CHAPTER 10
Title: BIGHIT BLOODY STREET
Cast: Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Huening Kai
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V
.
CHAPTER 10
.
AUTHOR POV – MEI 2019
Sudah 2 hari berlalu, namun pertanyaan itu terus berputar di benak Namjoon.
Mengapa Taehyun keluar pada malam itu? Mengapa mayat korban pembunuhan ditemukan setelahnya?
Apa Taehyun ada hubungannya dengan kasus pembunuhan berantai yang meneror Bighit Street selama beberapa tahun terakhir itu?
Tapi, kalau Namjoon urutkan mengenai tanggal kejadian dari awal kasus terjadi, bukankah sangat tidak masuk akal jika Taehyun pelakunya?
Bukankah Taehyun juga baru pindah kesana pada tahun 2016, bersama Namjoon? Sementara awal kasus dimulai pada tahun 2015.
Tapi... Mengapa bisa sangat kebetulan, malam itu Namjoon melihat Taehyun berkeliaran pada malam hari, dan setelahnya, ditemukan mayat korban psikopat biadab itu?
Lebih tepatnya, Namjoon terus bertanya – tanya, untuk apa... Taehyun berkeliaran selarut itu?
.
.
.
NAMJOON POV – MEI 2019
Setelah selesai makan siang bersama timku, aku langsung masuk ke ruang meeting.
Aku terus menatap ke arah papan tulis yang berisi dengan semua hal mengenai kasus psikopat biadab itu.
Aku menatap satu per satu foto – foto mayat korban yang terpampang di hadapanku itu.
Sebenarnya, apa kesamaan diantara semua mayat korban psikopat biadab itu?
Sudah 3 tahun aku dan timku berusaha mengurai kasus ini, namun kami sama sekali belum menemukan dimana letak kesamaan yang ada diantara para korban.
Apakah psikopat itu hanya membunuh sembarang orang yang melintas?
Bagaimana pattern yang dibuat oleh psikopat itu dalam semua pembunuhan yang ia lakukan?
Satu – satunya kesamaan yang bisa aku dan timku temukan hanyalah, jari kelingking telapak kaki kanan korban terpotong dan potongannya sama sekali tidak pernah bisa kami temukan.
Artinya, semua potongan jari kelilingking itu memang dibawa oleh sang pelaku. Untuk kenang – kenangannya atas semua pembunuhan yang ia lakukan?
Lalu.. Mengapa harus jari kelilingking telapak kaki kanan? Apa ini semua ada hubungannya dengan latar belakang psikopat tersebut?
Dan mengapa hingga saat ini, aku dan timku sama sekali belum berhasil menangkapnya? Padahal Bighit Street adalah kota yang sangat kecil!
Kim Taehyung.
Nama itu tiba – tiba terlintas lagi dalam benakku.
Apa benar... Ia pelakunya? Makanya, kami tidak bisa menangkap pelakunya? Karena pelakunya justru orang yang tak pernah kami curigai sama sekali?
Aku duduk di kursi yang ada di ruang meeting, lalu mencoret – coret kertas yang ada dihadapanku.
Satu – satunya tempat di Bighit Street yang tidak pernah aku selidiki hanyalah gang tempat tinggalku.
Aku mulai menuliskan nama mereka satu per satu di kertas.
Jika melihat ke waktu awal pembunuhan terjadi, itu adalah tahun 2015.
Jin hyeong... Ia sudah tinggal disini sejak tahun 1999.
Hoseok dan aku beserta Taehyun, tahun 2016.
Yoongi hyeong kalau tidak salah setahun sebelumku, berarti 2015. Ah! Beomgyu pindah untuk menemani Yoongi hyeong di tahun yang sama denganku, tahun 2016.
Park Jimin? Seingatku, ia bercerita, ia pindah kesini di tahun 2010. Jungkook? Baru – baru ini, akhir 2018.
Yeonjun? Ia sejak lahir sudah tinggal disini, tahun 1999. Sementara Kai, di tahun yang sama denganku juga, tahun 2016.
Soobin, menurut cerita Taehyun, ia pindah kesini tahun 2012.
Lalu... Kim Taehyung...
Ia yang paling pertama menempati Bighit Street diantara kami semua yang bertempat tinggal di gang yang sama denganku. Tahun 1998.
Jika awal kasus pembunuhan terjadi di tahun 2015, maka yang masuk ke dalam kategori orang – orang yang patut untuk kucurigai adalah Jin hyeong, Yoongi hyeong, Park Jimin, Choi Soobin, Choi Yeonjun, dan... Kim Taehyung.
