CHAPTER 14

Title: BIGHIT BLOODY STREET 

Cast: Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Huening Kai

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V

.

CHAPTER 14

.

AUTHOR POV – JULI 2019

"Ada hal yang sedang kami selidiki. Dan kami sangat membutuhkan kerja sama kalian untuk menjawab pertanyaan kami dengan sejujur – jujurnya." sahut Namjoon. "Kami mohon agar kalian bias bekerja sama dengan baik."

"Kim Taehyung-sshi, kau belum menjawab pertanyaan kami... Apa yang kau lakukan di malam hari?" tanya Dongyoon.

"Kau juga belum menjawab pertanyaan kami, Yoongi-sshi..." sahut Jisoo.

"Hal apa... Yang sedang kalian selidiki? Sampai kami harus menjawab semua pertanyaan kalian seperti ini?" tanya Yoongi. "Apa kalian membawa surat perintah untuk menginterogasi kami?"

"Namjoon timjangnim ketua tim disini. Ia juga mendapatkan kekuasaan penuh dari pihak atasan untuk menangani semua hal yang terkait dengan kasus ini." sahut Sungjae.

Namjoon mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya. "Aku sudah mempersiapkan ini, karena aku tahu aka nada seseorang yang bertanya mengenai surat perintah."

Yoongi dan Taehyung menatap surat yang ada di tangan Namjoon.

"Kalau begitu, aku harap kalian berdua bisa bekerja sama dengan baik agar penyelidikan ini bisa segera kami tuntaskan secepatnya." sahut Namjoon.

"Bisakah aku menjawabnya empat mata saja denganmu, Namjoon ah?" tanya Yoongi.

"Aku juga. Aku lebih suka membahas hal ini empat mata denganmu, Namjoon hyeong." sahut Taehyung.

"Apa ada yang perlu kalian tanyakan dariku? Jika sudah tidak ada, aku akan kembali ke tempat dudukku." sahut Jin.

"Araseo, Jin hyeong. Aku rasa jawabanmu sudah cukup. Kau bisa kembali ke tempat dudukmu." sahut Namjoon.

Sungjae menarik sebuah meja agar posisinya agak menjauh dari ketiga meja lainnya.

Namjoon duduk berhadapan dengan Yoongi di meja yang terpisah agak jauh itu.

Jin segera kembali ke tempat duduknya, sementara Taehyung duduk berhadapan dengan Jisoo.

Sungjae dan Dongyoon mulai berjalan di sekitar situ untuk mengawasi keadaan sekitar.

Tiba – tiba saja Taehyun berjalan dan menghampiri Sungjae, lalu menanyakan sebuah pertanyaan kepada Sungjae.

.

.

.

Namjoon terus menatap Yoongi.

"Sekarang, bisakah kau beritahu padaku, hyeong? Apa yang kau lakukan di malam hari? Mengapa kau pergi dengan mobilmu selarut itu? Sampai Hoseok sering bercerita, kau sering tertidur di siang atau sore hari karena mengantuk."

"Hoseok banyak bercerita mengenaiku kepadamu?" Yoongi memicingkan kedua matanya sambil menatap Namjoon.

"Geunyang... Sesekali ia tertawa dan mengatakan bahwa kau bekerja sangat keras. Kau membuat lagu hingga tidak tidur semalaman, makanya kau sering tertidur di siang dan sore hari."

"Lalu, mengapa aku harus menjawab pertanyaanmu? Bukankah kau sudah tahu apa yang kulakukan di malam hari?"

"Membuat lagu?" tanya Namjoon.

Yoongi menganggukan kepalanya.

"Tapi, Beomgyu mengatakan, kau sesekali keluar tengah malam dengan mobilmu... Apa kau membuat lagu di tempat lain? Bukan di kamarmu?"

"Namjoon ah. Mungkin kau tidak paham akan hal ini." sahut Yoongi. "Karena pekerjaanmu adalah sebagai detektif, bukan seniman sepertiku."

