CHAPTER 17
Title: BIGHIT BLOODY STREET
Cast: Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Huening Kai
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V
.
CHAPTER 17
.
AUTHOR POV – JULI 2019
Yeonjun terus memandangi wajah Taehyun yang sudah babak belur itu.
"Bukankah ia sahabatmu? Mengapa kau memperlakukannya seperti ini?" sahut Taehyung sambil menatap Yeonjun dan Taehyun.
Taehyun terlihat masih sadar, namun keadaannya sangat lemah. Taehyun berusaha mengangkat kepalanya dan menatap Yeonjun yang tengah berdiri di hadapannya itu.
"Aku tahu... Sudah sejak lama diam – diam kau membuntutiku, Kang Taehyun." sahut Yeonjun.
Taehyung terus menatap tajam ke arah Yeonjun dan Taehyun.
"Kau pikir.... Aku selama ini tidak tahu? Aniya! Aku tahu! Aku tahu kau sering diam – diam membuntutiku! Hanya saja, kau salah satu sahabat terbaikku, makanya ketimbang meringkusmu, aku memilih untuk pergi ke arah lain setiap kau membuntutiku agar kau tidak memergokiku dan aku tidak perlu membunuhmu."
Taehyun terlihat seperti hendak mengucapkan sesuatu.
Yeonjun langsung membuka ikatan yang ada di mulut Taehyun.
"Lalu... Mengapa.... Hhhhh.... Kau....." Taehyun berusaha membuka suara dengan sisa tenaga yang dimilikinya. "Menyekap....ku... Disini?"
Yeonjun menatap tajam ke arah Taehyun. "Kau bertanya karena tidak tahu?"
Taehyun menganggukan pelan kepalanya.
Yeonjun membungkukan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Taehyun, lalu Yeonjun langsung menjambak rambut Taehyun dan menariknya keras ke belakang,
"ARGGGGHHHHH" pekik Taehyun dengan sisa tenanganya.
"Apa kau pikir aku tidak tahu apa yang kau tanyakan kepada Sungjae hyeongsanim malam itu?" sahut Yeonjun dengan tatapan tajamnya. "Aku bisa membaca gerak gerik bibirmu! Dan aku melihat Sungjae hyeongsanim beberapa kali melirik ke arahku, imma!"
Yeonjun melepaskan genggamannya di rambut Taehyun, lalu memukul keras pipi Taehyun dengan kepalan tangannya.
BUK!
"Arggghhhhhh....." rintih Taehyun.
"Kau...." sahut Yeonjun sambil menatap Taehyun dan Taehyung bergantian, "Kalian berdua... MENGAPA KALIAN HARUS MENCOBA MELAPORKANKU KEPADA PARA DETEKTIF ITU? PADAHAL AKU SANGAT MENYAYANGI KALIAN DAN TIDAK AKAN MELUKAI KALIAN JIKA KALIAN TIDAK TERLEBIH DULU MELAPOR KEPADA PARA DETEKTIF ITU MENGENAIKU!"
"Kami... Tidak akan melaporkanmu seandainya kau tidak berbuat kejahatan, imma!" sahut Taehyung dari tempatnya terduduk.
"DIAM, HYEONG!" teriak Yeonjun sambil melemparkan sebatang kayu tebal yang ada di genggamannya ke arah Taehyung.
Taehyung berusaha menghindar dengan menggeser tubuhnya ke arah yang berlawanan, namun ujung kayu itu berhasil menggores pipi Taehyung.
DUG!
Kayu yang tebal itu membentur dinding yang ada tepat di belakang Taehyung.
Segores luka yang cukup panjang di pipi Taehyung itu mengeluarkan darah segar.
"Arghhhhh!" Taehyung merintih kesakitan.
"Kalian.... Memang seharusnya kuhabisi saja dari dulu! AKU MENYESAL MEMBIARKAN KALIAN HIDUP HINGGA SAAT INI!" teriak Yeonjun sambil menendang kursi yang diduduki Taehyun.
