Chapter 7 - Pudding

Author's POV

Hari ini jangan pergi ke sekolah dengan sepeda.

Isi pesan itu sudah Kenma baca berkali-kali. Ia tak habis pikir dengan gadis itu. Ya, gadis yang sudah menempatkan posisi sebagai pacarnya sekarang.

Karena Kenma tidak tahu harus menjawab apa, ia hanya membaca pesan yang (Y/n) kirim pagi tadi. Dan, ya, ia pun memutuskan untuk menuruti keinginan gadis itu dan berangkat dengan bus saja.

"Kau tidak mengendarai sepedamu hari ini, Kenma? Tidak seperti biasanya."

Mendengar suara wanita di belakangnya, Kenma menoleh. "Tidak, Kaa-san. Aku akan naik bus saja untuk hari ini."

Ibunya Kenma hanya bisa memperhatikan anaknya yang tengah mengenakan sepatu. Ia tidak berkomentar apa-apa lagi dan membiarkan Kenma melakukan apa yang ia mau.

"Ittekimasu."

"Hati-hati!"

***

"Kau benar-benar tidak membawa sepedamu ya?"

Kenma yang baru saja melangkah memasuki gerbang sekolahnya disambut oleh (Y/n). Gadis bersurai (h/c) itu terlihat senang karena Kenma menuruti sesuai dengan pesan yang ia kirimkan tadi pagi.

"Ya. Aku meninggalkannya di rumah."

"Kau itu anak yang penurut sekali, Kenma," komentar (Y/n).

"Aku hanya tak ingin terlibat masalah. Lagi pula, memangnya kau akan membiarkanku jika aku tetap mengendarai sepeda ke sekolah?" jawabnya seadanya.

"Tidak." (Y/n) terkekeh.

"Mengapa kau menyuruhku untuk jangan mengendarai sepeda ke sekolah?" tanya Kenma lagi. Mereka menyingkir ke tepi, tepat di bawah pepohonan yang rimbun.

"Kau akan tahu nanti sepulang sekolah. Sudah ya, aku pergi menemui Yachi dahulu!"

Gadis itu melenggang pergi dengan langkah kakinya yang ringan. Meninggalkan Kenma di dalam kebingungan yang melandanya.

***

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi beberapa detik yang lalu. (Y/n) segera memasukkan semua peralatan tulisnya ke dalam tas. Lalu, ia langsung pergi meninggalkan kelas. Yachi yang duduk di belakangnya hanya bisa terdiam melihat tingkah laku (Y/n). Namun, kemudian ia hanya tersenyum maklum.

Tepat pada saat (Y/n) tiba di luar kelas, Kenma pun juga sama. Lelaki itu sedang memainkan Nintendo Switch-nya sambil berjalan menjauhi (Y/n).

Menyadari jika Kenma tak akan melihatnya, (Y/n) pun berlari kecil ke arahnya. Menarik tangannya ke arah berlawanan dengan arah yang dituju oleh Kenma. Karena dirinya sudah ditarik oleh (Y/n), Kenma pun hanya bisa pasrah.

"Kita mau ke mana, (Y/n)?" tanya Kenma ketika akhirnya mereka berhenti berlari.

"Ke suatu tempat."

"Apakah hari ini kita benar-benar akan pergi?"

Tanpa menoleh, (Y/n) pun menjawab, "Ya. Kau tak punya urusan lain kan?" Ia memastikan.

Kenma menggeleng, "Aku tidak memiliki urusan apapun hari ini."

"Baguslah jika begitu." (Y/n) tersenyum kecil.

"Memangnya kita akan pergi ke mana? Kau sampai menyuruhku untuk tidak membawa sepeda pagi tadi."

"Sudah kubilang, ke suatu tempat. Kau akan mengetahuinya nanti," jawab (Y/n) tanpa berniat memberitahu Kenma tujuan mereka yang sebenarnya.

(Y/n) dan Kenma duduk di halte bus yang berada tak jauh dari depan sekolah. Mereka duduk dengan manis seraya menunggu bus yang dapat mengantar mereka ke tempat tujuan tiba.

"Kau tidak bertanya lagi ke mana kita akan pergi?" ucap (Y/n) iseng.

"Tidak. Kau pasti tidak akan menjawabnya kan?" Kenma menyahut.

(Y/n) tertawa karena gemas dengan tingkah laku Kenma. "Ya, aku tidak akan menjawabnya. Sudah, kau cukup mengikutiku saja. Tenanglah, kita tidak akan tersesat."

"Baiklah."

Bus yang mereka tunggu pun akhirnya tiba. (Y/n) dan Kenma duduk di salah satu kursi penumpang dengan berdampingan. Kenma sibuk memperhatikan keadaan di sekitarnya. Sampai-sampai ia tak menyadari (Y/n) yang terkantuk-kantuk di sampingnya. Ia baru sadar ketika gadis itu sudah tertidur pulas dengan bahu Kenma sebagai sandaran kepalanya.

Kenma tak berniat mengangkat kepala (Y/n). Ia justru memperbaiki posisi kepala gadis itu agar menjadi lebih nyaman. Kenma sama sekali tak berani untuk bergerak karena khawatir jika dapat membangunkan (Y/n).