Namjoon terus menatap Yoongi.

"Seorang penulis lagu.... Harus pergi ke beberapa tempat untuk menemukan inspirasi dalam membuat lagu. Mana mungkin aku bisa berkarya jika terus menerus terkurung di dalam kamarku? Aku butuh inspirasi. Dan sejujurnya, alam lah yang menjadi inspirasiku." sahut Yoongi.

"Mengapa harus di malam hari? Bukankah malam hari sangat mengerikan? Apalagi... Psikopat itu masih terus berkeliaran." sahut Namjoon.

"Hampir semua seniman pasti menemukan ketenangan di malam hari, terutama penulis lagu sepertiku. Karena di malam hari lah, kami merasa tenang dan bisa mendengar semua suara yang ada di dalam hati dan pikiran kami. Kami merasa rileks dan bisa terlepas dari hiruk pikuknya segala aktivitas. Kau tahu? Kita selalu bisa menemukan ketenangan dan kedamaian di setiap kesunyian malam, Namjoon ah." sahut Yoongi.

"Kalau begitu, apa kau bisa menjelaskan kepadaku? Kemana kau pergi untuk mencari inspirasimu?" tanya Namjoon.

"Haruskah aku menjawab sedetail itu?" sahut Yoongi.

Namjoon menganggukan kepalanya. "Ini semua bukan karena aku ingin tahu terlalu jauh mengenaimu, hyeong. Ini semua murni demi penyelidikan kami. Makanya, kami butuh jawaban yang seakurat mungkin."

"Bisakah kau berjanji untuk menjaga rahasia ini?" sahut Yoongi. "Aku sebenarnya... Tidak ingin menceritakan masalah ini kepada siapapun."

"Aku berjanji. Aku bahkan tidak akan menceritakan kepada ketiga anak buahku jika memang jawabanmu terbukti tidak ada kaitannya dengan penyelidikan yang sedang kami jalankan ini."

.

.

.

JIN POV – JULI 2019

"Hyeong, sebenarnya ada apa mereka mengumpulkan kita dan bertanya mengenai hal yang tadi mereka tanyakan?" tanya Soobin yang duduk tepat di belakangku.

"Majjayo, hyeong... Ada apa sebenarnya malam ini?" tanya Yeonjun yang duduk di sebelah Soobin.

"Aku jadi takut...." sahut Kai yang duduk di sebelah Yeonjun.

"Mengapa tadi kalian ditanyai bertiga, bukan seorang – seorang seperti kami, hyeong?" tanya Beomgyu yang duduk di sebelah Kai. "Lalu, mengapa hanya kau yang kembali, sementara Yoongi hyeong dan kakak tiri Yeonjun hyeong masih di depan sana?"

"Molla.... Aku sudah menjawab pertanyaanku. Tapi rasanya mereka berdua ingin bicara empat mata saja dengan Namjoon, makanya aku boleh kembali namun mereka masih disana." sahutku.

"Aku jadi penasaran... Mengapa Yoongi hyeong ingin bicara empat mata dengan Namjoon, hyeong?" tanya Hoseok yang duduk tepat di sebelahku.

"Nado molla, Hoseok ah..." sahutku.

"Tadi detektif itu bertanya padaku, apa aku pernah bertemu dengan Taehyung hyeong pada malam hari. Apa kau menceritakan hal itu kepada mereka, hyeong?" Aku bisa mendengar ucapan Jungkook yang setengah berbisik itu kepada Jimin.

Aku menoleh ke samping dan melihat Jimin menganggukan kepalanya. "Aku menceritakan hal itu pada Namjoon.." jawab Jimin.

Aku menatap sosok Namjoon dan Yoongi yang sedang duduk berhadapan.

Mereka terlihat tengah berbicara dengan sangat serius.

Apa yang kira – kira sedang mereka bicarakan?

Tatapanku lalu tertuju ke meja sebelah mereka.