DUG!
Taehyun terjatuh dalam posisi masih terikat di bangku kayu itu.
Yeonjun langsung saja menendangi tubuh Taehyun yang tergeletak di lantai itu tanpa ampun.
"ARGGGGHHHH! Hentikan, hyeong!" rintih Taehyun. "HENTIKAN!"
Yeonjun bukannya berhenti, justru nafsunya untuk menyiksa semakin menguasainya ketika mendengar rintihan Taehyun.
Itulah penyakit Yeonjun yang paling mengerikan. Bagi kedua gendang telinganya, teriakan kesakitan dan teriakan minta tolong terdengar seperti alunan melodi yang sangat indah. Membuat hasratnya untuk menyiksa semakin menjadi – jadi.
Yeonjun terus menendangi lengan dan kaki Taehyun bertubi – tubi tanpa ampun, membuat erangan kesakitan terus keluar dari mulut Taehyun.
"Hentikan, hyeong! Argggghhhhhh!"
Taehyung menutup kedua matanya. Ia tidak sanggup menyaksikan apa yang ada dihadapannya.
Setelah kaki Yeonjun mulai terasa lelah, ia menghentikan tendangannya sambil mengatur nafas.
Taehyung kembali membuka kedua matanya ketika mendengar suara tendangan itu terhenti. Sementara Taehyun terus mengerang tidak berdaya dalam posisi terikat di kursi kayu yang tergeletak di lantai itu. "Arggghhhhhhhh...."
Yeonjun berjalan ke belakang Taehyun dan membungkuk untuk mengambil sesuatu.
Dari tempat duduknya, Taehyung bisa melihat dengan jelas apa yang kini ada di genggaman Yeonjun.
Sebuah tongkat besi yang cukup panjang.
Yeonjun berjalan kembali menghampiri Taehyun yang masih merintih kesakitan, lalu Yeonjun tersenyum. Senyuman yang sangat mengerikan.
"It's my show time..." sahut Yeonjun sambil membentuk seringai yang mengerikan di wajahnya.
Yeonjun membuka semua ikatan yang ada di tubuh Taehyun, lalu menendang kursi itu ke belakang ketika semua ikatan sudah terlepas.
Lalu, sebelum Taehyun sempat berdiri untuk melawan...
BUK! BUK!
"ARRRRGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"
Yeonjun mulai menghajar punggung Taehyun dengan tongkat besi itu.
"HENTIKAN, HYEONGGGGGG! INI SANGAT SAKITTTTTT!" teriak Taehyun dengan semua sisa tenaga yang dimiliknya. "ARRRRGGHHHHHH!"
BUK! BUK! BUK!
Yeonjun semakin keras memukuli punggung Taehyun, dengan ekspresi yang penuh kebahagiaan di wajahnya.
Taehyung tidak tahan lagi dengan pemandangan di hadapannya itu. "HENTIKAN, PSIKOPAT SIALAN!" teriaknya.
Yeonjun menghentikan pukulannya, membiarkan Taehyun terus menggeliat kesakitan di lantai. Kini tatapannya tertuju kepada kakak tirinya.
"Kau sudah tidak sabar untuk merasakan sentuhanku di tubuhmu, hyeong?" sahut Yeonjun dengan nada yang sangat dingin.
"Kau memang sudah gila, Choi Yeonjun...." sahut Taehyung sambil menatap tajam ke arah Yeonjun.
"SUDAH KUBILANG, JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU!" teriak Yeonjun. Dan ia justru melampiaskan rasa kesalnya itu kepada Taehyun.
DUG!
"ARRRRRRRRRRRRRRRRRRRGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH"
Tongkat besi itu menghantam kepala Taehyun dengan sangat keras.
Taehyung bisa melihat, darah segar mulai mengalir membasahi sekitar kepala Taehyun.
