Vers 1.4 -- Catastrovesta
Mata Vesta terperangah. Dia tidak tahu yang ada di atas langit-langit kamarnya itu siapa. Pasalnya, tubuh seseorang yang dia anggap sebagai Thomas bukanlah seperti itu. Melihat makhluk mengerikan yang ada di kamarnya itu, Vesta langsung keluar kamar.
Dia berlari segera menutup pintu kamar dan menguncinya. "Makhluk apa itu?" Napasnya terengah-engah dibalik pintu.
Tiba-tiba ketukan dari dalam kamar Vesta terdengar, seolah-olah pintu tersebut hendak di dobrak. Vesta melihat ke arah jam dinding yang ada di ujung lorong, betapa kagetnya dia kalau jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Bagaimana bisa? Bukankah ini masih siang?" Vesta kembali berlari ke arah jendela luar gedung, dia melihat suasana sudah menjadi gelap. Bahkan, kini sudah tidak ada satu orang pun di luar.
Ting!
[Alert! Final quest has started again]
[Data! Team: 42, Final boss: 1, Victory: 1]
[Alert! First quest: defeat the entire team. Time: 5 months
Reward: Freedom, and continue the mission
Pinalty: Death
Quest: Begin]
Suara berasal dari hologram biru di tengah area kampus kembali terdengar, Vesta melihat dari balik jendela. Dia benar-benar putus asa. Baru saja hari kedua tantangan, timnya sudah tidak utuh lagi. Willem dan Frances saling membunuh, kemudian Thomas, keberadaannya tidak diketahui, justru tubuh lelaki itu berubah menjadi monster kurus.
Berbeda dengan hari sebelumnya, di telinga Vesta, terdengar banyak sekali keributan. Merasa dirinya hanya tinggal sendiri dan tidak aman, Vesta pun mencari-cari sebuah ruangan yang mungkin bisa dipakai untuk berpikir dan berlindung sejenak. Mau bagaimana pun, Vesta pada akhirnya harus melawan para 'player' yang lain sendirian.
Vesta membalikkan badan, dia mengingat kebiasaan buruk Frances. Dia pun bergegas kembali ke arah pintu kamarnya yang berseberangan dengan pintu kamar Frances. Dengan keyakinan penuh, Vesta langsung membuka pintu kamar Frances yang ternyata benar, tidak dikunci. Tanpa banya berpikir, dia masuk dan menutup pintunya rapat-rapat.
Sesaat setelah menutup pintu kamar Frances, Vesta bisa mendengar pintu kamarnya terbuka dengan keras. Monster kurus itu berhasil meloloskan diri. Jantung Vesta berdegup dengan keras. Vesta berjalan ke pojok ruangan Frances yang gelap dan duduk di sana.
"Aku harus memahami apa saja keterampilanku," gumam Vesta, pandangannya masih berjarak satu meter dengan hologram hijau yang masih saja tertampil karena Vesta tidak tahu cara menon-aktifkannya.
Vesta menekan menu skill miliknya. Dia membaca satu per satu. Terdapat tiga skill yang telah dipilih oleh Vesta. Support skill yang sudah terekspos adalah water healer, penyembuh menggunakan cairan yang ada di tubuh Vesta, sebelumnya dia gunakan untuk menyembuhkan Frances dan Thomas.
Dia juga melihat lagi keterampilan tersebut lebih dalam, mulai dari cara penggunaanya, pertaruhannya, hingga skill overpower-nya. "Baiklah, aku hanya bisa menjadi medic saja jika menggunakan skill ini."
Perhatian Vesta kemudian dialihkan ke dua keterampilan lainnya. Support skill dengan nama 'periodic table of elements' dan main skill dengan nama 'marrionette fingers'. Kedua keterampilan tersebut ternyata bisa digabungkan menjadi one power milik Vesta. Pilihannya adalah sangat tepat. Namun, saat Vesta melihat ke arah pertaruhannya, dia langsung terdiam.
"Aku bisa mati atas keterampilanku sendiri? Bagaimana mungkin?" Vesta bergumam dengan deru napas yang berat. "Tiga kali, huh? Baiklah, tidak masalah. Akan kugunakan one power-ku dengan bijak."
Saat Vesta masih mempelajari seluruh keterampilannya, suasana di luar sangatlah berisik. Jeritan-jeritan yang Vesta dengar memenuhi telinga lelaki itu. Pasalnya, sebelum hari ini, telinga Vesta tidak terlalu ramai dan sensitif terhadap kegaduhan yang ada di sekitar. Bahkan, hari pertama saat Catastrovesta melawan Alvyphizing pun Vesta sama sekali tidak terganggu pendengarannya.
"Aku tidak bisa keluar sekarang, ini akan menjadi riskan. Menunggu waktu yang tepat adalah hal yang paling memungkinkan." Vesta memutuskan untuk berdiam diri terlebih dahulu di kamar Frances.