Setelah beberapa lama duduk dalam posisi yang membuatnya cukup pegal, akhirnya bus itu berhenti di sebuah halte. Secara otomatis dan entah bagaimana caranya, (Y/n) pun terbangun. Ia mengucek matanya sebentar lalu bangkit berdiri.

"Ayo, kita harus turun."

Kenma ikut bangkit berdiri dan menuruni bus mengikuti jejak (Y/n). Mereka menyusuri trotoar yang tidak terlalu besar namun nyaman untuk dilewati. (Y/n) berjalan tepat di samping Kenma. Gadis itu terlihat mungil jika berada di samping Kenma yang bertubuh jangkung.

"Akhirnya kita sampai!" seru (Y/n) antusias.

Sebuah bangunan cafe yang mungil berada di hadapan mereka. Cafe itu bergaya minimalis dengan cat berwarna putih pada bangunannya. Di bagian luar, terdapat beberapa meja dan kursi yang dilengkapi dengan payung yang cukup besar. Meja dan kursi tersebut terbuat dari kayu. Melengkapi warna dasar cafe, yaitu putih.

"Ayo masuk."

(Y/n) dan Kenma segera menuju kasir. Mereka memesan makanan dan minuman yang mereka inginkan. Setelah membayarnya masing-masing, mereka pun memutuskan untuk duduk di dalam cafe dibandingkan di luar cafe.

"Kau tak memesan makanan?" tanya (Y/n) pada Kenma. Ya, gadis itu sempat mendengar apa pesanan Kenma tadi.

"Tidak. Aku tidak terbiasa untuk makan sepulang sekolah," jawab Kenma.

"Ah, pengetahuan baru tentang Kenma," gumam (Y/n) pelan sambil mengingatnya di dalam otaknya.

"Apa yang tadi kau katakan?" Kenma menatap (Y/n) bingung.

"Tidak. Bukan apa-apa."

(Y/n) memandangi pemandangan di luar jendela selama beberapa saat. Lalu, ia menoleh pada Kenma lagi.

"Terima kasih karena kau tidak menggeser kepalaku dari bahumu," ujarnya tiba-tiba mengingatkan Kenma pada tubuhnya yang pegal.

"Tidak masalah bagiku."

Percakapan mereka tertunda sejenak di saat seorang pelayan mengantarkan pesanan mereka. Pelayan itu berlalu tak lama setelah meletakkan semua pesanan mereka ke atas meja.

"Kau suka pudding?" Kenma bertanya sesaat setelah ia melihat sepiring pudding dengan vla berwarna putih di atasnya.

"Ya. Ini makanan favoritku. Dan, semenjak kau menjadi pacarku, aku semakin menyukai pudding."

"Mengapa bisa begitu?" Kenma penasaran.

"Karena warna rambutmu mengingatkanku dengan pudding," Ia terkekeh. "Bagaimana denganmu? Apa makanan kesukaanmu, Kenma?"

"Apple pie. Itu makanan kesukaanku."

(Y/n) mengangguk-angguk seraya memasukkan informasi penting itu ke dalam otaknya.

Kenma meraba surainya sendiri. Mengingat perkataan (Y/n) tadi, ia pun tersenyum tipis. Tetapi, (Y/n) sempat melihatnya.

"Kenma."

Kenma menengadahkan kepalanya dan menatap (Y/n).

"Tersenyumlah lebih lebar. Kau pelit sekali di saat tersenyum," protes (Y/n).

(Y/n) mengeluarkan ponselnya dari dalam tas sekolahnya. Lalu ia mengarahkannya ke arah wajah Kenma.

"Ayo, tersenyumlah."

Awalnya, Kenma merasa kikuk. Namun, pada akhirnya ia pun tersenyum tepat di saat bunyi kamera di ponsel (Y/n) terdengar. Yah, setidaknya senyumnya bertambah lebar beberapa milimeter.

"Untuk apa kau memotretku?" tanya Kenma heran.

"Untuk kujadikan wallpaper ponselku," jawab (Y/n) jujur.

Alhasil, Kenma melarangnya, namun tak digubris oleh (Y/n). Gadis bersurai (h/c) itu justru berkata, "Jika kau mau wallpaper dengan foto wajahku, aku bisa memberikannya padamu."

"Aku mau," jawab lelaki itu cepat.

(Y/n) menoleh padanya dengan tatapan tak percaya. Ia hanya bercanda, namun ia tak mengira Kenma menginginkannya.

"L-Lebih baik kita wefie saja," usul (Y/n). Ia hanya terlalu malu jika wajahnya terpampang di layar ponsel milik Kenma.

Kenma tak menolak. Ia mendekat pada (Y/n). (Y/n) tersenyum lebar dengan Kenma yang tersenyum samar di sampingnya.

Klik!

Momen itu pun terabadikan.

***

Yo minna!

Sudah lama cerita ini gak up🗿

Yang udah baca dan juga vomment, terima kasih!!🥺💖✨

Semangat puasanya ya! ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top