File 0.10.15 - Day After The Incident

Hari baru, gaya rambut baru. Jenis showing forehead. Aiden melepas mahkota kebanggaannya, mengumpulkan setengah rambut ke belakang lantas dijepit pakai bros rambut kristal antik berwarna merah. Aiden makin tampak menawan berkat helai rambut di sepenjuru kening.

"Maaf kami tak bisa menolong anakmu, Nyonya. Kami sudah berusaha yang terbaik." Jeremy berkata pahit, menunduk dalam.

"Tidak apa, Nak. Kami datang bukan untuk menyalahkan kalian melainkan berterimakasih sudah membawa jasad anak kami. Dengan begini kami akan menguburkannya supaya dia bisa tidur tenang di alam sana. Sekali lagi terima kasih."

"Kami percaya hanya kalian yang bisa menangkap penjahat anak itu. Terima kasih sudah memulangkan tubuh putraku."

"Putriku pasti senang di atas sana karena jasadnya sudah dikebumikan baik-baik. Kami benar-benar berterimakasih pada kalian."

Dan begitu seterusnya.

Hellen mengembuskan napas panjang. Seharian ini orangtua para korban culik berdatangan mengucapkan terima kasih, bahkan ada yang datang satu keluarga, membawa banyak buah tangan. Ruang klub penuh dengan rangkaian bunga.

Tidak ada lagi catatan mengenai penelusuran jejak Child Lover di klub. Aiden dan Jeremy sudah membersihkan berkas-berkas yang berhubungan dengan kasus penculikan Moufrobi. Menyimpannya di lemari khusus file yang sudah selesai.

Jam delapan pagi, Kon datang bersama adiknya. Dia memohon maaf atas perbuatannya pada Klub Detektif Madoka. Aiden dengan lapang dada memaafkan cowok itu. Kon menerima permintaan CL untuk menolong adiknya, dia dipaksa keadaan.

Roxa dan Robin juga datang jam tujuh bersama wali masing-masing. Keadaan Robin sempat memburuk mendengar Monarz Gift tewas, namun terobati berkat diari yang ditinggalkan Gift. Mereka mulai berdamai dengan suasana duka.

Lalu jam sembilan. Pintu klub diketuk ke sekian kalinya. Kali ini tamunya adalah Deon dengan Mook yang sudah sehat.

Membiarkan Hellen dan Mook bercengkrama, Deon menyerahkan sebuah dokumen pada Aiden dan Jeremy. "Ini profil Child Lover dan latar belakangnya. Aku membawanya karena mungkin kalian membutuhkannya."

Aiden menggeleng halus, tersenyum. "Kasusnya sudah selesai, Inspektur. Kami tidak ingin mendengar tentang CL lagi, apalagi nama dan latar belakangnya. Semuanya telah berakhir."

Deon tersenyum mengangguk, wajah maklum. "Begitu ya. Aku paham." Dia segera menyembunyikan dokumen tersebut.

"Bagaimana keadaan kota, Inspektur?" Jeremy bertanya.

"Membaik tentunya. Sekolah yang diliburkan kembali dibuka, terutama taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Para orangtua tidak lagi takut melepas anak-anak mereka ke lingkungan terbuka. Massa masih heboh oleh penangkapan Child Lover. Kalian sebaiknya bersiap-siap, karena Atasan Departemen Penahanan akan mampir kemari, mengucapkan terima kasih serta memberikan penghargaan. Komisaris Raum didegradasi karena kinerja yang buruk."

"Yah, dia pantas mendapatkannya."

Tok! Tok! Tok! Entah tamu ke berapa, pintu klub diketuk lagi. Yang datang adalah Vio dan Isu. Sudah lama tidak bertemu dengan mereka. Penampilan mereka seratus delapan puluh derajat berbeda.

"Kudengar kalian berhasil menangkap penjahat itu. Selamat. Kalian layak diberi penghargaan." Isu berjabatan tangan dengan Jeremy, membungkuk pada Deon.

"Kak Isu makin tampan nih. Kembali ke dunia hiburan, ya?" goda Aiden.

Isu tertawa kecil. "Aku baru diterima di agensi model. Jalanku menjadi aktor masih jauh. Ini semua karena dukungan dari Vio. Aku takkan pernah melupakan jasa kalian." Dia memanggil dua orang pengawal yang menenteng kotak besar. "Memang tidak seberapa, tapi tolong diterima."

Isinya sekotak apel merah segar.