Vesta mengeluarkan Catas Monitor-nya yang masih menyala terang berwarna emas. Dia melihat-lihat siapa tahu ada cara untuk bisa menon-aktifkan dan mengaktifkannya kembali. Vesta pun memutar-mutar pin tersebut, sampai akhirnya dia mengelap tulisan 'Oxfard Normal University 1924' menggunakan tangannya.
Benar, hologram hijau pun menghilang diiringi oleh suara 'Power Off'. Sejak saat itu, Vesta akhirnya tahu bagaimana cara menggunakan Catas Monitor miliknya dengan baik dan benar. Selanjutnya, Vesta kembali menggunakan Catas Monitor tersebut untuk mengecek mega data milik rekan timnya.
Kegiatannya memang terlihat monoton dan membosankan. Namun, Vesta melakukan hal tersebut karena dia tidak ada pilihan lain. Jika keluar dan menyerang seluruh tim sekarang, maka, Vesta-lah yang justru akan mati.
Mega data Thomas memerlukan render yang cukup lama. Meski level Vesta kini sudah naik banyak, dia tidak tahu kenapa membuka mega data milik Thomas sangatlah berat. Sampai-sampai Vesta beralih posisi, dari duduk di pojok ruangan yang gelap, sampai dia berbaring di kasurnya Frances. Dan, tertidur dengan sendirinya.
-ooo-
Ting!
[Alert! Final quest has started again]
[Data! Team: 1, Final boss: 1, Victory: 1]
[Alert! Last quest: defeat the final boss. Time: 1 day
Reward: Freedom, and continue life
Pinalty: Death
Quest: Begin]
Keringat dingin membanjiri Vesta yang masih terbaring. Setiap lekuk tubuhnya terasa begitu kaku dan tidak bisa digerakkan. Serangkaian kata-kata yang bisa menggambarkan situasi yang dialami oleh Vesta saat ini antara lain, pegal, sakit, kram, dan seolah-olah menjadi orang yang mati suri.
Kejadian ini hampir mirip dengan apa yang Vesta rasakan ketika dia terlempar dari masa depan ke masa lalu. Namun, bedanya kini, posisi Vesta masih berada di tempat yang sama seperti sebelum dirinya tertidur. Benar, di kamar Frances yang gelap gulita.
Vesta dengan tangan yang lemah, segera meraih Catas Monitor miliknya. Dia melihat data yang tertampil di Catas Monitor. "HAH? APA-APAAN INI? BAGAIMANA BISA SEMUANYA SUDAH MATI?"
Mata Vesta terbelalak ketika melihat hanya dia satu-satunya yang tersisa. Dia kebingungan dan memikirkan apakah dirinya sudah tertidur selama itu atau bagaimana? Bahkan, Vesta sendiri tidak menyadarinya. Saat dia melihat ke arah data miliknya, satu menu yang baru saja terang kini meredup menandakan non-aktif.
Ternyata, Vesta telah tidak sengaja mengaktifkan secret skill dari one power miliknya. Menjadi boneka beracun. Selama ini, Vesta sudah berubah menjadi boneka beracun di kamar Frances, maka itu saat bangun tadi seluruh kasur Frances terlihat basah kuyup seolah-olah terkena keringat.
Lambat laun, Vesta mulai memahami lagi. Tubuhnya juga sudah bisa digerakkan. Dia mulai bangkit dari tidurnya, dan duduk di tepi kasur yang basah. "Baguslah, kini, diriku hanya antara hidup dan mati. Jika dihitung berdasarkan jumlah, lima puluh tim dikali lima anggota per tim, berarti 250 orang yang bertaruh, dikurangi aku satu, total yang mati adalah 249."
Vesta hanya menggelengkan kepala, mendapati fakta bahwa dirinya bukan menang karena melawan, tetapi menang karena tertidur dan melewati seluruh rangkaian kejadian. Sama halnya seperti saat kematian Frances dan Willem, Vesta tidak tahu apa yang sudah terjadi. Bahkan, level Vesta pun naik tanpa dia menyentuh orang sekali pun. Dia belum pernah melawan secara fisik.
"Dan sekarang ... aku harus melawan final boss? Alangkah tololnya aku."
Vesta berdiri dan melakukan peregangan sebentar. One power-nya sudah terpakai sekali, jadi, tersisa dua kali lagi sebelum akhirnya dia tidak bisa menggunakan hal tersebut selamanya.
[Alert! Last quest: defeat the final boss. Time: 10 hours remaining
Reward: Freedom, and continue life
Pinalty: Death]
"Hah? Sepuluh jam? Bukannya tadi masih sehari?" Vesta tahu kalau ini adalah permainan yang diatur sistem, tetapi jika begini caranya itu artinya sistem dibuat hanya untuk membunuh dirinya.
Seorang Vesta, mahasiswa abadi yang paling populer di kampus, kini terperangkap dalam sistem yang mengantarnya ke kematian. Hal tersebut sungguh menyedihkan. Vesta, dia bahkan masih belum paham sepenuhnya, tetapi harus dipaksa untuk paham. Otaknya yang tidak cerdas pun harus bekerja keras.
