CHAPTER 2

Title: BIGHIT BLOODY STREET 

Cast: Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Huening Kai

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V

.

CHAPTER 2

.

HOSEOK POV – 2016

PRANG!

Aku yang tengah berjalan kaki sendirian di malam hari langsung menghentikan langkahku.

Suara apa itu?

Seperti suara benda beling yang memukul sesuatu.

Dari mana arah suara itu berasal?

Aku melihat ke sekelilingku.

Jalanan terlihat agak redup karena sejak minggu lalu beberapa lampu di jalan utama Bighit Street ini rusak dan belum dibetulkan oleh pihak developer.

Tiba – tiba saja aku teringat. Akan kasus itu.

Kasus pembunuhan berantai yang tengah ramai dibicarakan, bahkan sampai masuk ke dalam berita di televisi nasional.

Tubuhku langsung gemetar.

Kakiku seketika kaku. Aku sulit untuk melangkah, apalagi berlari.

Lagipula, mengapa aku nekat ke mini market pada jam sebelas malam begini, yaissshhh!

Seharusnya, lebih baik aku tidak usah mandi dan sikat gigi besok pagi! Ketimbang harus nekat ke mini market larut malam begini hanya demi membeli odol dan sabun!

Aku terus merutuki diriku, dan suasana semakin mencekam karena kini suara itu tak terdengar lagi.

Hanya ada keheningan malam dan beberapa hembusan angin yang terdengar.

Tubuhku mulai mengeluarkan keringat dingin.

Dan tiba – tiba saja.

"Hyeong? Kau sedang apa?" sahut sebuah suara, tepat di belakangku.

Aku terkejut bukan main.

"Kkamjakkiya! Yaishhhh!" Aku refleks berteriak, dan tubuhnya refleks terjatuh duduk di atas aspal jalanan.

"Hyeong, kau tidak apa – apa?" sahut suara itu.

Aku segera menoleh ke asal suara berasal.

Beomgyu, adik sepupu Yoongi hyeong, tengah berdiri tepat di depanku, menundukkan badannya sedikit, bersiap untuk membantuku berdiri.

"Yaaaa! Choi Beomgyu! Kau mengagetkanku saja!" Aku refleks berbicara dengan nada agak tinggi kepadanya. Membuat keningnya sedikit mengkerut, kebingungan.

"Wae.. Waeyo, hyeong?" Beomgyu bertanya sambil menunjukkan ekspresi antara bingung dan takut.

Kurasa, nada bicaraku terlalu keras sampai ia sekaget ini.

Bukannya berdiri, aku justru menundukkan kepalaku sambil menarik nafas lega, membiarkan tubuhku masih dalam posisi terduduk di atas aspal jalanan.

Beomgyu berjongkok tepat di hadapanku. "Neo... Gwenchana, Hoseok hyeong?"

Aku mengangkat kepalaku dan menatap wajah Beomgyu yang tengah menatapku dengan penuh kebingungan.

"A.. Aniya.. Aniya... Hhhh.." sahutku, masih sambil berusaha mengatur nafasku.

Beomgyu menggaruk kepalanya sambil terus menatapku. "Kau, benar tidak apa – apa, hyeong?"

Aku menganggukan kepalaku pelan. "Ne.. Gwenchana, jinjja.." sahutku pelan.

Aku pun segera berdiri, begitu juga dengan Beomgyu.

"Kau... Hhhh.." sahutku sambil menatap Beomgyu, masih sambil mengatur nafasku. "Sedang apa kau? Mengapa keluyuran pada jam selarut ini?"

Beomgyu mengangkat sebuah kantung plastik di tangan kanannya. "Yoongi hyeong menyuruhku membeli makanan. Katanya, mendadak ia kelaparan.."

"Yaishhh, pria tua satu itu.. Mengapa harus menyuruh anak kecil semalam ini? Mengapa bukan ia saja yang membelinya?" gerutuku.