Taehyung tengah duduk berhadapan dengan anak buah Namjoon, namun mereka sama sekali tidak terlibat dalam sebuah pembicaraan.

Taehyung terus menunduk, menatap aspal di bawah kedua kakinya.

Dan sesekali, Taehyung menatap ke arah Namjoon, dengan tatapan dinginnya.

Sementara anak buah Namjoon yang bernama Jisoo itu, terus menatap dan mengamati setiap gerak gerik Taehyung.

.

.

.

AUTHOR POV – JULI 2019

"Ada seseorang.... Yang aku sukai secara diam - diam..." sahut Yoongi sambil menundukkan kepalanya.

"Ne?" Namjoon terbelalak mendengar jawaban Yoongi.

"Aku sudah menyukainya sejak lama. Kami dulu teman sekampus. Namun, setelah lulus, ia menikah dengan orang lain... Dan mereka tinggal di daerah ini karena pasangannya membuka sebuah cafe dua puluh empat jam di daerah ini. Makanya, aku berusaha mencari pekerjaan disini agar bisa pindah kesini dan meninggalkan Daegu."

"Jadi..... Kau masih mencintainya?"

Yoongi menganggukan kepalanya. "Majjayo. Sejujurnya.. Ialah inspirasiku dalam membuat lagu. Lagu tentang cinta... Dan tentang patah hati."

"Mengapa kau pergi di malam hari?" tanya Namjoon.

"Terkadang, ia bergantian dengan pasangannya menjaga cafe itu. Dan biasanya, ia yang bertugas menjaga cafe di malam hari. Jadi, aku sering memarkir mobilku tak jauh dari cafenya di malam hari, lalu semalaman menatap wajahnya diam – diam sambil menulis lagu di dalam mobilku."

Namjoon tercengang mendengar pengakuan Yoongi. Pantas saja ia bersikeras tidak mau menceritakan alasannya. Ternyata, ada kisah yang kelam di balik alasannya berkeliaran di malam hari.

"Terkadang, jika aku tidak bisa meiihatnya di cafe, aku pergi ke bukit kecil yang terletak tidak jauh dari pusat kota, lalu memarkirkan mobilku disana, lalu aku terduduk merenung di atas kap mobilku sambil menikmati suara alam di malam hari untuk mencari inspirasi dalam membuat lagu mengenai perjuangan hidup dan semacamnya."

"Aaaahhh.. Kini aku paham, mengapa kau berusaha menyembunyikan alasanmu..." sahut Namjoon.

"Kumohon, jaga rahasia ini baik – baik. Aku tidak ingin ada yang mengetahuinya lagi selain kau." sahut Yoongi dengan tatapan tajamnya. "Ini adalah sisi gelapku yang tidak ingin kuceritakan kepada siapapun. Aku mencintai seseorang yang sudah menikah, dan sering menatapnya diam – diam dari kejauhan. Bukankah itu merupakan sebuah aib yang harus kututupi, Namjoon ah?"

"Araseo, hyeong. Kini aku paham. Aku berjanji akan menjaga rahasia ini baik – baik. Terima kasih karena sudah bersedia menjawab pertanyaanku. Jawabanmu yang jujur ini cukup membantu dalam penyelidikan kami. Setidaknya, kini kami semakin bisa mempersempit daftar orang yang kami curigai." sahut Namjoon.

"Kalian.... Mencurigaiku? Atas kasus apa?" Yoongi terbelalak mendengar ucapan Namjoon.

"Psikopat sialan itu...." sahut Namjoon.

"Mwoya? Jadi, penyelidikan ini.... Untuk mencari keberadaan piskopat mengerikan itu?" Yoongi semakin terbelalak.

"Kumohon, sama seperti aku menjaga rahasiamu, tolong rahasiakan juga dari yang lain, terutama dari kelima bocah itu, mengenai penyelidikan apa yang sedang kami lakukan saat ini."

