Chapter 10 - Worry and Sorry

Author's POV

"Kenma, kau ingin pergi ke mana?!" tanya (Y/n) sambil mengejar Kenma yang mulai berjalan menjauh.

Kenma tak menyahut. Ia hanya terus berjalan menjauh. Namun, ketika sebuah pintu yang bercahaya muncul di depannya, ia berhenti dan menoleh ke belakang.

Tatapannya yang sendu tertuju kepada (Y/n). Gadis itu hanya bisa terdiam. Ia masih terlalu bingung hanya untuk mengucapkan satu patah kata.

"Aku akan pergi ke tempat yang jauh. Jangan bersedih jika aku sudah tidak bersamamu lagi," ucap lelaki itu.

Ia menatap (Y/n) lagi. Melemparkan senyum tipis ke arahnya, lalu berbalik dan berjalan memasuki pintu itu.

"Kenma!"

***

"(Y/n), kau tak apa-apa?!"

Seruan itu membangunkan (Y/n) dari mimpi buruknya. Raut wajah khawatir milik Kiyoko terpampang di depannya ketika ia membuka matanya. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Pandangan (Y/n) terasa berkunang-kunang ketika ia menatap langit-langit kamarnya.

"Demammu tinggi sekali. Tiga puluh delapan derajat. Apa saja yang kau lakukan?" Kiyoko berkacak pinggang sambil menatap (Y/n) dengan heran.

"Tidak ada," jawabnya dengan suaranya yang terdengar serak.

Mimpi buruknya tadi sudah cukup membuatnya sakit. Bukan, bukan sakit secara fisik. Namun, hatinya akan sakit jika mimpi itu benar-benar kenyataan.

"Minum dulu, (Y/n)." Kiyoko menyodorkan segelas air putih kepada (Y/n). (Y/n) bangun untuk duduk bersandar pada tempat tidurnya.

"Jarang sekali aku melihatmu dalam kondisi seperti ini, (Y/n). Cepatlah sembuh," ujar Kiyoko sambil mengusap surai (h/c) milik adiknya.

"Nee-chan," panggil (Y/n) sebelum Kiyoko menutup pintu kamarnya.

Kiyoko membatalkan niatnya untuk menutup pintu. Ia menoleh lagi pada (Y/n). "Apa?"

"Jangan beritahu Kenma jika aku sedang sakit sekarang," pinta (Y/n) pada kakaknya itu.

Kiyoko terdiam sejenak. Lalu, ia mengangguk paham.

"Terima kasih, Nee-chan."

Kiyoko tersenyum simpul. Lalu ia keluar dari kamar (Y/n).

Sebenarnya (Y/n) masih merasa mengantuk. Namun, ia khawatir jika ia akan melihat mimpi yang sama dengan yang tadi. Pikirannya masih dipenuhi oleh perasaan-perasaan tak enak tentang Kenma.

Apakah aku harus menghubunginya? pikir (Y/n).

Kemudian ia menggeleng. Menolak kuat-kuat apa yang otaknya pikirkan tadi. Tidak, ia tidak boleh menghubungi Kenma. Ia masih tak tahu harus menjawab apa jika tiba-tiba Kenma mengutarakan perasaannya lagi kepadanya. Lagi pula, Kenma akan khawatir jika lelaki itu tahu (Y/n) sedang sakit sekarang.

(Y/n) menoleh ke kanan. Ke arah meja nakas di samping tempat tidurnya. Di atas sana, pandangannya tertuju pada sebuah jepitan rambut dengan hiasan berbentuk kepala kucing berbulu cokelat muda. (Y/n) mengambilnya. Detik selanjutnya, ia mulai larut dalam pikirannya sendiri.

***

Kenma menelusuri koridor sekolah dengan tergesa-gesa. Pasalnya, sejak pagi tadi, ia tak melihat (Y/n) di manapun. Padahal biasanya gadis itu akan menyapanya di pagi hari dan mengajaknya makan siang ketika jam istirahat. Namun, di saat bel istirahat telah berbunyi, (Y/n) masih belum menampakkan batang hidungnya.

Karena Kenma sudah tak tahu harus mencari ke mana lagi—ia juga sudah mencari ke seluruh ruangan di dalam gedung sekolah—akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Yachi. Ia baru teringat dengan teman (Y/n) itu beberapa detik yang lalu. Ah, mungkin ini karena ia terlalu khawatir dengan gadis itu dan langsung mencarinya seorang diri.

Kenma menetralkan detak jantungnya. Ia tak pernah suka dengan hal yang dinamakan "berlari". Karena jika ia berlari, ia akan merasa lelah. Dan, itu juga salah satu faktor yang menyebabkan mengapa ia tak suka kedua hal yang saling berkaitan itu.

Namun, karena kali ini ia melakukannya untuk (Y/n), maka ia pun tak merasa lelah secepat itu.

"Kozume-kun?"

Mendengar suara feminin dari sampingnya, Kenma langsung menoleh. Yachi berdiri di sana dengan setumpuk buku di tangannya.

"Oh, Yachi," Ia diam sejenak. "Apakah kau tahu mengapa (Y/n) tak ke sekolah hari ini?" tanyanya meminta penjelasan.

"Ah, dia sakit. Ibunya memberitahuku tadi pagi," jawab Yachi sambil membenarkan letak tumpukan buku di tangannya yang hampir terjatuh.