"ARRRRRRRRRRGHHHHHHHHHHHHHHHHHHH" Taehyun hanya bisa berteriak kesakitan. Tubuhnya sudah tidak lagi bisa digerakkan olehnya akibat semua pukulan yang diberikan Yeonjun kepadanya.
"HENTIKAN, CHOI YEONJUN!" teriak Taehyung.
DUG!
Bukannya berhenti, Yeonjun justru menghajar dagu Taehyun dengan tongkat besi itu, membuat darah segar menetes keluar dari mulut Taehyun, diiringi rintihan kesakitan. "ARRRGGGGGHHHHHHHHHH...."
Belum selesai sampai disitu, Yeonjun menghajar perut dan punggung Taehyun bertubi – tubi dengan tongkat besi di tangannya.
Membuat teriakan Taehyun semakin menggema memenuhi ruangan itu. Dan darah terus keluar dari mulut Taehyun.
"GEUMANHAE, BAJINGAN SIALAN!" teriak Taehyung.
PRANG!
Yeonjun membanting tongkat besi itu ke lantai, lalu berjalan menghampiri Taehyung. Membiarkan Taehyun yang sudah dalam posisi sekarat itu tergeletak tak berdaya di sudut ruangan.
BUK!
Pukulan yang sangat keras itu langsung mendarat di pipi kanan Taehyung ketika Yeonjun sampai di hadapan Taehyung. Darah kembali terlihat menetes di sudut bibir Taehyung.
"Sekarang waktunya giliranmu... Kim... Tae... Hyung...." sahut Yeonjun dengan seringai mengerikan di wajahnya.
Kedua kepalan tangan Yeonjun bergantian menghajar kedua pipi Taehyung.
BUK! BUK! BUK!
Hidung dan mulut Taehyung mulai kembali mengeluarkan cukup banyak darah segar.
Namun kali ini, Taehyung memilih untuk diam dan tidak berteriak. Ia menahan semua rasa sakit yang dirasakannya, karena ia sadar, teriakannya justru akan memacu nafsu Yeonjun untuk menyiksanya.
Lagipula, harga diri Taehyung melarangnya untuk menunjukan rasa sakitnya, apalagi untuk mengemis ampunan dari psikopat di hadapannya itu.
"Mengapa kau diam saja, hyeong?" sahut Yeonjun sambil mencengkram erat kedua pipi Taehyung dengan tangan kanannya. "Ini tidak menyenangkan jika kau tidak bersuara...."
Taehyung, sambil menahan semua rasa sakit yang menjalar di seluruh wajahnya, terus menatap Yeonjun dengan tatapan tajamnya.
"SUDAH KUBILANG, HENTIKAN MENATAPKU DENGAN TATAPAN SEPERTI ITU!"
BUK!
Sebuah pukulan yang sangat keras mendarat tepat di hidung mancung milik Taehyung. Membuat kepala Taehyung seketika terasa sangat sakit.
"Nghhhhhh...." Taehyung berusaha menahan agar tidak merintih kesakitan.
Darah segar langsung mengalir deras dari hidung Taehyung.
Yeonjun merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah pisau lipat kecil dari dalam sakunya.
Yeonjun membungkukan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke telinga Taehyung.
"Aku rasa, menyiksamu secara perlahan lebih menyenangkan. Aku ingin lihat, sejauh mana kau bisa bertahan untuk tidak mengerang kesakitan..." bisik Yeonjun tepat di telinga Taehyung.
SRET!
Sebuah goresan pisau menyayat kulit pipi kiri Taehyung, membuat darah segar menetes keluar dari goresan itu.
Taehyung memejamkan kedua matanya, menahan semua rasa sakit yang dirasakannya.
SRET!
Goresan lainnya menyayat kulit wajah Taehyung yang berada tepat di bawah kantung mata kiri Taehyung.