Tapi, tidak mungkin Jin hyeong pelakunya! Ia selalu diganggu oleh arwah para korban psikopat sialan itu!
Aku terus mencoret – coret kertas dihadapanku itu, dan entah mengapa, semua kecurigaan memang pada akhirnya terarah kepada seseorang.
Kim Taehyung.
.
.
.
AUTHOR POV – JUNI 2019
Waktu terus berjalan. Namjoon dan seluruh anak buahnya terus berusaha mati – matian menyelidik kasus pembunuhan berantai itu. Dan sesekali Namjoon serta anak buahnya berusaha memantau Taehyung secara diam – diam.
Namun, memantau Taehyung bukanlah hal yang mudah!
Dan anehnya, kini Namjoon juga menemukan keanehan lainnya. Yaitu bahwa ternyata, bukan hanya malam itu Taehyun pergi dari rumah pada larut malam.
Beberapa kali, Namjoon memergoki dari dalam kamarnya, Taehyun keluar pada malam hari dan baru kembali setelah dua atau tiga jam kemudian.
"Apa yang ia lakukan pada larut malam sebenarnya?" Pertanyaan itu terus menghantui pikiran Namjoon, namun setiap kali Namjoon bertanya, Taehyun selalu menyangkal. Namjoon jadi kesulitan untuk mengintrogasi adik sepupunya itu.
Sementara Jin? Sejak mayat terakhir ditemukan pada bulan Mei lalu, di awal Juni kembali ditemukan mayat korban sang psikopat lagi di tepi danau dekat kantor Namjoon, dan Jin masih tetap didatangi oleh arwah dari korban itu.
.
.
.
"Soobin ah! Jin hyeong tidak masuk hari ini? Tadi ia tidak mengajar di kelasku, katanya cuti karena sakit. Jin hyeong sakit apa?" tanya Yeonjun ketika sedang makan siang bersama Soobin di kantin.
"Ah, jinjja? Hari ini aku tidak ada mata kuliah Jin hyeong, makanya aku tidak tahu. Memangnya tadi waktu kita berangkat, mobil Jin hyeong ada di rumahnya? Sepertinya tidak ada, makanya kupikir ia sudah berangkat ke kampus." sahut Soobin.
"Majjayo. Kalau mobil Jin hyeong ada di rumahnya, kita pasti sudah memintanya agar memberi kita tumpangan ke kampus. Tapi rasanya tadi memang tidak ada mobil Jin hyeong di halaman rumahnya."
"Ia sakit apa? Aigoo, aku jadi cemas..." sahut Soobin dengan wajah agak panik.
"Haruskah kita menjenguknya nanti? Sepulah kuliah?" tanya Yeonjun.
"Tapi.. Bukankah hari ini kita sudah ada janji dengan Beomgyu, Taehyun, dan Kai?" sahut Soobin.
"Ah, majjayo! Kau berjanji hari ini akan mentraktir kami berempat di kedai tteokboki dekat toko Jimin hyeong!" sahut Yeonjun.
"Aku juga berencana untuk membawakan seporsi tteokboki untuk Jimin hyeong dan Jungkook hyeong nanti sore. Tapi... Aku mencemaskan Jin hyeong..." sahut Soobin dengan ekspresi kebingungan, serba salah.
"Bagaimana jika kau menanyakan kabar Jin hyeong di kakaotalk?"
"Ah, idemu bagus juga, hyeong!" Soobin tersenyum sambil menatap Yeonjun.
"Aigoo..." Yeonjun hanya bisa tersenyum pahit sambil menggelengkan kepalanya. "Masa hal semudah itu saja tak bisa terpikirkan olehmu?"
.
.
.
"Jungkook ah! Namjoon hyeong barusan mengabariku, Jin hyeong diopname di rumah sakit." sahut Jimin.
"Ah, jinjja? Waeyo? Jin hyeong sakit apa?" tanya Jungkook sambil merapikan beberapa barang di rak yang ada di toko itu.
"Kata dokter, ia kelelahan. Tensinya sangat rendah dan butuh untuk diopname sekitar dua sampai tiga hari di rumah sakit." jawab Jimin.
"Aigoo... Haruskah kita menjenguknya?" tanya Jungkook.
"Biarkan Jin hyeong beristirahat total dulu siang ini, Jungkook ah. Nanti saja, setelah toko tutup, kita jenguk ke rumah sakit. Lagipula, sudah ada Namjoon hyeong yang menemaninya disana. Otte, Jungkook ah?"
"Ah, majjayo. Ide yang bagus, hyeong. Tumben kau cerdas, hehehe.."