"Jadi, kau mencurigaiku.... Dan berpikir, akulah pelaku pembunuhan berantai itu? Namjoon ah... Micheoseo? Mana mungkin aku sekeji itu?" Yoongi memasang tampang sangat terkejut.

"Pelaku pembunuhan berantai itu selalu bergerak di malam hari. Dan semua wilayah di kota ini sudah kami telusuri selama ini namun tidak juga kami temukan pelakunya. Sampai akhirnya aku tersadar, masih ada satu wilayah yang belum kami selidiki sama sekali. Yaitu wilayah ini. Gang ini. Makanya, aku dan timku memilih mengadakan penyelidikan juga disini, dan kami mencurigai semua orang yang berkeliaran di malam hari. Kau paham maksud ucapanku kan, hyeong?" tanya Namjoon.

"Ah... Majjayo. Ucapanmu masuk akal, Namjoon ah..." sahut Yoongi.

"Dan selain kau sering keluar di malam hari, aku juga mencurigaimu... Karena kau terlihat agak dingin dan sedikit misterius, hyeong..."

"Aku akui, memang banyak yang mengatakan hal itu kepadaku. Bahwa ekspresi wajahku terlihat sangat dingin dan datar jika sedang diam atau sedang kesal. Aku bahkan termasuk golongan orang yang malas untuk beraktifitas sehingga seolah terlihat sulit bergaul dan menjaga jarak dengan kalian.... Pantas saja kau mencurigaiku...." sahut Yoongi.

.

.

.

Setelah selesai menjawab, Yoongi langsung duduk di kursi kosong yang berada tepat di depan Jin.

Hoseok langsung bangun dari kursi tempatnya duduk dan segera pindah ke kursi kosong di sebelah kursi yang Yoongi baru saja duduki.

"Hyeong.. Apa yang kau bicarakan dengan Namjoon? Sepertinya, kalian berbicara sangat lama dan sangat serius." sahut Hoseok.

Yoongi menatap Hoseok sekilas, lalu mengadahkan kepalanya ke atas sambil memejamkan kedua matanya. Kepalanya disenderkan ke senderan kursi. "Rahasia." jawabnya singkat.

"Yaishhhhh! Kau memiliki rahasia yang tidak bisa kau ceritakan padaku?" gerutu Hoseok. Hoseok selama ini selalu menganggap, bahwa hanya ia satu – satunya tempat Yoongi bercerita.

"Aku sangat mengantuk, Hoseok ah... Jangan ajak aku adu mulut denganmu malam ini." sahut Yoongi, masih sambil memejamkan kedua matanya dan menyenderkan kepalanya di senderan kursi. "Kapan mereka akan menyelesaikan hal ini? Aku ingin segera berbaring di kasurku."

Jin menatap Yoongi yang duduk di depannya itu.

"Apa kira – kira yang ia bicarakan dengan Namjoon?" gumam batin Jin.

.

.

.

Taehyung duduk berhadapan dengan Namjoon.

"Taehyung ah... Kali ini... Bisakah aku mohon? Jawab pertanyaanku dengan sejujur – jujurnya. Aku.. Ah, mungkin semua yang tinggal di gang ini juga tahu... Kalau kau sering keluar di malam hari dan baru kembali ke rumah sesaat sebelum matahari terbit..." sahut Namjoon.

Taehyung terus terdiam sambil menatap Namjoon.

"Bisakah kau beritahu padaku? Apa yang kau lakukan selama berkeliaran di luar sana?"

"Kalau aku jawab dengan jujur, apa kau akan mempercayaiku?" tanya Taehyung sambil menatap Namjoon dengan tatapan yang tajam.

"Tentu saja.." sahut Namjoon.

"Lalu.. Bagaimana kau bisa mempercayaiku..." sahut Taehyung. Ia menoleh sejenak ke belakang, ke arah para pria muda lainnya yang tengah terduduk di belakang sana. Lalu kembali menatap Namjoon. "Dan bagaimana kau bisa mempercayai mereka semua hanya berdasarkan ucapan kami?"

