CHAPTER 6

Title: BIGHIT BLOODY STREET

Cast: Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Huening Kai

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V

.

CHAPTER 6

.

AUTHOR POV – JANUARI 2019

Namjoon segera berlari setelah turun dari mobilnya, menuju ke arah kerumunan orang yang terletak tak jauh dihadapannya itu.

Sungjae yang menyadari bahwa Namjoon sudah tiba disana segera menghampiri Namjoon.

"Mayat yang ditemukan adalah mayat seorang pemuda, berusia sekitar 20 atau 21 tahun. Ada banyak luka tusukan pisau di bagian dada dan perutnya. Ada luka juga di kepalanya, sepertinya berasal dari pukulan yang cukup keras di kepalanya. Kali ini bahkan ada banyak luka memar keunguan di wajahnya." sahut Sungjae, menjelaskan kondisi mayat yang ditemukan itu.

"Jari kelingking telapak kaki kanannya?" tanya Namjoon.

"Tidak ada..." sahut Sungjae sambil menghela nafas.

"Dimana lokasi tepatnya sang mayatnya ditemukan?" tanya Namjoon.

"Di jembatan itu..." Sungjae menunjuk ke arah sebuah jembatan kayu kecil yang berada di tepi danau.

"Kali ini ia menyiksa korbannya dengan lebih biadab, dan meletakkan mayatnya di tempat seterbuka itu? Apa ia berusaha menunjukkan pada kita seberapa bodohnya kita karena masih juga gagal menangkapnya?" sahut Namjoon. Tatapan matanya berubah menjadi penuh amarah.

"Se...pertinya... Begitu..." sahut Sungjae dengan sedikit terbata. Sungjae selalu merasa gugup setiap melihat Namjoon menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Yaishhhh! Psikopat biadab!" Namjoon berteriak penuh amarah sambil menendang rerumputan yang tengah diinjaknya.

Namjoon segera berjalan cepat untuk melihat sosok sang mayat dengan kedua matanya sendiri. Sungjae berjalan mengikuti Namjoon.

.

.

.

Soobin dan Yeonjun tengah makan siang bersama dengan sang dosen kesayangan mereka di kantin kampus siang itu.

"Wajahmu terlihat lesu sejak pagi, hyeong..." tanya Yeonjun sambil menatap wajah Jin. "Kau terlihat agak lemas ketika mengajar di kelasku pagi tadi..."

"Geunyang..." sahut Jin. "Tidurku terganggu lagi semalam, cih..."

"Kau diganggu sosok mahkluk halus lagi, hyeong? Whoaaa! Kalau aku jadi hyeong, mungkin aku sudah tidak sanggup mengajar hari ini..." sahut Soobin dengan ekspresi penuh ketakutan di wajahnya.

"Bukankah kau sudah terbiasa, hyeong? Maksudku, kau kan sudah lama bisa melihat penampakan – penampakan aneh itu.. Apa itu.. Masih terasa menyeramkan bagimu?" tanya Yeonjun.

Jin menganggukan pelan kepalanya. Hampir semua orang di Bighit Street memang mengetahui bahwa Jin bisa melihat penampakan kasat mata itu, namun hanya Jimin, Namjoon, dan Hoseok yang mengetahui bahwa Jin sering didatangi oleh para korban sang psikopat itu.

"Terkadang mereka menampakkan wujud yang sangat mengerikan... Makanya aku masih terganggu sekali jika mereka menunjukkan wajah yang hancur..." sahut Jin sambil memotong donkatsu di piringnya.

"Mwoya? Wajah.. Yang... Hancur? Yaishhhhh!" Soobin mengernyit ketakutan. "Hyeong! Mereka sungguh menampakkan wujud mengerikan seperti itu?"

Yeonjun memiringkan kepalanya. "Wajah yang hancur? Seperti apa, hyeong?"

Jin terdiam sejenak sambil menatap wajah Yeonjun dan Soobin secara bergantian, lalu menjawab, "Kurang lebihnya, seperti ini... Bayangkan jika seseorang meninggal karena kecelakaan... Tubuhnya dipenuhi darah... Dan wajahnya rusak karena kecelakaan itu.. Kira – kira seperti itulah... Yang masih membuatku takut sampai sekarang."

"Eomma!" Soobin menjerit pelan sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ketakutan setelah mendengar gambaran yang diceritakan oleh Jin.

