin orang yang membantunya tewas terbunuh?

"Dan, kamu baik-baik saja?" celetuk Aiden melihat Watson menghela napas dari tadi. Seakan banyak pikiran, eh, betulan banyak sih yang dia pikirkan.

Hanya satu jalan tengah untuk kebuntuan ini.

"10 hari," kata Watson datar.

"Eh?"

"Bari punya waktu 10 hari untuk memulihkan kondisi. Juga kamu Aiden, Stern. Dalam waktu 10 hari ini biar aku dan Kon yang mengumpulkan informasi, dengan bantuan Inspektur Deon. Setelah dirasa cukup, kita akan langsung pergi ke tempat tinggal informan."

Kon mengernyit, tidak terima. 10 hari? Bukankah itu terlalu lama? Bagaimana kalau Robin sampai diculik lagi? Mereka akan kehilangan satu-satunya narasumber!

"Itu masih kurang dari waktu pemulihan kami, Kon." Watson mendengus, menatap jengkel, tak suka dengan pendesakan Kon. "Padahal kalau kamu sudah tahu mengenai Robin, kenapa kamu tidak mengatakannya pada kami sebelum menerima kasus Roxa? Penculikan Roxa bisa ditangani. Kami takkan terluka oleh jebakan Child Lover."

Kon terdiam, mengangkat bahu. "Aku baru tahu saat kalian absen."

Watson tertawa sarkas.

"Tapi, Dan, apa betismu sudah baik-baik saja? Bagaimana kalau lukanya terbuka lagi?" Memang benar Aiden setuju mengundur kasus Robin sepuluh hari ke depan, namun bagaimana dengan Watson? Dia bilang akan mengumpulkan informasi bersama Kon.

"Tahan kekhawatiran tak perlu, Aiden. Aku sudah memberi alternatif pada kalian. Kamu tidak boleh protes lagi." Watson berkata tegas. Gadis Penata Rambut itu sontak cemberut, membuang muka ke samping.

Menghiraukannya, tatapan Watson jatuh pada dokumen data Robin Poorstag, menyipit serius. Saatnya menangkap antagonis utama Kota Moufrobi.

*

Besoknya, jam pelajaran pertama kosong. Miss Neme berhalangan dan izin.

"Kiri, kami hendak permisi ke klub." Aiden berkata santai. Hari ini dia sudah mulai mendandani rambut. Kepang keseluruhan ke punggung dan memakai bando kain pita bermotif mozaik di atas kepala, warna merah marun. Menawan sekali.

Watson mendengus. Entahlah, melihat Aiden bertukar gaya rambut tiap hari membuatnya kebiasaan menjelaskan.

"Ah, kudengar kalian sedang mencari informasi tentang Child Lover, ya? Tidak apa. Kalian boleh pergi," sahut Kiri nyengir, memaklumi kegiatan klub detektif.

"Ayo, Dan."

Watson mengikuti langkah Aiden, menyusul Kon di belakangnya. Cengiran Kiri berubah simpul melihat sosok Kon. "Lho? Kamu mau ke mana Konza?"

"Aish." Kon mendesis kesal. Tidak mudah lolos dari mata elang ketua kelas.

"Dia bersamaku," kata Watson mengangguk. "Dia punya petunjuk untuk didiskusikan."

"Petunjuk? Petunjuk apanya?" Dahi Watson terlipat. Perubahan gaya bicara Kiri yang kalem santai berubah keras. "Maksud kalian dia saksi atau semacamnya? Konza! Kamu mau memanfaatkan orang lagi? Hei! Sudah berapa kali kamu kedapatan olehku, hah?!"

"Memanfaatkan?" Celaka! Watson lupa Aiden belum pergi dari kelas. Dia melirik sinis kepada Kon. "Apa maksudnya?"

Watson segera menyorong. Aiden walau tidak sedang pms, emosinya di luar kendali, membuat suasana gempar. Jadi, Watson harus pandai-pandai memperbaiki mood Si Penata Rambut itu yang rambang.

"Tidak apa, Kiri. Justru kami menjalin kerja sama mutualisme. Pemanfaatan timbal balik. Kami menjadi batu loncatan dan dia menjadi umpan. Bukankah itu setimpal? "

Kon menggertak gigi, memaksa tersenyum walau hatinya sedang panas.

Kiri tidak menimpali lagi. Tatapan tajamnya masih terarah kepada Kon sebelum akhirnya mereka bertiga keluar dari kelas.

"Perkataanmu sungguh tidak ada lembutnya."

"Harusnya kamu berterima kasih sebelum Aiden main tangan," balas Watson mendengus. "Aku tidak ingin direpotkan jikalau kamu sampai opname."

"Tsk." Kon mendecih.

Sesampainya di klub, mereka berempat tanpa basa-basi mulai berdiskusi.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top