"Aigoo!" Jimin memukul pelan kepala Jungkook. "Aku sudah cerdas sejak tahun 1995, imma."
"Sejak berumur satu hari?"
"Sejak aku berumur satu detik."
Jungkook hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pasrah melihat kelakuan Jimin.
.
.
.
"Yoongi hyeong! Pulang kerja nanti, kita ke Bighit hospital ya!" sahut Hoseok ketika ia masuk ke dalam ruang kerja Yoongi.
Yoongi yang sedang tertidur di atas mejanya, langsung terbangun mendengar suara Hoseok yang cukup kencang.
"Wae?" sahut Yoongi sambil mengucek kedua matanya.
"Jin hyeong dirawat dari tadi pagi. Kurasa, kita harus menjenguknya sepulah bekerja nanti."
"Araseo... Apa sakitnya parah?" tanya Yoongi.
"Kata Namjoon, dokter berkata Jin hyeong kelelahan, makanya harus diopname beberapa hari di rumah sakit..." sahut Hoseok.
"Aigoo... Ia kelelahan mengajar?"
"Molla..." sahut Hoseok.
"Araseo.. Nanti kita ke rumah sakit setelah pulang dari sini." sahut Yoongi.
"Kau tertidur lagi? Apa semalam kau membuat lagu lagi, hyeong?" tanya Hoseok sebelum ia keluar dari ruang kerja Yoongi.
Yoongi hanya menganggukan kepalanya sambil menguap. "Hoahhhmmmm..."
.
.
.
"Jin hyeong dirawat di rumah sakit! Habis makan tteokboki, kita jenguk Jin hyeong ya!" sahut Soobin sesampainya di kedai tteokboki sore itu.
"Jimin hyeong dan Jungkook hyeong akan kesana juga, jadi kita bisa naik mobil Jimin hyeong." sahut Yeonjun.
"Araseo... Memangnya, Jin hyeong sakit apa?" tanya Taehyun.
"Iya, apa sakitnya parah, hyeong?" tanya Kai sambil menatap wajah Soobin.
"Tensinya rendah, makanya harus diopname beberapa hari, Kai." jawab Soobin.
"Aigoo... Kasihan Jin hyeong..." sahut Beomgyu. "Berarti, hari ini Jin hyeong tidak mengajar?"
"Majjayo. Tadi ia tidak mengajar di kelasku.." sahut Yeonjun.
"Kata Namjoon hyeong, Jin hyeong mendadak pusing saat menyetir tadi pagi, dalam perjalanannya ke kampus. Jadi, Jin hyeong menepikan mobilnya dan meminta Namjoon hyeong menyusulnya, lalu mereka ke rumah sakit." sahut Soobin.
"Untung Jin hyeong berhenti! Kalau ia paksa terus menyetir, bisa – bisa terjadi kecelakaan, aigoo..." sahut Soobin lagi dengan ekspresi cemas.
"Pantas saja tadi Namjoon hyeong terburu – buru keluar dari rumah! Iya kan, Taehyun ah?" sahut Beomgyu sambil menatap ke arah Taehyun.
Taehyun menganggukan kepalanya. "Iya. Kukira ada kasus lagi, makanya Namjoon hyeong terburu – buru seperti itu."
.
.
.
"Mianhae, Namjoon ah... Kau jadi tidak masuk kerja hari ini demi menemaniku disini..." sahut Jin ketika ia membuka kedua matanya dan melihat Namjoon sedang memainkan ponselnya sambil duduk di kursi yang berada persis di sebelah ranjang Jin.
"Ah! Kau sudah bangun, hyeong?" Namjoon kaget mendengar suara Jin.
Jin sudah tertidur sejak beberapa jam yang lalu, dan Namjoon terus menjaga Jin di dalam kamar rawat inap itu.
Jin menganggukan kepalanya.
"Apa kau masih merasa lemas dan pusing, hyeong?" tanya Namjoon.
"Sedikit.. Tapi sudah jauh lebih baik dari tadi..." jawab Jin.
"Aigoo... Kata dokter, kau terlalu lelah dan kurang beristirahat, makanya kau ambruk begini.." sahut Namjoon.
"Aku memang benar – benar kurang tidur beberapa tahun belakangan ini..." sahut Jin.
Namjoon menatap wajah Jin dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Mianhae, hyeong.. Kalau saja aku bisa menangkap psikopat brengsek itu secepatnya, kau tidak akan terus menerus diganggu oleh arwah – arwah itu..."
Jin tersenyum sambil menatap Namjoon. "Sudah berapa kali kukatakan padamu, Namjoon ah.. Ini bukan salahmu.. Jinjja ya~ Memang aku terlahir dengan kemampuan sialan ini, makanya aku terganggu hampir setiap malam..."