Sementara Yeonjun menatap wajah Jin dengan ekspresi sedikit terkejut. "Kau... Whoaaa, hyeong! Nasibmu benar – benar sial kurasa..."

"Makanya, aku iri dengan kalian yang bisa hidup dengan normal tanpa bisa melihat sosok – sosok sialan itu..." sahut Jin sambil menghela nafas.

.

.

.

"Ayo kita ke toko Jimin hyeong~" sahut Kai dengan penuh antusias ketika jam pulang sekolah tiba.

"Kajja~~~" sahut Beomgyu dengan penuh semangat.

"Hoaaahhmmmm... Aku akan memilih untuk menumpang tidur di kamar Jungkook hyeong." sahut Taehyun sambil menguap.

"Kau terlihat sangat mengantuk, Taehyun ah.." sahut Beomgyu.

"Kurasa, aku kurang istirahat akhir – akhir ini..." sahut Taehyun.

"Aku akan mengirimkan pesan kepada Soobin hyeong dan Yeonjun hyeong agar mereka langsung ke toko Jimin hyeong sepulah kuliah!" sahut Kai.

.

.

.

"Gumawo, hyeong! Kami jadi mengirit ongkos karena kau bersedia mengantar kami kesini, hehehe~" sahut Soobin sambil tersenyum ketika mobil Jin tiba di depan toko milik Jimin.

"Maaf merepotkanmu, hyeong... Gumawo, hehehe~" sahut Yeonjun sambil bersiap untuk turun dari mobil milik Jin.

"Gwenchana.. Aku juga ada rencana untuk menemui Jungkook, makanya sekalian saja aku mengajak kalian karena aku tahu kalian sering mampir kesini sepulang kuliah.." sahut Jin. "Lagipula, sudah lama aku tidak mengobrol dengan Jimin, hehehe~"

Soobin dan Yeonjun menyapa Jimin dan Jungkook di lantai 1, lalu segera berlari menuju lantai 3 ketika mendengar teriakan ketiga sahabat mereka dari atas sana.

"Jin hyeong! Apa kabar? Sudah lama kau tidak berkunjung kesini, hehehe.." sapa Jimin sambil tersenyum.

"Ada yang ingin Jungkook bicarakan denganku, makanya aku kesini.. Lagipula, sudah lama aku tidak mengobrol denganmu, Jimin ah! Kau tidak merindukan hyeongmu yang tampan ini? Hehehe~" sahut Jin dengan ekspresi ceria di wajahnya.

"Aigoo~ Kau masih saja narsis seperti biasanya, hahaha~" sahut Jimin sambil tertawa.

"Gumawo, hyeong.. Sudah bersedia datang menemuiku.." sahut Jungkook sambil tersenyum menatap ke arah Jin.

"Kau mau membahas masalah penampakan yang mengganggumu di lantai tiga?" tanya Jimin sambil menatap Jungkook.

"Majjayo.." sahut Jungkook.

"Bukankah sudah kubilang berkali – kali padamu, Jimin ah? Tokomu ini ada penunggunya. Kau tidak pernah percaya pada ucapanku, cih.." sahut Jin, berpura – pura kesal.

"Aku kan tidak pernah melihat yang aneh – aneh selama disini, hyeong... Makanya aku tidak percaya, hehe~ Mian~" sahut Jimin sambil menggaruk kepalanya.

"Dan mengapa mereka malah menggangguku?" sahut Jungkook sambil merapikan beberapa CD yang berantakan di rak.

"Karena mereka ingin berkenalan dengan orang baru kurasa..." sahut Jin.

"Karena mereka ingin berkenalan dengan orang tampan lebih tepatnya." sahut Jungkook.

"Maksudmu? Aku kurang tampan makanya mereka tidak menunjukkan wujud mereka kepadaku, hmmm?" sahut Jimin sambil menatap Jungkook.

Jungkook dan Jin tertawa mendengar ucapan Jimin. "Hahahaha~"

.

.

.

"Hyeong.. Semalam kau pergi kemana?" tanya Beomgyu malam itu ketika Yoongi tiba di rumah.

"Uh? Kau melihatku pergi semalam? Kukira kau sudah tidur..." sahut Yoongi, sedikit terkejut.