Darah segar kembali menetes dari luka goresan itu.
Sambil menahan rasa sakit, Taehyung teringat akan suatu hal.
"Mengapa..." sahut Taehyung sambil berusaha menahan semua rasa sakit dan perih di wajahnya, "Kau memotong jari kelingking telapak kaki kanan semua korbanmu?"
Yeonjun menegakkan tubuhnya sambil menatap pisau lipat yang ada di genggamannya.
"Kau... Sungguh tidak tahu?" sahutnya dengan nada sangat dingin. "Padahal awalnya kupikir, aku akan langsung ketahuan ketika mayat yang pertama kali ditemukan di hutan kecil itu kehilangan jari kelingking kaki kanannya...."
Dengan semua sisa tenaga yang dimilikinya, Taehyung menatap Yeonjun. "Apa... Maksudmu?"
"Benar dugaanku..." sahut Yeonjun. "Kau dan eomma sungguh melupakan hal itu... Seolah hal itu hanya masalah kecil bagi kalian."
Taehyung berusaha mencerna apa maksud ucapan Yeonjun.
"Kau tahu? Ketika pertama kali kau mengetahui kebenaran itu, dan kau mengamuk di rumah.... Apa kau lupa dengan apa yang kau lakukan kepadaku?"
Taehyung memejamkan kedua matanya, berusaha mengingat apa yang terjadi sore itu.
"Kau mengamuk, kau melemparkan semua barang yang ada di sekitarmu ke arah eomma dan appa. Dan kau... Melemparkan pajangan berbentuk gapura yang terbuat dari besi itu ke arahku. Dan pajangan itu menimpa jari kelingking kaki kananku dengan sangat keras..." jawab Yeonjun. "Dan hal itu menyebabkan keretakan parah pada tulang jari kelingking kaki kananku. Dan sejak saat itu, jari kelingking kaki kananku menjadi cacat. Aku bahkan tidak berani melepaskan kaus kakiku dihadapan siapapun karena malu akan kecacatanku itu...."
Taehyung membuka kedua matanya dan menatap Yeonjun. Ia kini teringat akan kejadian sore itu. Yeonjun yang menangis begitu keras sore itu. Eomma yang mengamuk kepada Taehyung karena melihat Yeonjun berteriak kesakitan. Dan ayah tirinya yang langsung menggendong Yeonjun dan membawa Yeonjun ke rumah sakit akibat ulahnya.
"Setelah kau membuatku cacat seperti itu, kau melupakan hal itu begitu saja?" sahut Yeonjun dengan tatapan yang bercampur antara kesedihan dan dendam. "Bukan hanya kau... Eomma pun lambat laun melupakan hal itu."
Taehyung terdiam.
"Awalnya, aku tidak berani menunjukkan jati diriku. Aku memilih diam – diam membawa korbanku ke tempat ini. Aku bahkan memelihara anjing pemburu karena awalnya aku masih takut untuk membunuh. Aku hanya berani menyiksa mereka, lalu membiarkan tubuh mereka digeragoti oleh anjing pemburu itu. Sampai akhirnya muncul desas desus aneh di sekitar sini, dan jalur menuju ke gudang tua di tengah hutan ini ditutup oleh pihak kepolisian, tepat ketika aku sudah mulai berani menghabisi korbanku tanpa menggunakan bantuan anjing pemburu itu...."
Darah masih terus mengalir membasahi wajah Taehyung, namun rasa sakit itu perlahan memudar ketika Taehyung fokus mendengarkan semua ucapan Yeonjun.
"Jadi, aku memutuskan untuk memberitahukan jati diriku dengan berani kepada dunia. Aku mulai membunuh korbanku dan meletakkan mayatnya di tempat yang mudah ditemukan. Aku bahkan memberi tahu identitasku dengan memotong jari kelingking kaki kanan korbanku. Tapi tidak kusangka... Baik kau maupun eomma, dan juga appa... Sama sekali tidak ada yang menyadari akan hal itu. Disitulah, keinginanku untuk membunuh semakin kuat. Dan aku mulai memiliki hobi baru."
