File 0.10.9 - Detective Madoka vs Immoral Predator (1)
Embun pagi hinggap di bingkai jendela. Matahari tidak nampak, namun tidak ada tanda-tanda hujan. Angin berkesiur. Tak seperti kemarin, langit sepertinya mendukung penangkapan Child Lover.
"Kalian bawalah taser," kata Deon tegas, membantu Jeremy memasangkan rompi anti peluru. "Musuh kita profesional. Dia takkan ragu menggunakan senjata api."
Aiden merapikan rambutnya. Model wrapped side ponytail. Gadis itu, apa pun situasinya, gaya rambut selalu nomor satu. Tidak boleh tampil membosankan.
Ponsel Watson bergetar. Dia menatap datar pengirim pesan. Pencahayaan yang terang hingga isi pesan tampak jelas di bola mata Watson.
I'll be there.
-Aleena Lan
Watson harus menemukan Hellen dan memasukkan CL ke penjara hari ini. Kasus penculikan berantai Moufrobi... harus selesai hari ini juga. Tidak ada lagi tunda-menunda.
Tapi, sejak subuh, jantung Watson berdebar-debar tak karuan. Dia meneguk air ludah gugup. Ada apa ini? Watson tidak bisa tenang. Dia jadi gelisah jika firasatnya tidak tenang.
Aiden melirik Watson yang berkeringat. "Kenapa, Dan? Wajahmu pucat."
Deg! Deg! Deg! Yang ada jantungnya makin berdetak keras. Watson mengatur napas sebisa mungkin. "Tidak apa." Tenanglah. Kamu sudah terbiasa melawan pelaku pembunuhan di New York. Kamu sudah berpengalaman. Ini bukan kali pertamanya. Semua akan baik-baik saja. Watson memantapkan tekad. Meski begitu, adrenalinnya masih meninggi. Dia meremas jemarinya. Kacau sudah.
Setangkai permen tangkai rasa stroberi terjulur di depan Watson. Ah, dari Deon. Watson menerimanya dengan tampang hina. Kenapa harus rasa stroberi coba.
Syukurlah. Mengecap permen tersebut, Watson berhasil menstabilkan detak jantungnya. Muka cemasnya hilang, kembali ke datar kayak papan.
"Kalian sudah siap?" tanya Deon menoleh ke Aiden dan Jeremy. Mereka mengangguk. "Kita pergi sekarang, ke Gardu Listrik."
Jeremy duluan keluar dari klub—di luar sudah menunggu rekan Deon, Detektif Shani dan Max. Mereka sudah selesai bersiap-siap.
"Dan, kamu mengemut apaan?"
"Permen." Watson menyambar topinya, menyusul langkah Deon. "Ayo pergi!"
*
Dua orang petugas segera mendatangi mobil Deon, hormat ketika Deon turun. Garis kuning terbentang sana-sini, bertulisan 'Dilarang Masuk, Di Bawah Investigasi'.
"Bagaimana keadaannya?"
"Tempat ini sudah kosong, Pak. Tampaknya pelaku membaca pergerakan kita."
"Jaga perimeter. Hubungi tim patroli dan Divisi Call Center. Aku butuh dukungan mereka," perintah Deon cepat.
"Siap, Pak!"
Jeremy berdecak kagum, bermonolog. "Kalau lagi memerintah dan bawaan serius, aura polisinya kental. Iya, kan?"
Aiden mengangguk-angguk. Kecuali Watson yang memandang hal lain—tidak tertarik akan interaksi Deon.
"Kamu melihat apa, Watson?"
"Child Lover menderita paranoia ekstrim. Entah masa lalunya yang gelap atau anaknya terlibat pelecehan. Yah, memang begitulah rata-rata asal-usul penjahat. Dari sebuah trauma." Watson mengangguk sendiri, seolah bicara dengan bayangan.
Apa maksudnya? Aiden dan Jeremy menepuk bahunya. Mana tahu Watson benar-benar kesurupan.
Watson menunjuk dengan dagu. Aduh, gayanya. "Moon Rachleia, pohon sakura. Perhatikan menara-menara listrik itu, hampir menyerupai bentuk pohon. Bayangan pohon sakura pasti langsung terlintas di kepala CL melihat kerangka besinya yang rumit."
Aiden dan Jeremy hendak membuka mulut, menyuruh Watson diam sebab wartawan dan polisi-polisi lainnya mendekat ke arah mereka. Tapi Watson tidak ngeh perubahan sekitarnya.
"Lalu ada Vio, resital musik. Aku bingung hendak mengambil contoh apa. Anggap saja lantunan listrik saling berpilin di udara. Atau tidak begini, ketika kita memotong suatu kabel bertegangan tinggi, akan menciptakan sebuah suara, kan? Kurasa Child Lover misophonia. Dari mana aku tahu? Terdapat busa peredam suara pada tempat pos pegawai. CL benci suara tertentu, salah satunya suara sengatan listrik. Itulah mengapa CL mulai mendengarkan musik. Dia ingin mengatasi gangguannya.
"Selanjutnya Roxano Romanixa, bisbol. Lihatlah gendang-gendang putih di masing-masing tower listrik. Awalnya kupikir petunjuk tersebut merujuk pada bola voli, tapi setelah kucocokkan dengan ciri-ciri yang lain, jelas poin di kasus Roxa menyatakan antena gendang menara BTS.