"Kau kan tahu, hyeong.. Yoongi hyeong kalau sudah terduduk di atas kasurnya dan memegang ponselnya, mana mau ia bergerak lagi?"sahut Beomgyu dengan ekspresi polos di wajahnya.

"Ah... Majjayo..." sahutku sambil menganggukan pelan kepalaku. "Araseo.. Ayo, kita pulang bersama. Toh rumah kita bersebelahan, hehehe~"

Beomgyu tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Ne, hyeong.. Kajja~"

Kami berdua pun berjalan kaki beriringan.

"Kau sendiri, mengapa keluar semalam ini, hyeong?" tanya Beomgyu sambil terus berjalan di sampingku.

"Odol dan sabunku habis, cih!" gerutuku. "Aku membelinya agar besok pagi aku bisa mandi dan menggosok gigiku."

"Lalu..." Beomgyu menatap ke arahku. "Mengapa kau terlihat sangat ketakutan barusan?"

"Aku? Tentu saja ketakutan! Aku sedang dalam kondisi sangat ketakutan karena mendengar suara aneh barusan, dan di tengah suasana yang hening, tiba - tiba kau memanggilku seperti itu. Siapa juga yang tidak ketakutan!" sahutku dengan nada sedikit kesal.

Bukan kesal pada Beomgyu, tapi kesal kepada diri sendiri yang sangat penakut ini.

"Suara aneh? Ada suara apa?" tanya Beomgyu.

"Kau tidak mendengarnya?" tanyaku. "Suara beling menghantam sesuatu..."

Beomgyu menggelengkan kepalanya. "Aniya, aku tidak mendengar apa – apa, hyeong."

"Apa aku hanya berhalusinasi?" gumamku sambil terus berjalan.

.

.

.

JIN POV – 2016

Sreeeek~ Sreeek~

Aku mendengar suara sayup – sayup di tengah tidur lelapku.

Sreeeek~ Sreeek~

"Mmmhhhhh..." gumamku, masih sambil dalam keadaan setengah tertidur.

Sreeeek~ Sreeek~

Suara itu semakin mendekat ke arahku.

Aku membuka kedua mataku dengan berat.

Dan benar saja, sesuai dugaanku.

Sesosok wanita paruh baya tengah terduduk di lantai dan bergerak maju perlahan menuju ke arah kasurku sambil menyeret tubuhnya dalam keadaan duduk.

Darah terlihat tengah mengucur deras dari kepalanya. Wajahnya sudah hancur dipenuhi beberapa luka sayatan.

Pakaian rok terusan berwarna putih yang dikenakannya sudah bersimbah darah.

"Yaishhhh..." gerutuku. "Ada apa lagi kali ini?"

Sosok wanita mengerikan itu terus bergerak menuju ke arahku.

Sreeeek~ Sreeek~

"Tidak bisakah kalian membiarkanku tertidur lelap? Aigoo!" gerutuku.

Takut? Aku?

Tentu saja tidak!

Sudah ratusan kali, atau mungkin ribuan? Aku melihat sosok seperti ini di hadapanku.

Awalnya tentu saja aku ketakutan, namun lama kelamaan, aku terbiasa.

Sreeeek~ Sreeek~

Sosok itu terus berusaha menyeret tubuhnya mendekat ke arahku. Namun, tiba – tiba saja sosoknya menghilang begitu saja ketika ponselku yang berada di atas meja belajarku berdering.

Aku menatap jam di dinding kamarku. Pukul 01.40 AM.

Siapa yang menghubungiku pada jam selarut ini?

Aku pun menjulurkan tanganku ke atas meja belajar yang berada tepat di samping kasurku.

Namun, sebelum aku menyentuh ponsel itu, suara deringnya berhenti.

"Nuguseyo?" gumamku sambil mengambil ponselku.

Aku melihat tulisan yang tertera di layar.

1 Missed Call

Siapa yang menghubungiku pada jam ini?

Aku mengecek daftar panggilan yang tidak terjawab.