Yeonjun kembali membungkukan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Taehyung.
"Mengoleksi... Jari kelingking kaki kanan semua korbanku." sahut Yeonjun sambil tersenyum. Senyuman yang mengerikan. "Kau tahu pohon besar yang ada di halaman belakang rumah? Aku mengubur semua jari kelingking itu disana.... Dan ternyata, itu menjadi hobi yang sangat menyenangkan bagiku."
"Kau memang sudah gila, Choi Yeonjun." sahut Taehyung.
SRET!
Pisau lipat itu langsung menggores kulit wajah Taehyung. Sebuah goresan panjang yang melintang dari pipi kiri bawah hingga ke tulang pipi kanan wajah Taehyung. Membuat bibir atas Taehyung sobek akibat terkena goresan panjang itu.
Kali ini rasa perihnya sungguh luar biasa menyerang Taehyung. "ARRRRGHHHHHHHHHHHHH!"
Darah segar semakin deras mengalir membasahi wajah tampan milik Taehyung.
Yeonjun langsung menendang tubuh Taehyung hingga kursi itu jatuh ke lantai dengan posisi Taehyung masih terikat disana.
Dan Yeonjun langsung menendangi tubuh Taehyung bertubi – tubi tanpa ampun. Kali ini, Taehyung berteriak kesakitan akibat rasa perih di wajah dan bibirnya benar – benar menyiksanya.
"ARGGGGGGGGGGGGGHHHHHHHHHH! HENTIKAN, CHOI YEONJUN!"
Yeonjun menghentikan tendangannya, lalu berjalan ke sudut ruangan yang dekat dengan posisi Taehyung terkapar, dan mengambil sebuah palu besi.
"Aku akan segera menghabisimu, Kim Taehyung." sahutnya sambil bersiap menghantamkan palu besi itu ke kepala Taehyung.
Dan tiba – tiba, sebuah dobrakan keras terdengar.
BRAK!
Pintu gudang tua itu pun terbuka.
"ANGKAT TANGANMU SEKARANG JUGA, PSIKOPAT SIALAN!" teriak Namjoon sambil mengarahkan pistol miliknya ke arah Yeonjun.
Untung saja Namjoon berhasil menemukan gudang tua itu dengan segera.
Ketiga anak buah Namjoon dan semua anggota tim mereka sudah mengepung gudang itu dengan perlengkapan yang memadai.
Yeonjun terdiam di tempat, tidak bergerak.
"Timjangnim, bukankah itu adik sepupumu?" pekik Jisoo ketika menyadari ada sosok Taehyun yang tengah terkapar tak berdaya di sudut ruangan.
Namjoon refleks menoleh ke arah dimana tubuh Taehyun tergeletak. "KANG TAEHYUN!" pekiknya.
Namjoon langsung berlari menghampiri tubuh Taehyun.
Saat itu juga, Yeonjun langsung membalikan tubuhnya dan melemparkan palu besi itu ke arah Namjoon.
Namun, karena Namjoon berlari sangat cepat, palu besi itu tidak berhasil mengenainya, namun menghantam keras kepala Jisoo yang berada tepat di belakang Namjoon.
BUK!
"Arrrrghhhhhhhhhhh!" Jisoo mengerang kesakitan.
Darah mulai menetes dari kepala Jisoo, membasahi kaos putih yang tengah dikenakannya.
DOR!
Peluru dari pistol milik Sungjae langsung mendarat tepat di betis kaki kiri Yeonjun. "Argggghhhhhhhhhhhhhhh!" Yeonjun refleks mengerang kesakitan ketika peluru itu mengenai betisnya.
Namjoon menoleh ketika mendengar teriakan Jisoo dan suara pistol yang ditembakan itu.