Namjoon terdiam sejenak, lalu menjawab, "Ucapanmu ada benarnya. Tapi, setidaknya kami mendapat jawaban dari mulut kalian masing – masing. Mengenai kebenarannya, akan kami selidiki lebih jauh setelah kami berhasil mendapatkan pernyataan dari kalian semua disini."

"Apa ada kasus yang terkait dengan salah seorang diantara kami?" tanya Taehyung. "Kasus apa?"

"Jawab dulu pertanyaanku." sahut Namjoon.

Taehyung terdiam sejenak. Lalu membuka mulutnya, "Kau tahu pastinya, mengenai hubunganku dengan keluargaku. Yeonjun pasti sudah banyak bercerita. Kurasa, Jimin juga tahu cukup banyak mengenaiku dan keluargaku."

Namjoon menganggukan kepalanya. "Majjayo.. Aku tahu mengenai keluargamu."

"Sejak mengetahui... Bahwa ibuku berpisah dengan cara yang tidak baik dengan ayahku. Dan memilih pria sialan itu. Bahkan menikah dan memiliki anak dari pria sialan itu. Detik itu juga aku menyadari, tidak seharusnya aku berada di rumah itu. Aku seketika merasakan, rumah itu tak lagi hangat. Tapi mengerikan seperti neraka. Bagaimana mungkin aku selama ini memanggil appa kepada pria yang telah merebut eomma dari ayah kandungku? Bagaimana mungkin selama ini aku bisa bermain bersama dan bahkan sangat menyayangi adik tiriku yang ternyata terlahir dari pengkhianatan ibu kepada ayah? Dan bagaimana mungkin... Wanita jalang itu layak kupanggil dengan sebutan eomma?"

Namjoon bisa melihat, ada rasa sakit yang mendalam dari nada bicara dan tatapan Taehyung saat bercerita.

"Lalu, menurutmu... Apa aku bisa tidur dengan nyaman di rumah yang tidak ada bedanya dengan neraka itu?" sahut Taehyung. "Aku justru merasa sesak nafas setiap berada di dalam sana. Aku merasa kesulitan bernafas. Leherku seperti tercekik setiap aku melihat mereka bertiga tertawa bahagia di dalam sana. Gendang telingaku seperti mau pecah setiap mendengar suara – suara mereka, apalagi setiap Yeonjun memanggilku dengan sebutan hyeong, atau setiap Yeonjun memanggil eomma dengan suara manjanya itu!"

"Lanjutkan. Aku akan terus mendengarkan semua ceritamu." sahut Namjoon.

"Makanya, awalnya aku hanya keluar untuk membeli sesuatu malam itu. Aku butuh minuman segar ketika aku merasa sangat sesak nafas berada di dalam sana. Namun aku menyadari satu hal. Ah..... Ternyata udara di luar sana pada malam hari sangat menyegarkan! Aku merasa... Bisa bernafas lega sesukaku. Apalagi.. Kau tahu sendiri, betapa sunyinya ketika kegelapan malam menyelimuti bumi, ya kan? Aku merasa sangat tentram justru berada di luar sana ketimbang di dalam rumahku. Sejak saat itulah, hampir setiap malam aku memilih untuk mencari udara segar di luar sana. Terbebas dari sesaknya kehidupan yang membelengguku. Terlepas dari keramaian yang membuatku semakin merasa sulit bernafas."

Kali ini, Namjoon bisa melihat, sebuah senyuman kecil terbentuk di sudut bibir Taehyung.

"Aku lebih suka berada di alam bebas ketimbang berada di dalam ruangan. Makanya aku memilih menjadi photographer setelah lulus kuliah. Dan aku sangat menikmati keheningan malam, apalagi jika semakin larut. Keheningannya semakin membuatku merasa tenang...."