Nama itu terpampang di layar ponselku.

Park Jimin

Aku memiringkan kepalaku. "Untuk apa ia menghubungiku selarut ini?" gumamku pelan.

.

.

.

AUTHOR POV - 2016

Jarum jam masih menunjukkan pukul 05.15 AM, namun Namjoon sudah terlihat lalu lalang di rumahnya.

Suara langkah kaki Namjoon membuat Taehyun terbangun dari tidurnya, padahal semalam Taehyun baru pulang sekitar pukul 02.00 AM dari rumah temannya.

"Ada apa dengan Namjoon hyeong, aigoo..." gumam Taehyun sambil berusaha untuk tertidur lagi.

Taehyun mengangkat bantal yang tengah ditidurinya, lalu meletakkan bantal itu di atas kepalanya, demi menutupi telinganya dari suara gaduh yang berasal dari dapur yang berada tepat di dekat kamarnya.

Tak lama kemudian terdengar suara nyaring dari depan kamar Taehyun.

"Taehyun ah, hyeong berangkat dulu ya! Jangan lupa matikan penanak nasi dan kunci pintu ketika kau berangkat sekolah nanti!" teriak Namjoon.

"Araseo, hyeong!" teriak Taehyun dari dalam kamarnya.

Kemudian, terdengar suara langkah kaki berlari kecil menjauh dari kamar Taehyun, disertai suara pintu yang terbuka, kemudian tertutup dengan cukup keras.

GUBRAK!

"Aigoo... Ini masih sangat pagi, mengapa Namjoon hyeong sudah seheboh itu?" gerutu Taehyun sambil kembali berusaha melanjutkan tidurnya. Masih ada waktu 45 menit untuk Taehyun melanjutkan tidurnya sebelum ia harus bangun dan berangkat menuju sekolahnya.

.

.

.

Jin yang baru saja kembali dari pasar dan hendak masuk ke dalam gerbang rumahnya, melihat Namjoon tengah berlari keluar dari rumah Namjoon dengan sangat terburu – buru.

Namjoon baru sebulan pindah ke Bighit Street, dan rumah Namjoon terletak berseberangan dengan rumah Jin.

Karena itu, mereka sudah beberapa kali saling bertukar sapa. Apalagi, Jin memang sangat ramah. Sok kenal sok dekat lebih tepatnya.

Pagi itu pun, Jin kembali berusaha menyapa tetangga barunya.

"Kim Namjoon! Mengapa kau sangat terburu -buru? Ini masih sangat pagi." teriak Jin dari depan rumahnya.

Namjoon, yang tengah berlari kecil menuju mobilnya yang sengaja diparkir di tepi jalan di depan gerbang rumahnya, karena ia belum terlalu ahli memarkirkan mobil ke dalam teras rumahnya, menoleh ke asal suara itu.

"Ah... Jin hyeong, annyeonghaseyo." sahut Namjoon sambil menghentikan langkahnya dan membungkukan sedikit tubuhnya, menyapa Jin yang berada di seberang jalan sana.

"Ne, joheun achim, Namjoon ah.." sahut Jin sambil tersenyum dan melambaikan tangannya menyapa Namjoon. "Mengapa kau terlihat terburu – buru?" Jin berjalan menyeberangi jalan itu, mendekat ke arah Namjoon.

"Ah.. Aku mendapat panggilan dari anak buahku.." sahut Namjoon sambil menggaruk pelan kepalanya. Ia masih belum terbiasa menyebut kata "anak buah" karena ia baru sebulan menjabat sebagai Senior Detektif.

"Ada kasus? Sepagi ini?" tanya Jin dengan ekspresi penuh rasa penasaran.

Namjoon menganggukan kepalanya. "Setengah jam lalu, ada yang melaporkan, ditemukan mayat di taman dekat mini market."

Jin terdiam.

"Makanya aku harus segera berangkat menuju TKP.." sahut Namjoon, hendak berpamitan kepada Jin.

