Chapter 9 - A Gift

Author's POV

"Pukul berapa sekarang?"

(Y/n) melirik jam dinding dengan matanya yang separuh terbuka. Setelah melihat jam di sana, ia pun kembali tidur. Namun, seketika ia tersadar. Gadis itu langsung menyibak selimut yang dikenakannya.

"Sial! Aku terlambat!" umpatnya kesal.

Ia segera berlari menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari tempat tidurnya. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin dari keran wastafel. Kulitnya berjengit ketika bersentuhan langsung dengan air dingin. Setelah itu, ia menggosok giginya.

"Di mana seragamku?" gumamnya sambil mencari di dalam lemari pakaiannya. Tetapi, seragamnya tidak ada di sana.

Gadis itu menoleh ke pintu kamarnya. Ternyata, ia menggantung seragamnya di sana. Ia segera mengenakannya dengan secepat kilat. Lalu, membuka pintu kamarnya dengan tergesa-gesa setelah mengambil tas sekolahnya yang duduk manis di dekat meja belajar.

"Kaa-san! Mengapa Kaa-san tidak membangunkanku?!" seru (Y/n) ketika ia keluar dari kamarnya.

Ia sudah benar-benar telat sekarang. Seolah membantunya untuk semakin sial hari ini, insomnia-nya tidak kambuh semalam. (Y/n) dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan apapun. Namun, karena itulah ia jadi terlambat sekarang.

"Kau mau ke mana, (Y/n)?" tanya ibunya seraya keluar dari dapur dengan celemek di tubuhnya.

"Aku ingin pergi ke sekolah sekarang!" sahut (Y/n) sambil mengenakan sepatunya. "Kaa-san tidak perlu membuatkan bekal! Aku akan beli di kantin saja!"

"Hari ini hari Minggu, (Y/n)."

Jantung (Y/n) seketika berhenti berdetak. Ia menatap ibunya bingung. Kiyoko yang berada di belakang ibunya sedang mati-matian menahan tawanya.

"SIALLL!!"

***

"Sudah, sudah. Jangan cemberut terus seperti itu, (Y/n)," ujar Kiyoko sambil menepuk-nepuk bahu adiknya.

(Y/n) terus menunduk. Ia merasa kesal sekarang. Kesal karena dirinya bangun pagi namun ternyata sekarang adalah hari Minggu. Juga kesal kepada dirinya sendiri. Mengapa ia bisa lupa jika hari ini adalah hari Minggu? Padahal hari Minggu merupakan hari yang ia tunggu-tunggu selama ia bersekolah dalam waktu satu minggu.

Selain karena itu, (Y/n) pun tidak bisa tertidur karena memikirkan perkataan Kenma kemarin. Ya, tentang pernyataan perasaannya itu. Hal itu sudah cukup membuatnya terus memikirkannya hingga tak bisa tertidur. Namun, pada akhirnya ia jatuh tertidur dengan mimpi yang aneh.

"Kiyoko Nee-chan."

"Ada apa?" Kiyoko menoleh.

(Y/n) menarik napas sebentar lalu menghembuskannya. "Kenma menyatakan perasaannya padaku."

Kiyoko terdiam. Lalu, tersenyum. "Apakah kau sudah menjawabnya?"

"Belum," (Y/n) menggeleng.

"Pikirkan saja dulu. Lagi pula, kalian memang berpacaran sekarang. Lalu, apa salahnya jika saling suka?"

(Y/n) terdiam sejenak. Masalahnya bukan hanya itu. Masih banyak yang lain dan tak bisa ia katakan. Hingga pada akhirnya pun, bibirnya terkunci dan tak mengatakan apa-apa.

***

"Ohayou, (Y/n)."

"O-Ohayou, Kenma," balas (Y/n) gugup.

Pagi ini, Kenma tiba-tiba datang ke rumah (Y/n) dengan sepedanya. Ia menyapa ibu (Y/n) yang membukakan pintu untuknya. Namun, karena Kenma hanya menunggu (Y/n) untuk pergi ke sekolah bersama, jadi ia tak masuk ke dalam rumah gadis itu.

