File 0.6.6 - A Sunny Day for Action

Silau. Terang benderang. Panas. Gerah. Kicauan burung-burung membuat kor yang terdengar berisik. Tidak ada angin, melainkan bising tonggeret. Hari ini sangat panas, padahal belum musim panas.

Di dalam kelas, banyak murid satu tidak konsen pada pelajaran karena kepanasan. Termasuk guru yang mengajar. Mereka terkantuk-kantuk, lemas, meleleh seperti es dipanaskan.

Watson mengangkat kepala yang rebah, sudah mandi keringat. Kelasnya memang memiliki AC, namun, listrik padam dua jam lalu. Sepertinya ada yang iseng ingin 'memanggang' mereka. Rasakan panas matahari, begitu mungkin.

KRIING—!! Bel penyelamat berbunyi.

"Pelajari lagi di rumah. Kerjakan tugas halaman 126 dan kumpul besok. Paham?"

"Baik, Miss."

Separuh penghuni meninggalkan kelas, mencari udara di luar. Percuma. Angin sedang tidak berembus, mereka akan tetap kepanasan walau ke luar dari kelas pun.

"Dan, kamu baik-baik saja? Kamu tampak pucat." Aiden bertanya. Dia menggulung ke atas seluruh rambut, memakai pita kain warna merah mudah (pink).

"Aku lemas, Aiden. Panasnya keterlaluan," sahut Watson lagi-lagi menenggelamkan kepala ke meja. Tak peduli lagi bel istirahat. Bayangkan, tidak ada angin, listrik padam, cuaca panas. Bahkan masak telur goreng boleh jadi dengan menggunakan cahaya matahari.

"Bagaimana sepulang sekolah nanti mampir ke rumahku?"

"Rumahmu sekitar belasan meter dari sekolah, kan? Kurasa listrik juga mati di sana. Bukan hanya kawasan sini, namun segenap kota Moufrobi. Sepertinya ada yang salah dengan gardu induk listrik."

"Bagaimana kalau nanti kita makan es krim? Berharap saja ada toko yang memakai diesel," usul Aiden lagi.

Es krim? Wah, boleh juga. Panas-panas mengemil yang dingin-dingin. Watson menganggukkan kepala, setuju terhadap usulan Aiden.

Berhenti mengipasi wajah dengan telapak tangan, Watson melonggarkan dasi, mengelap keringat yang mengalir sampai ke leher. Aduh, sore nanti dia harus berendam lama nih. Untuk menghilangkan bau keringat.

"Ng?" Watson menoleh ke samping. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?"

"T-tidak ada!" Aiden gelagapan.

Watson hanya menatap tanda tanya. Kali ini, ada apa dengan gadis itu?

Dia tidak tahu, perilakunya barusan membuat pesona sendiri dan berhasil mendebarkan jantung Aiden.

*

Pulang sekolah, sesuai rencana, setelah berkeliling setengah jam mencari toko yang masih menyediakan es krim yang tidak meleleh, akhirnya anggota klub Madoka duduk di depan toko sederhana 'Sevuri'. Mereka berempat sedang menikmati semangkok es.

"Jadi, kita akan mulai dari mana?" Jeremy angkat suara. "Apa kita harus memulai dari Gadela? Atau Danbi?"

"Kamu serius akan menyelidiki di tengah-tengah terik matahari, Jer? Lihat, kamu saja sudah mandi keringat. Kita bisa memulai penyelidikan esok hari." Hellen berpendapat lain. Mereka justru akan kelelahan terlebih dahulu sebelum sampai ke rumah korban. Lagian, mereka juga belum tahu lokasi masing-masing korban.

Jeremy menggeleng. "Inspektur Deon hanya memberi kita empat hari, Hellen. Kita tidak punya waktu. Bagaimana kalau pelaku akan membunuh lagi?"

"Tapi kita juga harus memperhatikan kondisi kita, Jer." Hellen ikut menggeleng.

"Cuaca panas sangat bervitamin, Hellen. Anggap saja latihan jika suatu saat nanti kita berjumpa pelaku kejahatan yang kuat."