Namjoon menatap Taehyung. "Kalau begitu.... Sepanjang malam ketika kau keluar dari rumahmu.. Apa saja yang kau lakukan?"

"Membeli makanan di mini market dekat taman.. Lalu membawa makanan itu ke kursi taman. Kau tahu kan? Di tengah taman ada kursi kayu panjang? Sejak beberapa tahun lalu, kursi itu kunobatkan menjadi tempat tidurku." sahut Taehyung. "Aku biasanya menghabiskan makananku disana, lalu terdiam merenung beberapa saat, menikmati hembusan angina malam dan suara alam di malam hari. Lalu, ketika aku mengantuk, aku akan berbaring dan tertidur. Karena aku benci menjadi perhatian publik, makanya aku keluar sangat larut, ketika hampir tidak ada seorangpun yang melintas di jalan. Dan aku memasang alarm tepat ketika matahari hampir terbit, agar aku bisa terbangun dan kembali ke rumah sebelum ada yang melihatku tertidur disana."

"Benar... Hanya itu yang kau lakukan selama ini?" tanya Namjoon sambil memicingkan kedua matanya menatap Taehyung.

Taehyung menatap balik ke arah Namjoon, "Bukankah kau bilang... Kau akan mempercayai ucapanku? Mengapa kau seolah... Mencurigai semua penjelasanku?"

"Majjayo...." sahut Namjoon. "Aku percaya pada ucapanmu... Hanya saja, aku ingin memastikan."

Namjoon terdiam sejenak, lalu kembali bertanya, "Ah! Sebentar! Kau tahu kana da psikopat mengerikan yang masih berkeliaran disini?"

Taehyung menganggukan kepalanya. "Ne, ara.... Waeyo?"

"Mengapa... Kau masih berani berkeliaran di malam hari? Padahal kau tahu ada sosok mengerikan itu disini." jawab Namjoon. "Kau tahu mengapa aku mencurigaimu, Taehyung ah? Karena... Bukankah kalau dipikir secara logika, ini sangat aneh? Kau keluar di malam hari, tanpa takut, padahal ada psikopat biadab yang tengah berkeliaran... Kau bisa tertidur dengan tenang di taman itu? Padahal nyawamu taruhannya..."

Taehyung terbelalak sambil menatap Namjoon. "Jadi.... Penyelidikan ini diadakan... Untuk mencari siapa psikopat itu?"

Namjoon terdiam.

"Jadi... Maksudmu.. Sebentar hyeong.." Taehyung memijat pelan keningnya, kemudian melanjutkan ucapannya sambil menatap tajam ke arah Namjoon, "Maksudmu... Kau mencurigaiku? Kau berpikir aku adalah psikopat yang tengah kau buru? Aku? Pembunuh berantai yang mengerikan itu? Hyeong! Apa ini masuk akal?"

Namjoon terkejut melihat reaksi Taehyung. Ia tidak menyangka Taehyung akan marah seperti itu.

"Maaf kalau aku membuatmu tersinggung. Bukankah kubilang, ini hanya dugaan sementara? Makanya, aku sangat membutuhkan semua penjelasan kalian! Karena ada beberapa orang yang kucurigai.. Termasuk kau.. Dan Yoongi hyeong." sahut Namjoon. "Logikanya.... Kau masih selamat hingga saat ini, padahal psikopat itu masih terus membunuh para korbannya. Bayangkan jika kau ada di posisiku. Apa kau tidak akan curiga? Lagipula... Bukankah sempat ada mayat yang kami temukan di taman sekitar tiga tahun yang lalu? Dan kau bilang, hampir setiap malam kau tidur disana? Apa itu masuk akal? Kau tidur di tempat dimana mayat korban psikopat itu ditemukan?"

Kali ini Taehyung terdiam beberapa saat lamanya.

