Vers 0.5 -- Catas Monitor

Semua bingung menatap ke arah Vesta. Bahkan, Vesta lebih bingung dengan situasi aneh yang dialaminya. Pada saat itu, tidak ada yang salah, hanya saja, semua orang benar-benar keheranan dengan apa yang dilakukan oleh Vesta. Namun, Vesta sedikit banyak menyadari bahwa ada yang berbeda juga antara si kembar Willem dan William.

Vesta terdiam, memikirkan jawaban apa yang akan diberikan pada orang-orang yang sejujurnya asing di hadapannya itu. Dia hanya memandanginya satu per satu seolah-olah sedang berbicara dari hati ke hati.

"Sebenarnya ... aku cukup paham akan situasi ini." Willem berjalan perlahan dan duduk di kasur tepat di samping Vesta.

"Situasi macam apa?" tanya Frances seraya memiringkan kepalanya.

"Vesta, dia mengalami hal serupa denganku beberapa tahun yang lalu." Kisah Willem dimulai.

Vesta memperhatikan dengan saksama apa yang Willem katakan. Willem, pada awalnya bukanlah seorang yang memiliki kembaran. William hanyalah semacam alter ego dari seorang yang bernama Willem, si pemilik tubuh. Willem mengaku, pada awalnya dia adalah seseorang dari masa depan, sama seperti Vesta. Mengalami hal-hal yang sangat aneh, sehingga dia terjebak di masa lalu dengan tubuh 'Willem' yang lain.

Mendengar penjelasan Willem, sebenarnya Vesta hanya bisa mengangguk, karena dia memang sedang mengalami proses tersebut. Namun, berbeda hal dengan Frances dan Thomas. Keduanya tertawa terbahak-bahak, menganggap semua yang dikatakan oleh Willem adalah sebuah lelucon. Namun, tunggu punya tunggu, Frances dan Thomas tidak kunjung mendapati punch line dari lelucon Willem. Keduanya langsung terdiam.

"Lalu, bagaimana kau bisa terjebak di sini? Di masa lalu." Vesta memposisikan dirinya untuk duduk dan bersandar ke bagian kepala ranjang.

"Ceritanya panjang, kau akan tahu sendiri." Jawaban dari Willem tidak sesuai harapan, padahal bertanya demikian, Vesta ingin mengetahui hal-hal apa saja yang musti dia lakukan untuk bisa kembali ke masa depan. "Begini ... lebih baik, sekarang kau ikuti aturan Willarophizing."

"Hah? Will-apa? Willarophizing? Apa itu?" tanya Vesta, alisnya mengkerut mendengar kata asing tersebut.

"Eh?" Willem terlihat terkejut saat menyadari sesuatu yang Vesta tidak ketahui. "Coba kau cek, sekarang kau berada di saluran apa?"

"Saluran? Bagaimana cara ceknya?" Vesta benar-benar tidak mengetahui apa pun. Hal yang dia ketahui hanyalah panik, panik, dan panik saja ketika melihat hologram biru.

"Hologram itu, kau bisa menyentuhnya. Bukankah konsepnya sama seperti monitor hologram di abad dua puluh satu?" Willem ikut bingung, karena ketidaktahuan Vesta. "Kau memiliki alatnya?"

"Alat apa? Aku benar-benar tidak tahu, Willem."

Mendengar Vesta yang terus 'tidak tahu', Willem pun sedikit frustrasi, dia menepuk jidatnya. "Astaga, coba ceritakan awal mula keanehan ini."

Sementara Vesta dan Willem berbincang banyak, Frances dan Thomas yang lebih tidak relate lagi hanya bisa menggeleng-geleng. Keduanya tidak tahu juga kalau ada hal semacam ini di dunia. Bahkan, Thomas yang suka membaca pun tidak pernah mempercayai hal semacam ini bisa terjadi. Namun, inilah adanya. Frances dan Thomas dihadapi dengan sebuah sistem yang tidak bisa keduanya lihat. Sedangkan, William, rupanya dia bahkan tidak banyak bergerak sejak tadi.

"Pin logo almamater! Itu alatnya, di mana almamatermu?" Willem seolah-olah tahu pemecahan masalah yang Vesta hadapi.

