Epilogue

7 Desember 20XX, New York.

"Selamat ulang tahun, Watson!"

Pernak-pernik konfeti menempel di rambut Watson yang baru membuka pintu rumah. Kue raksasa setingginya berdiri megah menyambut. Ya ampun, Noelle berlebihan dalam membuatnya.

Menggantung jaket yang penuh butiran salju, tatapan Watson terarah ke bingkisan kado di lantai, mengernyit. Pasalnya, di antara kotak hadiah Watson mendengar suara gonggongan anjing.

Noelle mengerti air muka Watson yang datar, buru-buru memperlihatkan kandang hewan besar. "Ia baru sampai tadi pagi lho. Hadiah dari salah satu teman klubmu."

Seekor anjing putih gemuk keluar dari kandang. Bulunya tebal. Matanya sampai tidak kelihatan tertutup rimbun bulu. Ia melangkah malas, langsung tidur rebahan.

Mata Watson berbinar-binar (suka anjing).

I-ini Tibetan Mastiff. Harganya pasti mahal. Siapa yang mengirimnya? Watson menatap kartu ucapan bergelayut di jeruji kandang. Terdapat segel lilin Eldwers.

Ah, tentu saja. Watson seketika ingat Aiden berjanji akan membelikannya sebuah peliharaan sebagai hadiah ulang tahun.

Sering-sering lah membalas skype klub! Kami punya banyak kasus! -Aiden Eldwers

Hanya itu? Mana ucapan selamatnya? Watson membuang kertas itu ke belakang, tidak peduli. Lama-kelamaan sifat Aiden menyerupai Aleena, bikin darah tinggi. Dia lanjut memeriksa hadiah Jeremy, terdiam cukup lama. Isinya adalah sebuah biola antik buatan Jerman.

Aku tidak tahu kesukaanmu, tapi kulihat kamu menyukai musik, heh? -Jeremy Bari.

Astaga, Jeremy berlebihan. Watson memang bisa main piano. Tetapi biola? Dia tak yakin bisa memainkannya. Meski demikian, Watson harus berterimakasih. Jeremy membuka peluang sebuah hobi selain dunia misteri.

Kado dari Hellen berupa bahan makanan.

Kamu suka mapo tofu, kan? Aku sudah menyiapkan mentahan bersama capcainya, jadi kamu tinggal merebus. Aku membungkus sepuluh porsi, ya! Aku tak sepelit itu jauh-jauh mengirimkan mapo tofu kalau hanya seporsi doang. Selamat ulang tahun, Watson. Cepat sembuh!

Koki dan teman yang perhatian—hanya Hellen yang mengucapkan selamat. Menu makan malam hari ini dapat dipastikan tahu pedas.

Noelle mengusap-usap bulu si anjing putih pemberian Aiden. "Aduh, lucunya. Kita tinggal bertiga sekarang. Apa kamu sudah memikirkan sebuah nama untuknya?"

Watson mengangguk, ikut mengelus gemas.

"Oh, ya?" Noelle tersenyum cerah.

[Kita panggil dia Paisley.]

*

Besoknya, setelah mati-matian meminta izin pada Noelle yang cerewet, akhirnya Watson dibiarkan pergi menjenguk Violet.

Watson masuk ke kamar rawat Violet. Ada Lupin di situ, menunggu kedatangannya. Dia langsung saja mengajukan kertas komunikasi. [Maaf aku telat menjengukmu. Jadwal Tante Noelle berlalu ketat. Bagaimana keadaanmu?]

"Lebih baik dari seseorang yang kehilangan suara," ledek Violet terkekeh. Dia sudah bisa bicara normal. "Happy birthday, Watson. Maaf aku tidak bisa memberikan apa-apa."

Watson menggeleng, menulis lagi. [No, i don't need it. Your precious information is more than enough, Violet. Maaf karenaku kamu jadi celaka.]

"Tidak apa, Watson. Aku berhutang nyawa padamu. Aku sudah sehat kok."

Lupin bersedekap. "Perasaan kita semua punya hutang nyawa padanya. Bukankah itu sedikit dramatis? Puh."

Suasana senyap. Mereka bertiga tahu apa yang akan dibicarakan.

"Jerena Bari terakhir terlihat di Jerman, Berlin. Orang-orang yang terlibat dengannya bukan sipil biasa, Watson. Mereka pelacur yang memiliki pelindung klandestin. Aku menemukan catatan rumah bordil ternama di personalia mereka."