"Petirnya sangat keras, aku nyaris tak bisa tertidur karena terganggu dengan suara petir semalam..." sahut Beomgyu. "Memangnya kau pergi kemana semalam, hyeong?"

"Ada sesuatu yang harus kubeli." sahut Yoongi sambil berjalan menuju dapur.

"Biasanya kau menyuruhku..." sahut Beomgyu sambil sedikit berteriak dari ruang tengah.

"Kukira kau sudah tidur semalam." sahut Yoongi sambil membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral.

"Jauh? Sampai kau harus mengendarai mobilmu..." sahut Beomgyu.

Yoongi menegak air dari botol yang ada di tangannya itu. Setelah selesai minum, ia menjawab pertanyaan Beomgyu, "Hujannya sangat deras. Kau kan tahu, aku benci kalau tubuhku basah."

"Aaaahhh... Majjayo.. Kau kan benci kehujanan..." sahut Beomgyu sambil menganggukan kepalanya.

"Kau sudah makan malam? Aku mau memesan makanan dari luar untuk diantar kesini." tanya Yoongi sambil duduk di sofa ruang tengah, bersebelahan dengan Beomgyu.

"Aku sudah makan dengan Taehyun dan Kai tadi sepulang sekolah. Tapi... Kalau kau mau membelikanku makanan, kurasa seporsi tteokboki tidak ada salahnya.. Hehehe~" sahut Beomgyu sambil tersenyum kecil.

"Araseo... Akan kupesankan seporsi tteokboki untukmu." sahut Yoongi sambil melihat layar ponselnya.

.

.

.

"Namjoon menemukan mayat lagi tadi siang, hyeong..." sahut Hoseok ketika sedang duduk berdua dengan Jin di teras rumahnya malam itu.

Kebetulan mereka berdua tidak sengaja bertemu di mini market dan memutuskan untuk mengobrol di depan rumah Hoseok karena sudah agak lama mereka tidak berbincang – bincang bersama.

Jin menghela nafas. "Sudah kuduga..."

Tepat saat itu juga, Jimin menghampiri Jin dan Hoseok.

"Hyeong-deul, sedang apa kalian?" Jimin menyapa kedua sahabatnya itu dari depan pagar rumah Hoseok.

"Sini masuk saja, duduk mengobrol bersama kami, Jimin ah.." sahut Hoseok.

Jimin tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Ia segera membuka pagar rumah Hoseok dan berjalan menuju teras tempat Jin dan Hoseok sedang duduk.

"Kita bertemu lagi, Jin hyeong~ Hehehe~" sahut Jimin sambil tersenyum.

"Uh? Kalian tadi bertemu dimana?" tanya Hoseok.

"Aku ke toko Jimin tadi sore." sahut Jin.

"Menemui Jungkook..." sahut Jimin.

"Ahhhh... Jungkook butuh teman untuk bercerita tentang penampakan di tokomu?" sahut Hoseok.

Jimin menganggukan kepalanya. "Majjayo..."

"Dan aku masih kesal karena Jimin tidak mempercayai ucapanku dulu.." sahut Jin, bercanda.

Ketiganya tertawa kecil bersama.

"Ah, kalian sedang membicarakan apa tadi? Sepertinya cukup serius... Apa tidak apa – apa aku bergabung?" tanya Jimin.

"Ah! Majjayo! Namjoon!" sahut Hoseok. "Ia tadi siang menemukan mayat korban psikopat biadab itu lagi..."

"Ah, jinjja?" Jimin terbelalak. "Aku belum menonton berita seharian ini..."

"Dan aku sudah bisa menebaknya, tanpa harus menonton berita." sahut Jin.

"Aku melihat beritanya tadi sore saat melewati lobi tempat kerjaku. Beritanya tengah ditayangkan di televisi yang ada disana.." sahut Hoseok. "Aku langsung menelpon Namjoon dan ia mengiyakan berita itu."

"Seorang pria muda, dipenuhi luka tusukan... Wajahnya banyak luka memar dan kepalanya bocor akibat pukulan keras..." sahut Jin.

"Jangan bilang semalam kau..." sahut Jimin dengan ekspresi terkejut sambil menatap Jin. Hoseok juga langsung terbelalak sambil menatap wajah Jin.

Jin menganggukan kepalanya. "Majjayo..."

"Mereka masih juga mendatangimu?" tanya Hoseok.