"Jamkkanman, Namjoon ah.." sahut Jin, kali ini nada bicaranya agak pelan. Jin menatap Namjoon dengan tatapan serius, membuat Namjoon sedikit kebingungan.

"Waeyo, hyeong?" tanya Namjoon.

"Apa... Mayat itu.. Seorang wanita?" Jin menatap Namjoon sambil sedikit mengernyitkan keningnya. "Paruh baya?"

Namjoon terbelalak mendengar ucapan Jin.

"Memakai... Baju rok terusan berwarna putih? Dengan luka pukulan di kepalanya dan sayatan di wajahnya?" sahut Jin lagi, dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Untuk detailnya aku belum tahu, hanya saja tadi Jisoo hyeong, anak buahku itu, melaporkan bahwa mayat yang ditemukan memang wanita paruh baya.." sahut Namjoon sambil menatap kebingungan ke arah Jin. "Mengapa kau bisa tahu, hyeong?"

"Lain kali akan kujelaskan, Namjoon ah.." sahut Jin sambil menghela nafas. "Kurasa, sudah waktunya kau harus segera berangkat. Sebelum anak buahmu mengamuk karena atasan barunya terlambat, hehehe~"

Dengan ekspresi yang masih dipenuhi tanda tanya, Namjoon pun berpamitan kepada Jin dan segera masuk ke dalam mobilnya.

Jin menatap mobil Namjoon yang sudah terlihat semakin menjauh darinya itu.

"Mereka... Mulai mendatangiku? Lagi?" gumam Jin sambil menundukkan kepalanya.

Jin pun kembali berjalan menuju ke dalam rumahnya.

.

.

.

HUENINGKAI POV – 2016

Ini hari pertamaku masuk bersekolah di Bighit Art Middle School. Aku baru pindah dua hari yang lalu ke Bighit Street ini.

Untung saja, kedua tetangga baruku juga ada yang bersekolah disana. Mereka bernama Beomgyu hyeong yang berusia setahun di atasku dan Taehyun yang seumuran denganku.

Semoga saja, aku sekelas dengan Taehyun. Kelihatannya, ia cerdas, hehehe~

"Huening Kai, ayo kita berangkat! Nanti terlambat!"

Aku mendengar suara Beomgyu hyeong berteriak dari depan sana.

Aku pun berpamitan kepada eomma, lalu segera berlari keluar, menghampiri kedua tetangga baruku.

"Joheun achim, kalian.. Hehehe~" sahutku sambil tersenyum.

Untung mereka berdua menyambutku dengan ramah.

Mereka berdua membalas senyumanku.

"Ayo, kajja!" sahut Beomgyu hyeong sambil mencoba merangkul pundakku.

Namun...

"Ah, badanmu terlalu tinggi!" sahutnya. Ia tidak jadi merangkul pundakku, dan sebagai gantinya, Beomgyu hyeong melingkarkan lengannya di lenganku. "Oke, ini lebih nyaman. Kajja!"

Taehyun tertawa kecil melihat kelakuan Beomgyu hyeong.

"Badanmu memang terlalu tinggi, Kai.." sahut Taehyun sambil tertawa kecil.

Aku tersenyum, merasa senang karena sambutan ramah dari kedua tetangga baruku ini.

"Hoahhmmmmm~" Tiba – tiba Beomgyu hyeong menguap.

"Kau mengantuk, hyeong? Sepagi ini sudah mengantuk?" tanyaku.

"Aku tidur larut semalam. Yoongi hyeong menyuruhku membelikannya makanan jam sebelas malam kemarin, aigoo.." sahut Beomgyu hyeong dengan nada pasrah.

"Ah.. Hyeong sepupumu yang serumah denganmu itu? Yang kulitnya sangat pucat?" sahutku.

Beomgyu hyeong menganggukan kepalanya, sementara lengannya masih terus melingkar di lenganku. "Majjayo..."