"Tapi... Bukankah yang selalu mengganggumu adalah arwah – arwah dari korban psikopat biadab itu? Seandainya saja psikopat itu segera kutangkap, mungkin tidurmu bisa jauh lebih tenang, hyeong.. Dan kau tidak jatuh sakit seperti ini..."
Jin lagi – lagi tersenyum melihat ekspresi Namjoon yang penuh rasa bersalah itu. "Gumawo, Kim Namjoon.. Karena sudah sangat mencemaskanku, dan bahkan bersedia menjagaku seperti ini..."
Namjoon jadi ikut tersenyum mendengar ucapan Jin. "Aku janji, aku akan sesegera mungkin menangkap psikopat biadab itu!"
Jin menganggukan kepalanya. "Aku yakin, kau pasti bisa segera menangkapnya, Namjoon ah!"
"Ah... Teman – teman yang lain sudah kuberi tahu, mereka semua akan kesini sebentar lagi." sahut Namjoon.
"Gumawo, Namjoon ah.." sahut Jin, masih sambil tersenyum menatap Namjoon.
"Orang tuamu juga akan menjagamu malam ini disini, jadi aku bisa pulang dan memantau Taehyung semalaman..."
"Kau masih terus memantaunya setiap malam? Yaaaa! Bagaimana kalau kau berakhir terkapar di rumah sakit sepertiku ini?" sahut Jin dengan tatapan penuh rasa cemas.
"Gwenchana.. Aku selalu tidur setiap siang, tenang saja, hyeong. Apapun akan kulakukan demi sesegera mungkin menangkap psikopat jahanam itu."
"Tetap saja, kau jangan sampai kelelahan sepertiku, araseo?"
"Araseo.. Ah, hyeong. Apa kau tidak takut berada di rumah sakit? Bukankah ada banyak hantu berkeliaran disini? Apa sedari tadi tidak ada yang mengganggumu?" tanya Namjoon.
"Mereka hanya menggangguku jika aku sendirian, Namjoon ah.. Kalau tidak, mereka hanya sekedar lewat dan tidak menggangguku..." sahut Jin.
"Kalau begitu, kau jangan sampai sendirian. Pokoknya aku tidak mau pergi sebelum ada yang gantian menjagamu disini!" sahut Namjoon.
"Araseo.. Gumawo, Namjoon ah..."
.
.
.
Kelima bocah itu sudah duduk di kursi penumpang di mobil Jimin, sementara Jimin duduk di kursi penumpang yang berada di depan, dan Jungkook yang menyetir.
"Semoga kondisi Jin hyeong sudah jauh membaik..." sahut Soobin.
"Kau terlihat sangat cemas, Soobin ah.." sahut Jungkook sambil mulai menyalakan mesin mobil Jimin.
"Ia kan sangat mengidolakan dosen kesayangannya itu, hyeong." sahut Kai dengan ekspresi cemberut di wajahnya.
"Kai patah hati karena Soobin hyeong lebih menyukai Jin hyeong daripada Kai, hehehe" sahut Beomgyu sambil tertawa kecil.
"Cih! Siapa bilang.." gerutu Kai sambil mencubit pelan lengan Beomgyu.
Mobil itu pun mulai melaju menuju rumah sakit.
"Hoseok hyeong dan Yoongi hyeong juga dalam perjalanan kesana.. Rumah sakit akan menjadi sangat ramai malam ini, hahaha" sahut Jimin.
"Kurasa, malam ini Jin hyeong tidak akan bisa beristirahat karena satu gang menjenguknya bersamaan.." sahut Taehyun.
"Ah! Majjayo! Satu gang akan menjenguknya malam ini, hahaha" sahut Jimin sambil tertawa.
"Kurang satu orang, hyeong.." sahut Jungkook sambil fokus menyetir.
"Nugu?" tanya Jimin sambil menatap wajah Jungkook.
"Taehyung hyeong... Apa ia juga ke rumah sakit?" tanya Jungkook.
"Ah... Majjayo! Belum ada yang memberitahunya kurasa..." sahut Jimin.
"Haruskah aku mengabari Taehyung hyeong?" tanya Yeonjun.
"Kau yakin ia mau menjawab panggilanmu?" tanya Soobin.
"Ah... Majjayo... Ia tidak akan menjawab panggilanku..." sahut Yeonjun sambil menundukan kepalanya.
"Aku rindu Taehyung yang dulu..." sahut Jimin dengan nada lemah. "Dulu, ia selalu bermain sepanjang hari bersamaku..."