"Masih... Dengan wujud mereka yang mengerikan itu..." sahut Jin sambil menundukkan kepalanya, "Dan mereka selalu mendatangiku setiap dini hari.. Dan setiap siangnya, tim Namjoon pasti menemukan mayat itu..."

"Jadi, kemungkinan mereka mendatangimu tepat setelah mereka terbunuh?" tanya Jimin.

"Kurasa iya..." sahut Jin dengan nada lemas. Ia masih ketakutan setiap membayangkan sosok – sosok mengerikan itu hendak mencengkram tubuhnya.

"Mengapa mereka.. Selalu langsung mendatangimu setelah terbunuh, sebelum mayat mereka ditemukan?" tanya Hoseok.

"Entahlah... Aku sama sekali tidak mengerti, apa yang mereka inginkan dariku..." sahut Jin.

"Aku masih penasaran... Di kota sekecil ini, mengapa sesulit itu menangkapnya?" tanya Jimin.

"Apa mungkin... Ia orang terdekat kita? Hingga kita tidak menyadarinya?" tanya Hoseok.

"Nugu?" Jin dan Jimin menatap Hoseok.

"Molla~~~ Namjoon yang seahli itu saja tidak berhasil menemukannya, bagaimana mungkin aku tahu, imma.." sahut Hoseok. "Aku hanya asal menebak barusan..."

.

.

.

Jungkook baru saja menaikan selimut ke dadanya.

Kreeeekkk~ Kreeekkkk~

Suara pintu itu kembali terdengar dari depan kamarnya.

"Yaishhhh!" Jungkook menggerutu sambil menaikan selimut hingga menutupi kepalanya.

Jungkook memejamkan kedua matanya, namun suara itu semakin keras terdengar.

Kreeeekkk~ Kreeekkkk~

Jungkook berusaha mengabaikan suara itu dan terus berusaha memejamkan kedua matanya.

Namun tiba – tiba saja ada hawa dingin yang dirasakan di bawah telapak kakinya.

Jungkook langsung mengambil posisi duduk di atas kasurnya sambil menurunkan selimut dari wajahnya.

Dan kali ini Jungkook terpekik melihat apa yang ada di bawah telapak kakinya.

Sesosok wanita tua, terlihat seolah tengah tersenyum sambil menatap Jungkook. Masalahnya adalah, sosok itu bukan hanya sekedar sosok wanita tua berwajah pucat.

Tidak ada bola mata di kedua liang matanya. Hidungnya sudah tidak berbentuk karena hancur, begitu juga dengan bibirnya yang hancur tak berbentuk.

Hampir di setiap kerutan di wajah sosok wanita tua itu dipenuhi dengan luka goresan yang mengalirkan darah.

Sosok wanita tua itu terduduk di atas lantai, dan Jungkook refleks berteriak ketika menyadari bahwa kedua kaki wanita tua itu hanya sebatas sampai di paha saja. Kedua kakinya terpotong dan membuat sisa paha yang ada disana terlihat sangat sangat mengerikan.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaa!" Jungkook refleks melompat turun dari kasurnya dan segera berlari keluar dari kamar itu.

Tepat ketika Jungkook keluar dari kamarnya, sosok anak kecil yang selalu mengganggunya itu tengah berdiri tepat di depan pintu kamar mandi Jungkook, tengah menatap Jungkook sambil tertawa kecil.

"Hihihihi~"

Suara tawa yang sangat mengerikan.

Jungkook langsung berlari menuju lantai 1 dan segera membuka kunci pintu utama di lantai 1.

Setibanya ia di depan toko Jimin, Jungkook langsung jatuh terduduk di teras toko sambil mengeluarkan handphonenya, bersiap untuk memaki Jimin habis – habisan atas kejadian yang baru saja dialaminya.

.

.

.

JIMIN POV – JANUARI 2019

KRING~ KRING~

Aku terlonjak di atas kasurku.

Ponselku berdering, ada panggilan masuk.

Aku langsung melihat ke arah jam dinding yang ada di kamarku.

Astaga! Siapa yang meneleponku pada jam 1 pagi buta begini?

Aku melihat ponselku yang tengah berdering yang kuletakkan tepat di bawah bantalku.

Jungkook? Ada apa ia menghubungiku jam segini?