"Sepertinya, ia agak mengerikan.. Auranya, terlihat dingin.." sahutku.

"Ia sebenarnya hyeong yang baik, namun sikapnya tegas dan cukup galak kalau moodnya sedang rusak.." sahut Beomgyu hyeong.

"Hoahhhmmm~" Kali ini Taehyun yang menguap.

"Kau juga tidur larut semalam, Taehyun ah?" tanya Beomgyu hyeong,

Taehyun menganggukan kepalanya sambil mengucek kedua matanya. "Aku baru pulang sekitar jam 2 pagi.."

"Mengapa kau pulang selarut itu?" tanyaku.

"Ada yang harus ku kerjakan dengan temanku semalam." sahut Taehyun.

"Ahhh..." Aku menganggukan pelan kepalaku.

Apa hanya aku yang bersemangat pagi ini? Hehehe~

.

.

.

NAMJOON POV - 2016

Aku bergegas turun dari mobilku dan menuju ke tempat dimana mayat itu tergeletak.

Detik pertama aku melihat mayat itu...

Jantungku.

Nyaris.

Berhenti.

Berdetak.

Igo mwoya?

Mengapa... Mayat yang tergeletak di hadapanku sekarang ini...

Persis.

Seperti.

Yang Jin hyeong deskripsikan tadi?

Seorang wanita. Paruh baya.

Dengan gaun rok terusan berwarna putih.

Dan luka bekas pukulan di kepalanya.

Ada apa ini?

Mengapa Jin hyeong bisa tahu, dengan sangat detail, mengenai kondisi mayat yang baru ditemukan pagi ini?

.

.

.

TAEHYUNG POV - 2016

Aku baru saja hendak mengambil sarapan di dapur, ketika berita itu terdengar tengah ditayangkan di televisi.

Eomma tidak pernah lupa menyalakan televisi setiap ia bangun tidur, dan baru akan dimatikannya ketika ia hendak untuk tidur, sejak kejadian pembunuhan beruntun itu menghantui Bighit Street.

"Seorang mayat wanita pagi ini ditemukan oleh seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun di taman dekat mini market. Pria yang menemukan mayat ini bekerja sebagai petugas kebersihan taman. Dan beliau menemukan sesosok mayat itu ketika ia tengah menjalankan tugasnya menyapu taman di pagi hari tadi."

Aku terdiam sejenak.

Menghembuskan nafas sejenak.

Lalu segera membuka kulkas di hadapanku, dan mengambil sekotak susu strawberry.

"Ada sup hangat di meja makan. Makanlah untuk sarapanmu, Kim Taehyung." sahut eomma dari ruang tengah.

Aku, seperti biasa, tidak berniat untuk menjawab.

Aku langsung duduk di meja makan dan melahap semangkuk sup hangat yang sudah tersedia disana, lalu meminum susu kotak strawberry itu, kemudian aku mencuci peralatan makan yang kugunakan.

Tepat ketika aku sedang mencuci peralatan makan itu, Yeonjun berjalan masuk ke dalam dapur.

"Joheun achim, hyeong~" sapanya, dengan suara ceria, seperti biasa.

Dan seperti yang sudah berjalan selama 5 tahun belakangan ini, aku terdiam. Mengabaikan ucapannya.

Aku segera berjalan, melewati Yeonjun, tanpa sedikitpun menatap ke arahnya, menuju ke arah tangga.

"Kau benar – benar akan terus diam?" teriak eomma.

Kurasa, ia mendengar Yeonjun menyapaku barusan. Dan ia tahu, aku tidak menjawab.

"Gwenchana, eomma..." sahut Yeonjun. Dari nada bicaranya, aku seolah bisa melihat ekspresi pasrah di wajahnya.

Aku pun segera berlari kecil menaiki anak tangga, menuju ke dalam kamarku.

.

.

.

AUTHOR POV - 2016

"Hyeong, ada yang ingin kubicarakan, empat mata, denganmu." sahut Namjoon malam itu ketika Jin membuka pintu rumahnya.