"Saat mayat itu ditemukan tiga tahun lalu di taman, aku sedang tidak keluar malam hari. Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanyakan kepada orang rumahku. Aku semalaman mengerjakan tugas dari kantorku di kamar malam itu. Aku juga heran. Sejujurnya, aku sama sekali tidak takut mati. Karena, aku bahkan tidak merasakan bahagia dengan menjalani kehidupan ini. Namun, aku tidak mau repot – repot bunuh diri. Makanya, aku berpikir.. Jika memang psikopat sialan itu membunuhku, aku iklas dengan senang hati membiarkan ia menghabisi nyawaku. Toh.. Aku juga tidak terlalu tertarik menjalani kehidupanku yang menyesakkan ini." sahut Taehyung setelah terdiam.

Kali ini, gantian Namjoon yang terdiam ketika mendengar pengakuan Taehyung.

"Hanya saja... Aku sendiri juga heran. Mengapa aku masih selamat hingga saat ini? Mengapa banyak pembunuhan yang dilakukan oleh psikopat berbahaya itu, namun nyawaku masih baik – baik saja? Bukan hanya kau, hyeong! Aku sendiri juga sering tak habis pikir. Apakah aku terlihat semengerikan itu? Sampai psikopat pun tidak berani menyentuh tubuhku?"

"Kau..... Benar – benar tidak takut dengan psikopat itu?" tanya Namjoon.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Lalu... Kalau begitu.. Apakah selama ini... Kau pernah mendengar suara aneh? Atau melihat sosok aneh berkeliaran di malam hari? Apa kau... Selama ini, sama sekali tidak pernah berpapasan dengan psikopat itu? Apa kau bisa mengingat apa saja keanehan yang kau lihat atau kau rasakan selama ini?" sahut Namjoon. "Siapa tahu... Kau justru bisa membantu kami dalam menemukan pelakunya!"

Taehyung terdiam sejenak. Berpikir dengan keras.

"Aku hanya melihat beberapa orang dari gang ini, beberapa kali ke mini market di malam hari..." sahut Taehyung.

"Siapa saja?" tanya Namjoon.

"Yang paling sering kulihat? Rasanya Hoseok hyeong... Kemudian Beomgyu.. Mereka terkadang berbelanja ke mini market dekat taman di malam hari.. Ah! Aku juga pernah dua kali bertemu dengan Jungkook, ketika ia hendak ke rumah Jimin! Dan aku juga pernah melihat Taehyun, adik sepupumu, beberapa kali di jalan, ketika aku dalam perjalanan menuju taman..." sahut Taehyung.

"Taehyun? Kau pernah beberapa kali melihat Taehyun? Apa yang dilakukannya di jalanan pada malam hari?" Namjoon sangat terkejut mendengar nama Taehyun disebutkan oleh Taehyung.

"Bukankah kau tadi sudah bertanya padanya?" tanya Taehyung. "Lagipula, bukankah ia serumah denganmu? Jadi, selama ini kau tidak tahu Taehyun berkeliaran di malam hari?"

Namjoon menggelengkan kepalanya. "Ia tidak mau memberitahuku, makanya aku juga merasa aneh..."

"Ia terlihat sedang memperhatikan seseorang dari kejauhan. Maksudku.. Gerak geriknya seperti sedang mengintai... Ia berjalan dengan sangat hati – hati, lalu melihat ke sekelilingnya dengan cemas. Lalu... Aku tidak tahu lagi apa yang dilakukan setelahnya karena aku langsung berjalan menuju mini market." sahut Taehyung.

Namjoon mengerutkan keningnya. "Sebenarnya, apa yang dilakukannya?"

"Ah! Hyeong! Aku ingat!" sahut Taehyung dengan sedikit antusias. "Ada hal aneh lainnya!"

"Apa itu?" Namjoon menatap Taehyung dengan ekspresi sangat serius.

.

.

.

"Mengapa Taehyung hyeong sangat lama disana?" bisik Yeonjun di telinga Soobin.

"Wajah Namjoon hyeong juga terlihat sangat serius. Apa yang mereka bicarakan disana sebenarnya?" bisik Soobin.