"Berikutnya, kasus Robin Poorstag dan Monarz Gift. Poinnya adalah tanggung jawab. Penduduk biasanya dituntut membayar tagihan listrik tepat waktu, bukan?
"Dan, Hellen Stern. Poin utamanya rumah sakit. Lihat saja luas gardu induk, sekaligus manfaatnya banyak untuk sipil sebagaimana kegunaan rumah sakit. Tidak salah lagi, tempat inilah lokasi penculikan. Semua korban CL berada di sini, di ruang bawah tanah. Kita hanya perlu mencari pintu masuknya."
Sunyi. Hanya suara embusan angin.
Barulah Watson merespon. Dia termangu menyadari dikepung polisi dan wartawan, termasuk kelompok Angra. Mereka terperangah menatap Watson.
"Inspektur!" Seorang petugas pincang, tergopoh-gopoh membawa dinding busa. "Kami menemukan banyak peredam suara di pos-pos yang ada!"
Sekali lagi mereka menatap Watson ngeri. Yang ditatap buru-buru menyembunyikan wajah kikuk. Watson kelepasan.
"Apa lagi yang kalian tunggu?" suara Deon memutus hening. "CEPAT GELEDAH TEMPAT INI! Periksa dari sudut ke sudut."
"BAIK, PAK!" Mereka semua berpencar dengan Deon yang memimpin.
"Dan, aku ikut mereka." Aiden berseru, mengekori mereka tanpa menunggu jawaban Watson.
Watson bergumam tak jelas. Tidak apa lah ya, ada banyak polisi. Tersentak. Jeremy memegang lengannya. "Kenapa?
"Entah kenapa aku merasa ada yang kurang dari analisismu. Kamu yakin sudah memasukkan semua yang kamu dapatkan ke deduksi barusan?"
Watson diam. Dia mengingatnya, si penelepon darurat. Tak boleh sampai mengulangi kebodohan yang sama.
"Baiklah. Kita mulai dari pos depan."
*
Tidak ada yang menarik di sana. Hanya perkakas serabutan. Tiga rompi pln tergantung. Salah satunya terdapat bercak lumpur. Selebihnya digantung asal-asalan.
Watson berhenti mengaduk-aduk ruangan, menoleh horor ke rompi-rompi itu, tepatnya ke rompi yang bergelimang lumpur kotor. Roda-roda di kepala Watson perlahan bergerak.
"Hei, aku menemukan ini." Jeremy menyerahkan sebotol pil. "Di situ tertulis Mosrotin."
Watson memandang datar botol pil. "Kondroitin sulfat dan glukosamin. Ini untuk penderita artritis degeneratif. Kamu benar, Bari, ada yang kulupakan."
Jeremy menunggu keterangan. Dalam hati menyempatkan diri berdecak takjub. Watson bisa tahu jenis obat itu hanya dari namanya.
"Kasus Adams. CL berada di sana."
"Apa?"
"Orang ketiga yang membunuh Tuan Adams adalah CL. Kebetulan yang mengerikan, bukan? Semuanya terjadi bersamaan. Lihat rompi itu, ada bekas lumpur. Penderita artritis biasanya akan menghindari aktivitas berat yang bisa membebani sendi-sendi tulang seperti mendaki. CL meminum obat itu supaya rasa sakitnya berkurang. Dialah yang mengulur waktu kita..."
"Untuk menculik Hellen," sambung Jeremy mengusap wajah, beralih menatap kumpulan tonggak besi di belakang. "Kamu yakin tempat ini lokasi sekap korban CL?"
"Iya, tapi yang membuatku tak percaya diri yaitu posisi Stern. Apa dia juga disekap di sini atau di tempat lain."
"Apa kamu punya perhitungan lain?"
Watson menggeleng. "Aku sudah melakukan apa yang kubisa. Otakku tidak bisa menampung informasi lagi."
Jeremy menghela napas. Kalau orangnya sendiri bilang begitu, maka tidak ada pilihan lain. Jeremy menepuk-nepuk pundak Watson. "Istirahatlah di sini. Aku ingin menyusul Aiden dan Inspektur Deon. Nanti narkolepsi-mu kambuh."
"Kamu memakai earphone walkie-talkie, kan? Kabari aku jika menemukan sesuatu. Aku akan memeriksa pos lain."
Jeremy mengangguk, lantas berlalu secepat angin. Meninggalkan Watson sendiri.
Dia menghela napas, mulai meraba-raba laci. "Di mana CL menyekap Stern? Apa benar satu lokasi dengan korban culik yang lain? Aku tidak yakin..."
Namun, jika dia artritis, bukankah jalannya senjang? Pikiran itu masuk ke kepala Watson bertepatan tangannya membuka laci terakhir.
Ratusan permen tumpah ruah ke lantai. Macam-macam rasa dan bentuk bercampur aduk. Watson mengambil sebiji, mengernyit ganjil.
"Banyak sekali permennya. Untuk apa semua permen ini?"
"Tentu saja untuk memikat anak-anak."
Watson terbelalak. Belum sempat dia menoleh, sebuah suntik menancap lehernya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top