"Sakit?"

"Ya."

Mengapa (Y/n) tidak memberitahuku jika ia sakit? pikirnya dalam hati.

Kenma mengabaikan pemikirannya sendiri dan mengambil setumpuk buku dari tangan Yachi. Ia tahu Yachi perlu bantuan saat itu juga.

"Buku-buku ini perlu dibawa ke mana?" tanya Kenma ketika mereka mulai berjalan di koridor.

"Ke ruang perpustakaan. Buku-buku ini hasil pinjaman dari sana," jawab Yachi sambil menaiki tangga.

Kenma menyusul di belakangnya. Mendadak, ia ingin cepat pulang sekolah hari itu.

***

"Aku tidak mau! Obat itu pahit, Kaa-san!" seru (Y/n) sambil merapatkan mulutnya kuat-kuat.

"Kau harus meminumnya agar cepat sembuh, (Y/n)," balas ibunya seraya mendekatkan obat itu ke mulut anaknya.

(Y/n) menggeleng kuat. Lalu, ia membalikkan tubuhnya dan berlindung di balik selimut tebalnya.

"Kiyoko, tolong Nak," pinta Kaa-san.

"Baik, Kaa-san."

Kiyoko mendekat pada (Y/n), lalu ia menyibak selimut tebalnya. "Jika kau tak meminum obat itu, aku akan bilang pada Kenma jika kau sedang sakit," ancamnya.

(Y/n) pun akhirnya pasrah. Ancaman kakaknya itu telah berhasil menghancurkan pertahanannya dalam sekejap. Ia menelan obat yang pahitnya luar biasa itu ke dalam kerongkongannya. Lalu segera meneguk air putih sebanyak mungkin untuk menghilangkan rasa pahit di mulutnya.

"Beristirahatlah, (Y/n)."

Kaa-san tersenyum lalu mengusap surai (Y/n). Kemudian, dirinya dan Kiyoko berlalu dari sana.

(Y/n) berbaring sambil termenung. Mendadak pikirannya dipenuhi oleh Kenma. Semuanya tentang lelaki itu. Wajahnya, senyum samarnya, tawanya yang pelan, suaranya. Bahkan saat ini (Y/n) pun mendengar suara Kenma dari luar kamarnya. Ah, ia sudah terlalu dalam memikirkan lelaki itu hingga berhalusinasi mendengar suaranya sekarang.

Tunggu dulu. Mengapa suara lelaki itu benar-benar terdengar nyata?

Karena ia panik saat suara pintu dibuka, kepala (Y/n) terbentur sandaran tempat tidurnya yang terbuat dari kayu. Ia hanya bisa menahan rasa sakitnya sambil berpura-pura tidur. Sungguh, menahan rasa sakit sambil berakting itu sangat sulit.

"(Y/n)."

Suara yang tadi ia bayangkan kini benar-benar masuk ke dalam telinganya. Membuat (Y/n) semakin tak ingin membuka matanya.

"Maaf karena aku baru tahu kau sedang sakit hari ini," ujarnya lagi.

(Y/n) membuka matanya yang berada di balik selimut. Posisinya memunggungi Kenma saat ini. Ia tak tahu bagaimana ekspresi Kenma saat mengatakan kalimat itu. Namun, ia juga penasaran. Tetapi, ia tak ingin bertemu Kenma karena perasaannya yang masih belum pasti ini.

"Jangan menghindariku terus, (Y/n). Kau tahu? Rasanya sakit."

Jantung (Y/n) terasa mencelos. Ia masih diam di posisi yang sama. Ia masih ingin mendengarkan apa yang akan Kenma katakan. Karena ini adalah pertama kalinya Kenma berkata jujur tentang isi hatinya. Selain tentang mengungkapkan perasaannya pada (Y/n) waktu itu, tentunya.

"Maaf jika perasaan yang kusampaikan padamu membuatmu merasa tak nyaman. Namun, apa yang kukatakan waktu itu adalah benar-benar apa yang kurasakan," ujar Kenma sambil menunduk. Menatap ke arah selimut (Y/n) yang berwarna (favorite color).

(Y/n) sudah tak tahan. Selain karena rasa sakit di kepalanya akibat ciuman dengan sandaran tempat tidur tadi dan ia juga sudah tak mampu akting lebih lama lagi, gadis itu menyibak selimutnya lalu menghambur memeluk lelaki itu.

Kenma awalnya terkejut, namun ia membalas pelukan (Y/n). Membiarkan rasa hangat dari tubuh gadis itu menjalar kepada dirinya.

"Maaf karena aku menghindarimu. Maaf karena aku tak memberitahumu jika aku sakit. Maaf karena aku telah membuatmu kecewa dan terluka. Maaf, Kenma."

Kenma tersenyum dari balik punggung (Y/n). Senyumnya benar-benar tulus meskipun gadis itu tak dapat melihatnya.

"Tidak apa. Aku memaafkanmu. Aku juga ingin meminta maaf."

Kenma diam sejenak sebelum berkata, "Aku mencintaimu. Sangat."

***

Yo minna!

Spoiler dikit, cerita ini bentar lagi tamat💃✨

So, stay tuned terus dan jan ke mana-mana ya!🥺

Oh ya, yang sudah baca dan juga vomment hingga chapter ini, arigatou gozaimashita!!🤧❤✨

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top