Pelacur? Ini tidak baik untuk kesehatan mental tunagrahita. Watson menerima berkas dokumen yang disodorkan Violet.

"Ngomong-ngomong Watson, aku juga ingin menyampaikan penyelidikanku." Senyum konyol Lupin menghilang, digantikan ekspresi tajam. "Tentang Rumah Duka Dandelion."

Watson sabar menunggu.

"Penyelia yang mengurus pemakaman orangtuamu sudah meninggal. Dia ditemukan bunuh diri di apartemennya. Ada juga yang berpendapat dia dibunuh oleh seseorang."

Deg! Watson dan Violet terdiam. Kenapa semuanya jadi rumit begini? Ya ampun.

"Jangan khawatir, Watson." Lupin menepuk pelan bahu sherlock pemurung itu. "Kami akan membantumu dari balik layar. Jangan ragu. Orangtuamu meninggalkan teka-teki untukmu, juga tentang si Jerena Bari itu. Pastikan kamu menyelesaikan keduanya."

Violet tersenyum, mengangguk setuju. "Kami akan mensupport di belakang."

Tidak ada yang bisa Watson selain membungkuk, mengucapkan terima kasih dalam hati. Mempunyai teman hebat adalah sebuah kebanggaan bagi Watson.

*

Salju bertumpuk di kepala Watson. Pemandangan New York saat malam ditambah dalam suasana musim dingin merupakan pemandangan yang memanjakan mata.

Katakan tidak pada Watson. Sebab, cowok itu berjalan pulang dengan pikiran melalang buana ke entah ke mana.

Lampu rumah tidak menyala sesampainya Watson. Berarti Noelle belum pulang. Berjalan pelan ke pohon natal, Watson pun mencari kunci cadangan. Kakinya yang menginjak salju menimbulkan suara berisik.

Tapi, tunggu. Dia lupa Paisley dibiarkan bermain di luar selama Watson terapi atau Noelle masih bekerja.

Yah, paling dia bermain di sekitar sini. Watson menjelajahi rumah mencari Paisley. Dia pasti lapar dan kedinginan ditinggal terlalu lama.

Dua menit mencari, tidak ketemu. Delapan menit mencari, tidak ketemu. Lima belas menit berputar-putar, Paisley tetap tidak kunjung keluar.

Dia mengumpet di mana sih? Ayolah, Paisley keluar dong. Cuaca semakin dingin. Watson mengeluh, beristirahat sebentar. Rumahnya lebih besar dan luas dari pada rumah Beaufrot. Cukup menguras tenaga berkeliling mencari Paisley.

Pukul sembilan malam, Watson lanjut mencari Paisley. Dia bingung ke mana anjing besar itu bermain.

Apa di gudang, ya? Benar juga, aku belum memeriksa gudang. Watson mendapat ide untuk mempersingkat pencarian tersebut, berjalan memutari bangunan rumah.

Baru enam langkah menuju gudang, setetes cairan lembek menetes dan memercik ke pipi Watson. Menyentuhnya, Watson terdiam, mengernyit. Darah? Kenapa ada darah di sana? Terlebih, darah siapa? Baunya berbeda dari darah manusia.

Jawabannya langsung muncul di atas Watson. Cowok itu ambruk ke tanah, berbinar-binar tak percaya, tercekat. Ingin berteriak tapi tidak bisa.

Paisley tergantung tak bernyawa. Semua kulitnya sudah tidak ada. Gantungan nama di lehernya rusak.

Tak kuasa menahan mual di perut, Watson pun muntah. Insiden ini lebih memuakkan dibanding menyentuh mayat.

Selembar kertas jatuh ke hadapan Watson yang terduduk lemas sehabis memuntahkan isi perut. Terdapat beberapa kata di atasnya yang sukses memanggil sisi gelap Watson.

Thanks for the feather. I like your pet.
-Butterfly Effect

Aku akan menangkapmu. Pasti. Watson meremukkan kertas tersebut. Manik birunya mengosong.

Di dunia ini, Watson lebih membenci sosok yang melukai hewan. Meskipun dingin dan minim beremosi, keluar dari zona kepribadian, Watson menyayangi binatang.

Makanya, siapa pun dia, siapa pun Butterfly Effect itu, dia mencari perkara dengan orang yang salah.

Bersambung ke buku kedua...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top