"Tadi Yoongi hyeong juga terlihat sangat serius. Ia juga berbicara cukup lama dengan Namjoon hyeong disana..." sahut Kai yang mendengar percakapan Yeonjun dan Soobin. "Ada apa sebenarnya dengan mereka?"

Jin, yang mendengar ucapan ketiga bocah yang duduk di belakangnya itu, memicingkan kedua matanya, menatap ke arah Namjoon dan Taehyung di depan sana.

.

.

.

Lima hari sudah berlalu setelah malam itu.

Namjoon dan ketiga anak buahnya terus menelaah semua pernyataan dari semua pria yang mereka selidiki malam itu.

Sungjae dan Jisoo sibuk mengecek semua CCTV untuk memastikan kebenaran dari semua jawaban yang mereka dapatkan.

Namjoon juga menyelidiki sendiri CCTV di daerah yang disebutkan Yoongi untuk mendapatkan bukti apakah ucapan Yoongi bisa ia percaya atau tidak.

Namun, kesulitan mereka adalah... Tidak ada CCTV yang menyorot ke arah tengah taman. Jadi, mereka kesulitan untuk membuktikan apakah ucapan Taehyung bisa mereka percayai atau tidak.

Dan lagipula... Ucapan Taehyung yang terakhir kepada Namjoon malam itu... Membuat Namjoon berpikir sangat panjang. Otak Namjoon terus berputar dengan keras, mencoba memahami semua jawaban dan perkataan Taehyung malam itu.

Tiba – tiba saja telepon berdering di ruangan tempat kerja Namjoon.

Dongyoon menjawab panggilan itu.

Tak lama kemudian, ia menutup telepon itu, lalu menatap Namjoon.

"Timjangnim... Ibu dari Kim Taehyung menelepon, katanya sudah empat hari Taehyung-sshi sama sekali tidak pulang ke rumah! Katanya, ia sudah menghubungi tempat kerja Taehyung, dan mereka juga berkata, sudah empat hari ini ia tidak masuk kerja, tanpa keterangan apapun. Nomor ponselnya juga tidak dapat dihubungi!"

"Cepat cek segera, dimana terakhir kali posisi sinyal dari ponselnya terlacak!" sahut Namjoon. "Lalu, kalian segera kirim tim kesana untuk melacak keberadaannya saat ini."

"Araseo, timjangnim!" sahut ketiga anak buahnya.

Namjoon kembali teringat akan ucapan Taehyung malam itu kepadanya.

"Aku akan segera mengecek ke rumah Taehyung. Ada banyak hal yang harus kutanyakan kepada ibunya." sahut Namjoon.

"Ah, timjangnim! Ada hal yang lupa kukatakan kepadamu!" sahut Sungjae.

"Ada apa?" tanya Namjoon.

"Malam itu, ketika kau sedang bertanya jawab dengan Yoongi-sshi dan Taehyung-sshi... Taehyun, adik sepupumu itu, menghampiriku dan menanyakan sesuatu kepadaku..." sahut Sungjae.

Sungjae pun melanjutkan ucapannya, ia memberitahukan kepada Namjoon mengenai pertanyaan yang ditanyakan Taehyun malam itu kepada Sungjae.

Namjoon menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan Sungjae. Kedua bola matanya terbelalak.

"Kurasa... Kini aku tahu... Siapa psikopat biadab itu....." sahut Namjoon dengan tatapan tajam yang terpancar dari kedua mata kecilnya itu.

.

-TBC-

Noted :

Mohon maaf late bgt updatenya krn laptop sama hp sempet bermasalah :( ini aja laptop msh agak eror huhuhu

Trus jg ada masalah di kesehatan saya (doakan saya segera sehat kembali ya gaes, kalian juga stay safe, jaga kesehatan kebersihan dan pola makan seimbang ya ^^)

Lopyu all readernims ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top