"Itu beda lagi, Jeremy. Kamu paham maksudku tidak sih?"

Aiden menoleh kepada Watson yang tidak tertarik dengan percakapan mereka, asyik menghabisi es krim.

Deg! Deg! Deg!

Merasa diperhatikan, Watson menoleh. Sendok es krim tinggal di mulutnya. "Apha?"

"Ba-bagaimana menurutmu, Dan? Kira-kira apa yang harus kita lakukan?" tanya Aiden kikuk, menyembunyikan wajah yang merah.

Watson menatap Jeremy dan Hellen. "Yah, kalian berdua tidak ada salahnya. Stern benar, kita tidak bisa menyelidiki dengan cuaca seperti ini. Bari juga benar, kita tidak punya waktu untuk menunda-nunda. Jadi kesimpulannya, pertama, kita pergi ke gardu listrik. Perusahaan Listrik."

Aiden, Jeremy, dan Hellen triggered. Kenapa Watson malah mengusulkan hal di luar topik?

"Kamu, mungkinkah kamu berpikir mati lampu yang terjadi ada hubungannya dengan kasus ini? Kamu terlalu berpikir jauh, Watson. Tenaga listrik padam adalah sesuatu yang wajar. Itu hanya kebetulan."

"Kamu harus tahu satu hal, Bari. Detektif tidak hanya berfokus pada kebetulan-kebetulan yang ada. Kebetulan mempunyai banyak jenis, salah satunya menyesatkan. Bagaimana jika ada kebetulan yang bisa memberi keuntungan? Apa kamu ingin melewatkan kesempatan itu?"

Jeremy terdiam.

Watson membuang mangkok es krim yang habis ke tong sampah. "Walau argumenku ini hanya pendapat pribadi, terserah kalian akan mengikuti saranku atau tidak. Padamnya tenaga listrik di Kota Moufrobi, timingnya sangat pas ketika kita ingin menyelidiki kasus Tiga Korban Berkacamata. Aku ingin tahu penyebabnya. Apa benar hal lumrah atau ada sesuatu."

"Kalau begitu tunggu apa lagi?"

"Eh?" Watson ngeflat.

Aiden tersenyum lebar. "Ayo kita pergi ke gardu listrik sekarang juga!"

*

"Wah! Kalian tiga detektif sekawan dari Madoka, ya? Aku sudah dengar tentang kalian! Pusat Penahanan mempercayai bahwa kalian bisa menangkap Child Lover. Bahkan anakku fans dengan kalian! Bisa beri aku tanda tangan? Aku ingin memamerkannya pada putriku."

"Kami tidak keberatan."

"Putri Anda sangat cantik."

"Iya, terima kasih."

Watson menilik sekeliling. Sangat sepi di gardu induk. Apa para pekerjanya berlibur? Tidak patut. Jadi, selain kepolisian, petinggi-petinggi juga mempekerjakan pegawai hasil suap?

Membaca air muka Watson, Aiden pun bertanya, "Anu, ke mana pekerja lain, Tuan? Apa hari ini hanya Tuan seorang yang bekerja?"

Petugas itu menghela napas panjang. "Penduduk Moufrobi pasti tahu kalau Child Lover sudah terlalu banyak menculik anak-anak. Semua putra-putri teman-temanku telah diculik olehnya. Makanya perusahaan listrik tampak sepi, hanya ramai di hari-hari tertentu."

Menyedihkan, batin Aiden, Hellen dan Jeremy serempak.

Watson diam.

"Ngomong-ngomong..." Beliau menatap Watson tertarik. "Siapa dia? Apa dia member magang yang dikabarkan sering menolong kalian dalam kasus itu?"

"A-ah, benar! Dia sensitif dan pemalu, jadi tidak suka berbincang dengan orang asing. Maklumi, ya, Tuan."

"Hee, begitu ya."

"Kalau begitu kami minta izin untuk memeriksa di dalam," celetuk Watson angkat kaki. "10 menit cukup."