"Nado, hyeong.. Aku juga merindukan Taehyung hyeong yang dulu..." sahut Yeonjun dengan nada sedih.
.
.
.
Benar saja dugaan Jimin.
Malam itu, kamar Jin mendadak seperti menjadi tempat rapat warga.
Selain Taehyung, semua penghuni gang itu ada disana untuk menjenguk Jin.
"Syukurlah kalau kondisimu tidak parah, hyeong..." sahut Soobin sambil menatap sedih ke arah Jin yang tengah terbaring di atas kasurnya.
"Ia hampir menangis seharian ini karena mencemaskanmu, hyeong." sahut Yeonjun sambil tertawa kecil.
"Aku mendadak pusing berada di keramaian seperti ini... Aigoo.." sahut Yoongi sambil memegang kepalanya.
"Duduk saja disana kalau kau merasa pusing, hyeong.." sahut Namjoon sambil menunjuk ke arah sofa yang lumayan besar yang berada di sudut kamar tempat Jin dirawat.
"Untung kamarmu VIP, hyeong. Jadi, kau bisa menerima kunjungan tamu tanpa batasan, hehehe" sahut Hoseok sambil memotong apel dan pir untuk diberikan kepada Jin.
"Hyeong.. Apa kau yakin bisa tidur di kamar rumah sakit?" tanya Jungkook.
"Wae?" Jin memiringkan kepalanya sambil menatap Jungkook.
"Bukannya... Di rumah sakit.. Justru ada banyak hantu yang mengerikan? Para pasien yang meninggal disini sangat banyak.. Apa kau tidak takut melihat mereka?" tanya Jungkook.
"Yaishhh! Mengapa kau membuat Jin hyeong ketakutan, imma!" sahut Jimin sambil memukul pelan kepala Jungkook.
Jin tertawa.
"Tapi, ucapan Jungkook hyeong ada benarnya.." sahut Kai.
"Ada sesosok nenek tua yang sedari tadi menempel di punggungmu, Jungkook ah. Kau tidak merasakn apa – apa" sahut Jin tiba – tiba.
"Eomma! Aku mau pulang!" Justru Soobin yang berteriak kaget karena ketakutan.
Semua yang ada disana refleks menatap ke arah Soobin.
"Aku hanya bercanda, hehehe.. Lagipula, aku kan sedang menakuti Jungkook, bukan menakutimu, Soobin ah." sahut Jin.
Seisi kamar itu refleks tertawa.
"Hyeong..." Wajah Soobin mendadak menjadi agak kemerahan karena malu. Ia segera menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Membuat mereka semua tertawa lagi melihat ekspresi Soobin.
"Ah... Ada seseorang yang kurang disini..." sahut Namjoon. "Tidak ada yang mengajak Taehyung kesini?"
Semua terdiam.
"Siapa yang berani mengajaknya kesini, imma?" sahut Hoseok.
"Yeonjun tadi berniat mengajak Taehyung... Tapi, mana mungkin Taehyung mau menjawab panggilan Yeonjun." sahut Jimin.
"Ah.. Majjayo.. Aku lupa..." sahut Namjoon.
"Ssssstttt... Kalian.. Jangan berisik..." sahut Beomgyu tiba – tiba.
"Waeyo?" tanya Taehyun.
Beomgyu menunjuk ke arah sofa yang berada di sudut kamar. "Yoongi hyeong tertidur..."
"Aigoo... Bisa – bisanya ia tertidur di suasana seramai ini? Ckckckck..." sahut Jimin.
"Ia kan memang sering tertidur dimana saja dan kapan saja. Kurasa, ia terlalu sering bergadang membuat lagu hingga jarang tidur di malam hari.." sahut Hoseok.
"Yoongi hyeong juga sesekali keluar di malam hari dengan mobilnya.. Kurasa, ia menemukan tempat yang bagus untuk menjadi inspirasinya membuat lagu, tapi letaknya cukup jauh makanya sampai harus menyetir malam – malam.." sahut Beomgyu. "Kan, kalau hanya sekedar membeli kebutuhan atau sesuatu di mini market, biasanya ia selalu menyuruhku.."
"Pantas saja ia sering tertidur di ruang kerjanya kalau siang atau sore hari!" sahut Hoseok.
Namjoon mengernyitkan keningnya sambil menatap Beomgyu.
"Yoongi hyeong... Juga sering keluar di malam hari?" gumam batin Namjoon.
Namjoon tiba – tiba teringat akan suatu hal.
"Bukankah... Yoongi hyeong pindah kesini.. Pada tahun 2015?" gumam batin Namjoon lagi.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top