"Naiklah."

Kenma sudah duduk di jok sepeda. Posisi tubuhnya sudah siap untuk mengayuh sepeda itu. (Y/n) pun mendekatinya perlahan. Lalu ia duduk di tempat untuk penumpang seperti biasa.

"Tidak seperti biasanya kau mengantarku ke sekolah," komentar (Y/n).

"Aku hanya ingin," sahut Kenma pelan.

(Y/n) terdiam lagi. Menurutnya, suasana saat ini terasa canggung baginya. Setelah kejujuran Kenma tentang perasaannya tiga hari yang lalu, (Y/n) pun mulai merasa canggung ketika berada di dekat lelaki itu. Contohnya seperti pagi ini.

Secara tak sengaja, Kenma melindas jalan yang permukaannya tidak rata. Membuat (Y/n) sontak merasa panik dan langsung mencengkeram erat seragam yang dikenakan Kenma.

"Maaf, (Y/n). Aku hampir mencelakanmu," ujar Kenma di saat keseimbangan sepedanya mulai stabil kembali.

"Tidak apa-apa." (Y/n) menghela napas lega.

Tak berapa lama kemudian, mereka pun akhirnya tiba di sekolah. Kenma memberhentikan sepedanya tepat di area parkiran. (Y/n) turun terlebih dahulu. Kemudian Kenma menstandarkan sepedanya setelah gadis itu turun.

"Arigatou, Kenma-kun," ucap (Y/n) pelan sambil memalingkan wajahnya yang memerah dari Kenma.

(Y/n) langsung berbalik dan cepat-cepat melangkah pergi. Namun, tangannya ditahan oleh Kenma. Gadis itu menoleh dan menatap lelaki itu bingung.

Lelaki bersurai pirang itu mendekati (Y/n). Gadis itu terlihat lebih pendek di saat mereka berdiri bersebelahan. Tangan Kenma mengulur ke arah kepala (Y/n). Ia memasangkan sebuah jepitan yang menjepit poni (Y/n).

"J-Jepitan itu untukmu. Aku ingin memberikannya tiga hari yang lalu saat aku ke rumahmu. Tapi, aku lupa. M-Maaf," jelasnya menyesal dengan nada gugup. Ada rona merah yang samar di wajahnya.

(Y/n) menyentuh jepitan rambut yang menjepit sisi kanan rambutnya itu. Raut wajahnya sudah memerah sejak tadi dan semakin bertambah merah akibat hadiah pemberian Kenma.

"T-Terima kasih, Kenma. Aku menyukainya," ucapnya pelan.

"Kau lebih menyukai jepitan itu daripada aku?" cetus Kenma tiba-tiba dengan nada datar.

Kedua tangan (Y/n) dikibaskan dengan panik di depan wajahnya. "B-Bukan begitu!" Ia berseru dengan panik jika Kenma bisa saja salah paham sekarang.

"Aku pergi ke kelas dulu," ujarnya sambil berlalu.

(Y/n) menatap kepergian Kenma dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Argh, sial! Ke mana perginya (Y/n) yang suka berkata to the point itu?!" serunya kesal sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Detik selanjutnya, (Y/n) meraba jepit rambut yang dijepit asal di rambutnya itu. Bahkan, jepit rambut itu hampir terlepas dari surainya. Ia tersenyum kecil mengingat bagaimana wajah Kenma yang malu-malu saat memberikannya jepitan itu.

Setidaknya, kini gadis itu memiliki sesuatu untuk dijadikan kenangan nanti.

***

Yo minna!

Cie yang senyum-senyum sendiri dari tadi.g🗿

Yang sudah baca serta vomment, terima kasih banyak🥺💕💞❤

Yang puasa hari ini, semoga lancar puasanya ya💃✨

Stay safe ya minna( ̄∇ ̄)

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top