Aku segera menekan tombol menjawab panggilan itu.

"Jimin hyeong! Mengapa kau tidak bilang ada hantu lain selain anak kecil itu?!" teriak Jungkook dengan nada sedikit histeris tepat ketika aku menjawab panggilan darinya itu.

"Mwoya?" Aku masih belum sepenuhnya sadar, kurasa separuh nyawaku masih ada di alam mimpi.

"Kau tahu apa yang baru saja kulihat di dalam kamar yang kutempati?" sahutnya, nadanya masih sedikit histeris.

"Uh? Ada apa? Tikus? Kecoa?" sahutku dengan polosnya.

"Yaaaaa, Park Jimin! Aku serius!" teriaknya.

"Aku juga serius, imma!" sahutku. "Satu lagi, Jungkook ah... Panggil aku hyeong, jebal~" gerutuku.

"Yaishhhh! Kurasa kau benar-benar sedang tidur pulas barusan, makanya otakmu masih belum sepenuhnya bekerja dengan baik..."

Aku mengerutkan keningku sambil mendengarkan ocehannya.

"Ada apa, Jungkook ah? Aku mengantuk~ Hoahhhmmmm~" sahutku.

"Ada hantu nenek tua yang mengerikan yang menampakan wujudnya di dalam kamar barusan, hyeong! Dan wajahnya... Sangat mengerikan!" sahut Jungkook dengan nada sangat cepat, untung aku bisa menangkap dengan baik apa yang sedang diucapkannya.

"Mwoya?" Kali ini kurasa aku sudah sadar sepenuhnya. Kedua bola mataku terbelalak lebar.

"Bagaimana bisa?" sahutku lagi.

"Entahlah, hyeong! Tapi kali ini wujudnya sangat mengerikan, ia bahkan menampakan wujudnya tepat di bawah kasurku, aku kaget setengah mati ini!" gerutu Jungkook.

"Jungkook ah.. Kurasa malam ini sebaiknya kau tidur di rumahku saja dulu. Kasurku cukup besar, cukup untuk menampung dua orang."

"Araseo.. Aku akan segera kesana, kau tunggu di halaman rumahmu ya, hyeong. Aku tidak enak kalau mengetuk, nanti mengganggu seisi rumahmu." sahutnya.

Aku segera turun dari kasurku, lalu berjalan menuju kamar mandi dan mencuci wajahku agar tidak ketiduran ketika menunggu Jungkook menuju kesini.

.

.

.

JUNGKOOK POV – JANUARI 2019

Aku lebih baik berjalan sendirian malam – malam begini daripada harus berurusan dengan nenek – nenek mengerikan itu!

Toh, udara malam terkadang memang cukup menyegarkan.

Maksudku, walau udaranya sangat dingin, tapi setidaknya suasananya hening. Rasanya seperti... Hmmm... Dunia hanya milikmu sendiri? Seperti itulah kira – kira.

Aku berjalan sambil bersenandung kecil, menuju ke area perumahan Bighit Street. Untung jarak dari area pertokoan ke area perumahan tidak terlalu jauh.

Tiba – tiba dari kejauhan aku melihat sesosok pria tengah terduduk sendirian di kursi kayu yang berada taman yang terletak dekat mini market.

"Uh? Aku bergumam sambil memiringkan kepalaku. "Mengapa malam – malam begini ada yang duduk sendirian disana?"

Pria itu mengenakan jaket dan topi, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Aku terus berjalan mendekat ke arah pria itu duduk. Posisi kursi kayu itu berada dekat dengan jalan, makanya semakin aku maju melangkah menuju ke area perumahan, aku semakin bisa melihat jelas ke arah kursi kayu itu.

Sepertinya pria itu mendengar langkah kakiku, karena ketika aku berjalan semakin mendekat ke arahnya, pria yang tengah terduduk itu menoleh ke arahku.

Tepat ketika jarak kami sudah tidak terlalu jauh, kedua mata kami saling bertatapan, dan aku terkejut ketika menyadari siapa pria yang tengah terduduk sendirian di tengah malam begini.

Rambut di sekitar telinganya yang berwarna biru terang itu, di area yang tidak tertutup oleh topi, terlihat sangat jelas.

"Uh? Kau..." sahutku dengan nada terkejut. Pria itu juga sepertinya agak terkejut ketika melihat keberadaanku.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top