Jin menatap Namjoon, kebingungan.

"Mengapa kau terlihat serius sekali, Kim Namjoon?" tanya Jin.

"Mengenai mayat itu..." sahut Namjoon. "Ah, kurasa lebih baik kita bahas empat mata. Bisa kau ikut aku ke cafe di depan sana?"

"Araseo.. Tapi, kurasa aku harus ganti baju dulu.. Kau kan tahu, aku harus menebarkan pesona manisku disana, hehehe~" sahut Jin, tanpa rasa bersalah. "Worldwide handsome sepertiku harus selalu terlihat sempurna kemanapun aku melangkah, iya kan?"

Ya, secinta itulah Kim Seokjin akan wajah tampannya.

Namjoon tersenyum, terpaksa. "Hahaha~ Araseo, hyeong. Kutunggu kau disini.."

.

.

.

Jin dan Namjoon sudah duduk berhadapan di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari rumah mereka.

Jin tengah asik menyeruput milkshake di meja dihadapannya, sementara Namjoon terus menatap wajah Jin dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Sudah hampir lima belas menit kau menatapku begini, Namjoon ah.." sahut Jin. "Apa yang mau kau tanyakan padaku?"

"Hyeong.." Namjoon akhirnya buka suara. "Bagaimana kau..."

"Apa mayat itu tepat sesuai yang kudeskripsikan tadi pagi? Jinjja?" Jin memotong ucapan Namjoon.

Namjoon menganggukan kepalanya. "Majjayo..."

"Yaishhhh!" gerutu Jin. "Sudah kuduga, ada yang aneh."

"Mengapa kau... Bisa mengetahui secara detail mengenai sosok mayat itu, hyeong?" Namjoon mulai menatap curiga ke arah Jin.

Jin melihat, ada tatapan penuh kecurigaan dari kedua mata sang detektif dihadapannya itu.

"Kau... Sedang menginterogasiku? Detektif Kim Namjoon?" sahut Jin dengan nada sedikit sarkastik.

"Kalau kau bukan pelakunya, bagaimana mungkin kau bisa tahu sedetail itu? Penemuan mayat itu baru diberitakan setelah kita berbincang pagi tadi. Itu artinya, selain pria yang menemukan mayat itu dan para polisi yang sudah terlebih dulu ada disana, hanya sang pelaku yang bisa mengetahui persis kondisi sang mayat." sahut Namjoon, masih dengan nada penuh kecurigaan.

.

-TBC-

.

NOTE : OKE, AKHIRNYA TERPUBLISHED KELANJUTANNYA /claps my hands/

Sebelumnya, as i said before, karena permasalahan waktu yang sibuk dan saya jarang ada waktu buat ngetik (padahal alurnya udah ada semua ini di otak huhuhu), maka next chapternya harap bersabar ya readers-nim /deep bows/

Saya akan terus berusaha menyempatkan waktu buat ngetik kelanjutannya, mohon doa dan dukungannya /peluk readers satu2/

Yang pastinya, karena bentar lagi libur lebaran dan saya pastinya mudik, dan di kampung halaman saya pastinya ga akan ada waktu buat ngetik, maka kelanjutan chapter ini PASTINYA baru akan terpublished after Idul Fitri, mohon bersabar menunggu ya huhuhu :(

DAN UNTUK SEMUA YANG MERAYAKAN, MUMPUNG SAYA LAGI SEMPAT ON, IJINKAN SAYA MENGUCAPKAN SELAMAT BERPUASA

SEMANGAT, BENTAR LAGI LEBARAN GAES YUHUUUUU~ /tepok tangan sambil geleng2/

SEKALI LAGI, MAAF LAHIR BATIN KALO SAYA BANYAK SALAH YA SAMA KALIAN /sungkem readers satu2/

SELAMAT MENUNGGU CHAPTER LANJUTANNYA YA :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top