"Apa yang mau kalian periksa di tempat ini? Apa masalah mati lampu? Petugas belum menemukan apa penyebabnya. Ada yang bilang tonggak listrik diserang petir."

Bodoh. Dia tidak tahu apa-apa. Malam tadi sangatlah cerah. Watson bergumam dalam hati, mendengus masam.

"Makanya kami kemari untuk memastikan penyebab tersebut. Mohon pengertiannya, Pak Petugas."

"Jika kalian butuh sesuatu, katakan saja padaku. Aku akan menolong."

Menolong apanya? Dia seperti terjepit di dalam 'gitu. Ya ampun. Apa dia tidak kepanasan? Watson melambaikan tangan. Mendengar ucapannya dan kondisi sekitar, sepertinya memang benar tidak ada petugas lain yang bekerja hari ini. Petugas itu diperintah untuk memeriksa tamu tanpa tahu apa yang sedang terjadi di kota.

"Kita akan berpencar. Aku ke utara, Aiden timur, Bari selatan, Stern barat. Jika kalian menemukan sesuatu, cepat berteriak. Jangan bertindak sendiri. Paham?"

"Siap!"

Tim detektif Madoka segera memisah menjadi empat arah. Watson bergegas ke utara, memeriksa segala sisi. Lima menit kemudian, dia tetap tidak menemukan apa-apa. Apa benar padamnya listrik sekota hanyalah kebetulan lumrah?

Itu berarti kabar buruk. Harusnya Watson mengabaikan asumsinya. Mereka hanya membuang-buang waktu dan tenaga di tengah terik matahari. Lelah, stamina terkuras, haus. Berpadu.

"DAN!" Watson tersentak kaget, menoleh ke sumber suara. "Kemari! Lihat ini!"

Baik Watson, Hellen dan Jeremy, sama-sama berlarian ke tempat Aiden berdiri. Salah satu kabel listrik yang tali-menali pada tiang, putus. Terdapat percikan listrik di ujung kabel yang sudah terpotong.

"Hati-hati, nanti kalian tersetrum. Listriknya masih menyala." Watson mengingatkan.

"Apa maksudnya ini? Jadi benar ada yang sengaja memutus aliran listrik sehingga tenaga listrik padam?" Jeremy mendesah kasar. "Siapa yang melakukannya?"

"Dilihat dari potongannya yang tergesa-gesa, jelas pelaku tindakan ini sedang buru-buru. Sepertinya pelaku bergerak lebih cepat dari dugaanku." Watson bangkit setelah jongkok memeriksa aliran listrik. "Kita terlambat selangkah."

"Pertanyaannya, kenapa pelaku melakukan ini? Apa dia tidak punya kerjaan lain seperti menghapus jejak misalnya daripada melakukan hal merepotkan?" Hellen berkomentar. Pertanyaannya membuat Watson berpikir keras.

"Aku tidak tahu, tidak, aku belum tahu alasannya. Aku belum sepenuhnya yakin ini benar-benar perbuatan pelaku atau hanya kerjaan orang iseng."

"Apa yang harus kita lakukan, Dan?"

"Pertama, potret kabel-kabel yang terpotong ini dan kirimkan pada Inspektur Deon. Kita bisa meminta bantuan untuk mengecek... Ck! Aku lupa, mati lampu. CCTV tidak menyala."

"Sudah begitu jaringan juga hilang. Kita tidak bisa menghubungi Inspektur Deon," imbuh Jeremy habis melihat ponsel.

"Apa sebaiknya kita ke luar dari Moufrobi dulu? Ke Distrik Uinate?" Aiden mengusulkan sebuah ide.

"Tidak, tidak. Kita bisa melibatkan warga Uinate dalam bahaya. Lagi pula kita tidak tahu apakah pelaku sudah melihat wajah kita atau belum. Kita tidak boleh bertindak gegabah."

"Tetapi kalau seperti ini terus, bagaimana cara kita menyelidiki?"

"Tentu saja dengan cara manual. Baiklah, kita kembali ke klub dahulu dan melanjutkan diskusikan di sana. Di sini sangat panas."



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top