"Mungkinkah itu apel dari Distrik Lorgate?" Deon menceletuk. "Buah-buahan di sana cenderung mahal karena langsung dipetik dari kebun yang punya perawatan glamor."

"Padahal Kak Isu tak perlu repot-repot." Aiden berkata sungkan. "Terima kasih, Kak. Kami menghargai pemberian Kakak."

Hening sejurus kemudian.

"Ngomong-ngomong dimana Kak Watson?" Vio dan Mook bertanya serempak, tertegun. Mereka berdua bersitatap. Datang juga pertanyaan itu.

"Kenapa kau mencari Kak Watson?"

"Kak Watson menyelamatkanku. Aku belum berterimakasih padanya."

"Aku juga diselamatkan Kak Watson. Aku sudah menyiapkan hadiah untuknya."

"Tidak bisa! Aku duluan yang harus bertemu Kak Watson. Kau datang terlambat. Silakan mengantri."

"Tapi aku pertama yang ditolong Kak Watson. Dia membantuku keluar dari saluran air. Rela melukai tangan mencabut senar. Ah, aku menyukai Kak Watson."

"Aku juga suka Kak Watson. Dia bahkan memberiku napas buatan. Kau tidak cocok dengannya."

"Apa katamu?!"

Mereka pun bertengkar. Deon dan Isu manyun, buru-buru memisahkan Mook dan Vio sebelum acak-acakan. Masih kecil sudah memperebutkan satu cowok.

"Mook mau bertemu Kak Watson, Pa!" Mook merengek, menarik-narik baju Deon.

Vio lebih-lebih. "Aku mau lihat Kak Watson! Kalau tidak Vio tidak mau pulang."

Ruang klub mendadak dipenuhi tangisan dua

Deon mendesah. "Watson tidak datang? Dia langsung pulang kemarin tanpa berkata apa-apa," tanyanya pasrah.

Mereka bertiga diam. Tidak menjawab.

*

Rumah Sakit Atelier.

Dokter Reed memberikan hasil dari pemeriksaan rontgen. Wajahnya mengernyit. "Ini tidak bagus, Beaufort."

"Apa pun hasilnya, aku ingin dengar."

"Pita suara Watson mengalami kelumpuhan karena benturan keras yang menghantam lehernya. Kita beruntung tidak mengenai persarafan, jadi ini bisa disembuhkan. Untuk beberapa bulan Watson akan kesulitan bersuara."

Beaufort mengangguk-angguk. "Tapi, apanya yang tidak bagus?"

"Masalahnya, di rumah sakit ini tidak ada dokter spesialis suara atau alat terapi yang memadai. Kusarankan Watson pergi ke luar negeri karena alat-alat medis di sana lebih cukup."

"Haruskah?" Beaufort tampak sensitif.

"Harus. Watson harus terapi. Jika tidak, dia bisa kehilangan suaranya secara permanen. Dia perlu diobati langsung dari ahlinya."

Watson menyumpahi Aleena yang sepertinya sudah menduga soal cedera lehernya. Oleh karena itulah Aleena berani minta tolong perihal New York. Dia tahu Watson akan kembali ke sana.

Di perjalanan pulang, Beaufort melirik Watson yang memandang datar ke luar jendela. "Kau harus ke New York. Kecuali kau mau tidak bisa bicara selamanya."

Watson diam mendengarkan.

"Sesuai prosedur yang diberikan Reed, kau butuh enam bulan terapi. Seharusnya itu memakan waktu dua tahun. Kau beruntung saraf suaramu tidak cedera terlalu parah."

Yah, katakan saja Watson beruntung.

"Aku punya kenalan, bisa membantu mencarikan dokter untukmu. Nanti malam akan kupesankan tiket pesawat."

Tiba-tiba Watson menggeleng, menulis sesuatu di kertas-tidak ada alternatif lain selain menggunakan kertas untuk berkomunikasi. [Tidak perlu. Aku akan pergi bersama Aleena.]

"Aleena Lan? Temanmu yang dari Italia itu? Bagaimana dengan biaya keberangkatan dan pengobatan?"

[Dia akan mengurus semuanya. Paman jangan khawatir. Lagian, aku memang berniat akan pergi ke New York.]

"Sungguh? Kamu dapat kasus, ya."

Watson menggeleng kemudian mengangguk. Tepatnya kasus tak langsung. Aleena meminta bantuannya.

Tidak ada lagi percakapan. Beaufort fokus menyetir, Watson sibuk melamun.

New York, ya? Apa boleh buat. (*)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top