Vesta dengan langkah perlahan mendekati pintu kamar Frances yang semula dia kunci dari dalam. Memutar kunci tersebut secara perlahan, Vesta mengintip sejenak ke balik pintu di luar. Suasananya sangat sepi, dia bahkan hanya mendengar suara hewan kecil yang bernyanyi. Hari itu gelap, seluruh cahaya di asrama pun tidak ada yang hidup.
Vesta perlahan berjalan menuju saklar dan menyalakan lampu. Namun, hasilnya nihil. Listrik ternyata sedang padam. Bulu kuduknya merinding saat dia merasakan hembusan angin menghantam tubuhnya. Bahkan, langkah kaki Vesta yang sudah dihentakkan sangat pelan pun masih terdengar jelas di telinga.
Awalnya, Vesta tidak tahu sosok apa yang menjadi final boss dan akan dia lawan. Sebelum akhirnya tidak lama, fokus Vesta terbuyarkan dengan satu dentuman keras di ujung lorong. Tatapannya kosong karena gelap gulita, Vesta tidak bisa tahu ada apa di hadapannya.
Namun, satu hal yang pasti adalah langkah kaki lebar dari seseorang mulai terdengar dengan jelas. Untungnya, refleks Vesta masih bagus, saat dia mendengar satu suara sabitan, secara acak dia menghindar berjongkok. Sabitan tersebut seperti sebuah kuku yang panjang.
"Bertemu lagi denganku, Vesta Harrison!"
Suara antah berantah itu membuat Vesta ketakutan, dia tahu kalau suara tersebut berasal dari sosok monster yang sebelumnya dia temui di kamar. "Thomas?" Vesta masih ingat kalau monster tersebut adalah jelmaan dari rekan timnya. "Kau masih hidup? Syukurlah, aku tidak sendirian."
Serangan kuku tajam tersebut tidak datang lagi, hening, hanya napas Vesta saja yang berderu. "Thomas?" panggilnya lagi.
"JIKA KAU INGIN TETAP HIDUP, LAWANLAH AKU."
Kini, Vesta tidak sempat menghindar dari serangan monster tersebut. Satu tancapan kukunya berhasil merobek pundak Vesta sampai berlubang. Vesta menjerit merasakah rasa sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
"Kau bukan Thomas!" Vesta langsung memejamkan mata, melemaskan jari-jari tangannya, merasakan aliran energi yang mulai keluar dari ujung jarinya. "Chain!" teriaknya. Dia mengaktifkan one power-nya sekali lagi untuk menahan rantai tersebut.
Sebuah tali berwarna biru terang dengan cepat menjerat monster yang keberadaannya kini Vesta tahu ada dua meter di hadapannya. Saat monster tersebut terikat sambil berteriak kesakitan. Vesta berlari dengan cepat ke arah luar gedung.
Ting!
[Alert! Continue fighting or blow up the building, choise which one]
Saat sampai di depan gedung, Vesta tidak bisa berpikir apa pun lagi. Dia mengaktifkan one power-nya yang terakhir. Menyelimuti gedung prestasi tersebut dengan serbuk kristal putih. Namun, saat Vesta hendak mengeluarkan skill-nya untuk mengarahkan seluruh gas yang terikat pada oksigen dengan marrionete finger-nya, dia terhenti.
"Tunggu, jika aku membakar gedung ini, seluruh orang 'non-player' di sana akan ikut mati?"
Tidak sempat berpikir lebih lama, teriakan monster kurus pun terdengar dari dalam gedung. Secara spontan, Vesta langsung mengikat gas panas pada oksigen dan melumurinya di atas seluruh serbuk kristal putih.
"Ammonium nitrate!" desisinya dengan mata terpejam.
Sebuah cahaya yang amat terang muncul menyelimuti gedung tersebut. Diiringi dengan teriakan monster yang kesakitan, gedung asrama prestasi tersebut meledak dan hancur. Vesta yang jaraknya hanya berkisar lima meter dari hadapan gedung pun tidak sempat berlindung. Tubuhnya terpental dan menghantam sebuah pohon besar tidak jauh dari sana. Perutnya terkoyak karena dia terpanggang di sebuah dahan yang runcing.
-ooo-
Tubuh Vesta tersentak, dia membuka matanya secara spontan dan kaget.
"Ya, sepertinya aku sudah terlalu lama berada di perpustakaan." Vesta menatap ke arah jam tangan, "Sore ini aku harus cek progresku di lab," gumamnya.
Vesta bangun dari duduknya, dia membawa buku tebal dengan judul 'Chemistry of Dummies' kembali ke rak buku di perpustakaan. Saat jari-jarinya sedang menyelipkan buku tersebut, terdengar satu panggilan yang terdengar dengan lembut.
"Vesta!"
"Hey, Alexa! Sedang apa kau di sini?" Vesta menyapa seorang gadis cantik yang tingginya berkisar sepundak. Namun, setelah mengatakan hal tersebut, Vesta langsung terdiam.
Tunggu, sepertinya aku mengalami dejavu.
Ting!
[Congratulation! Catastrovesta on Catastrophizing System has updated]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top