"Almamater, ya? Terakhir aku lihat—,"

"Karena kau bodoh, jadi aku yang membawanya waktu kau lari-larian di gedung menuju toilet." Frances memotong perkataan Vesta. "Kau, entah apa tujuannya, tapi kau membuang almamater itu di depan gedung."

"Ah? Aku, eh, aku panik saat itu." Vesta tidak bisa mengelak, saat tatapan tajam dari Willem menyorot ke arahnya.

Tidak lama kemudian, Frances pergi meninggalkan ruangan. Dia hendak mengambil almamater Vesta. Bahkan dia pun lupa kalau almamater Vesta belum dikembalikan pada Vesta. Yah, semuanya adalah perihal kesalahan masing-masing. Benar-benar rumit.

"Jika hanya kalian yang bisa melihat hal semacam itu, lantas peranku di sini apa?" tanya Thomas yang sedari tadi hanya menyimak. Suara Thomas cukup berat dan serak, dia tipe lelaki yang tinggi semampai, layaknya atlet basket.

"Sejujurnya aku belum tahu arti dari semua ini, aku hanya diperintah untuk merekrut empat orang teman." Vesta menjelaskan pada Thomas.

Vesta dan Thomas bukanlah teman dekat seperti Frances. Keduanya hanyalah orang yang bertemu di asrama prestasi non-akademik dan menjalin pertemanan dengan tidak sengaja. Bahkan Vesta dan Thomas berbeda program studi.

Pada momen itu, Vesta dan Frances adalah mahasiswa program studi kimia murni, ini sama persis dengan program studi Vesta di masa depan. Sedangkan, Thomas adalah mahasiswa program studi ilmu olahraga. Willem dan William sendiri mengaku berada di program studi ilmu hukum.

Beberapa saat berlalu, mereka berada di keheningan situasi. Sampai akhirnya Frances datang dan membawa almamater Vesta. "Pin logo kampusmu tidak ada," ujarnya sambil menyodorkan almamater tersebut.

"Hah? Bagaimana bisa tidak ada?" tanya Vesta keheranan. "Seingatku, aku tidak melepasnya ketika tidak sengaja menjatuhkan almamater ini." Vesta meraih almamater yang diberikan oleh Frances. Dia mengecek ke sana ke mari, tetapi hasilnya masih sesuai perkataan Frances.

"Gawat, ini gawat, kita harus segera pergi." Willem secara spontan langsung berdiri.

"Apa yang akan terjadi?" tanya Vesta seraya mengikuti pergerakan Willem.

"Biar kujelaskan. Alat itu disebut sebagai Catas-Monitor. Kau bisa menggunakan alat itu untuk mengendalikan tantangan, misi, pinalti, dan segalanya. Itu adalah benda yang sangat penting. Jika jatuh di tangan yang salah, tamat sudah riwayatmu, Vesta." Penjelasan dari Willem membuat Vesta bergidik. "Tidak hanya kau. Kami juga."

"HAH? Apa maksudnya ini?" Frances panik setelah mendengar perkataan tambahan tersebut.

Willem menggeleng, "Sesuatu buruk akan terjadi."

Ting!

Terdengar di telinga Vesta sebagai tanda kemunculan hologram biru. Dia langsung mengedarkan pandangannya berharap segera bisa melihat petunjuk selanjutnya.

[Notification! You will be given a choice of skills, choose according to what you want]

"Willem, aku diperintah untuk memilih kemampuan, apa maksudnya ini?" tanya Vesta kemudian.

"Jangan pilih! Kita harus menemukan Catas-Monitor milikmu terlebih dahulu. Hologram random yang sering muncul di hadapanmu terkadang suka menjebak." Willem membungkukkan badan, dia mencari-cari sesuatu di kolong tempat tidur.

"T-tapi, bagaimana aku tahu kalau itu menjebak. Siapa tahu pemilihan kemampuan ini tidak akan terjadi lagi." Vesta masih ragu atas perintah dari Willem yang cukup mendominasi.

[Alert! Skill selection begins, accept the skill "yes", decline the skill "next", begin = yes/no]

"Percayalah padaku, kau jangan memilih skill itu." Willem kembali menegakkan badannya, di tangannya terdapat satu gelang melingkar berbentuk ular. "Ini adalah Catas-Monitor milikku, kita gunakan ini untuk sementara waktu."