Sambil memeluk tubuh Taehyun yang bersimbah darah dan sudah tak sadarkan diri itu, Namjoon melihat sosok Yeonjun yang mengerang kesakitan.
Namun, tembakan itu belum cukup untuk membuat Yeonjun menghentikan aksinya. Ia langsung mengambil sebuah palu besi lainnya yang terletak di dekat kursi tempat Taehyung terikat, lalu melemparkan palu besi itu ke arah Sungjae.
"ARRRRRRRRRRRGHHHHHHHHHHHH!" Palu besi itu berhasil menghantam keras dada Sungjae, membuatnya jatuh terduduk di atas lantai gudang tua itu.
Dan ketika semua tatapan berfokus ke arah Sungjae, Yeonjun mengeluarkan pisau lipat lagi dari sakunya, dan dengan menyeret kakinya yang terkena peluru, ia berjalan menghampiri Taehyung dengan secepat mungkin, lalu mulai menusuki perut Taehyung berkali – kali dengan pisau itu.
Membuat darah memuncrat keluar dari perut Taehyung, membasahi kaos hijau muda yang dikenakan Taehyung. "ARRRRRRRRRRRRRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHHHH!"
Namjoon yang menyadari teriakan Taehyung, langsung saja mengarahkan pistolnya ke arah Yeonjun, dan tanpa berpikir lagi, ia menembakkan pelurunya, tepat mengenai kepala belakang Yeonjun.
Peluru itu menembus kepala belakang Yeonjun hingga ke kepala depan, membuat darah seketika mengalir deras dari kepala Yeonjun.
Dan detik itu juga, tubuh Yeonjun langsung tergeletak tanpa nyawa di lantai gudang tua itu.
"Jika aku harus bertanggung jawab, aku akan mempertanggung jawabkan ini semua. Tapi menurutku, inilah satu – satunya jalan yang bisa kita lakukan untuk menghentikan psikopat bajingan itu." sahut Namjoon.
"ARGGGGGGGGHHHHHHHHHH!" Rintihan kesakitan terus menggema di ruangan itu. Dari mulut Taehyung. Dari mulut Jisoo. Dan dari mulut Sungjae.
"CEPAT HUBUNGI AMBULANS SEGERA!" teriak Namjoon sambil terus memeluk erat tubuh Taehyun.
"KANG TAEHYUN, BERTAHANLAH! HYEONG AKAN SEGERA MEMBAWAMU KE RUMAH SAKIT!" teriak Namjoon. Air mata mulai membasahi wajah tampan milik Namjoon.
.
-TBC-
NOTE : AKHIRNYA.... PSIKOPATNYA MENINGGAL DUNIA, DAN SEMUA KORBAN YANG ADA DISANA SEGERA DILARIKAN KE RUMAH SAKIT TERDEKAT. INI ANTARA TEGA GA TEGA SAYA BIKIN TOKOH YEONJUN HARUS BERAKHIR BEGINI HUWEEEEE /nangis bareng MOAs/
NEXT CHAPTER AKAN MENJADI EPILOG ALIAS CHAPTER PENUTUP DARI FF INI. AKAN SANGAT SINGKAT, TIDAK SEPANJANG CHAPTER – CHAPTER SEBELUMNYA. TAPI, KALIAN PENASARAN KAN SIAPA SAJA YANG SELAMAT DI AKHIR CERITA?
SO, SEE U IN THE NEXT CHAPTER... EPILOGUE! J
SEKALI LAGI, THX MANY MANY LOTS BUAT KALIAN YANG SETIA MANTENGIN FF INI DARI AWAL. WALAU SERING LATE UPDATE, MAKASIH ATAS SEMUA KESABARAN DAN KESETIAAN KALIAN DI FF INI J /peluk readers satu2/
AKU SAYANG KALIAN SEMUA, READERSNIM :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top