Vesta melihat Willem mengklik satu tombol yang ada di gelang tersebut. Secara tiba-tiba, William seolah-olah tersedot dan masuk ke dalam lubang kecil di sana. Vesta sudah tidak kaget lagi, karena dia lambat laun melakukan adaptasi. Namun, Frances dan Thomas, mereka benar-benar menjerit terkagetkan.

Willem memimpin jalan, dia seolah-olah menjaid ketua tim. Sedangkan, Vesta berada di urutan paling belakang setelah Frances dan Thomas mengikuti Willem.

[Alert! Skill selection begins, accept the skill "yes", decline the skill "next", begin = yes/no]

Vesta bergumam pada diri sendiri bahwasanya dia tetap harus memilih keterampilan tersebut. Selama ini, dia masih belum tahu kalau hologram biru di hadapannya adalah perintah palsu atau benar. Hanya saja, Vesta merasa dia tidak bisa mengabaikan kesempatan tersebut.

Akhirnya, tanpa diketahui oleh yang lain, Vesta pun memilih 'yes' untuk memulai penentuan keterampilan. Sambil berjalan mengikuti arah tunjuk Willem, Vesta bergeming dalam fokusnya memilih keterampilan.

"Vesta, kau menolaknya, kan?" tanya Willem dari arah depan.

"Eh, i-iya, aman!" seru Vesta dari belakang, padahal pandangannya masih berada di hologram biru yang masih berproses.

"Bagus, setelah ini kita akan ke gedung program studi kimia murni untuk pencarian," ujar Willem.

[Alert! You have the opportunity to choose three skills]

[Option! Fighting skills:

1st Option: Fatal blow (yes/next), result: next]

[Option! Fighting skills:

2nd Option: Curse spell book (yes/next), result: next]

[Option! Fighting skills:

3rd Option: Marionette fingers (yes/next), result: yes]

[Congratulation! You have chosen "marrionette fingers" as the fighting skill. Next, you will select two support skills]

Vesta hanya memilih pilihan yang sekiranya akan berguna untuk dirinya nanti. Beberapa di antaranya bahkan dia tidak tahu detailnya seperti apa, cara penggunaannya seperti apa, karena hal itu sepertinya baru bisa diketahui lewat Catas-Monitor yang kini tengah dicarinya.

Setelah Vesta memilih keterampilan yang sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Willem, dia berjalan mendekati Willem. Vesta mengikuti langkah lelaki berambut abu-abu tersebut. "Willem, dulu, kau memilih keterampilan apa?" tanyanya.

"Nanti kau tahu sendiri." Willem terdengar tidak ingin memberi tahu Vesta secara gamblang. "Salah satunya bahkan kau sudah tahu, Vesta. Ingat?"

Seolah-olah dibawa ke satu momen menegangkan bagi Vesta, dia pun teringat. Willem kemungkinan besar memiliki skill support bisa membelah diri atau membuat kloningan abadi dirinya. Menyadari hal itu, Vesta hanya mengangguk-angguk perlahan.

"Apakah kalian akan menjadi semacam super hero seperti di novel-novel yang kubaca" tanya Frances.

"Tunggu? Novel super hero?" tanya Vesta kebingungan. "Ini ... bukankah ini tahun 1924? Apakah sudah ada novel super hero?" Vesta menoleh ke arah Frances yang terlihat terkejut. Matanya mengernyit, seolah-olah menelisik ke dalam pikiran Frances.

Sepertinya Frances adalah salah satu 'player' juga, mengapa dia tidak mau memberitahuku?

"Tentu ada ... kau tidak akan tahu, jika kau dari masa depan." Frances dengan sedikit terbata-bata mengungkapkan hal yang membuat Vesta semakin curiga.

"Kau tahu? Kata dan karakter 'super hero' pertama kali muncul pada tahun 1938. Jadi, super hero mana yang kau maksud, di tahun 1924 ini, huh?" Kalimat yang dilontarkan oleh Willem membuat Frances tersudut.

Willem membalikkan badan, dia berjalan dengan cepat menuju Frances. Tanpa basa-basi, Willem pun mencengekeram kaos bagian dada Frances. Vesta yang melihat hal itu pun segera memisahkan keduanya agar tidak bertengkar. Begitu juga Thomas, dia membantu Vesta dalam hal ini.

"MENGAKU, ATAU KUBUNUH KAU, SIALAN!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top