CHAPTER 7

Title: BANGTAN HORROR CAMP

Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook

Lenght: Chapter Part

Rating: 15+

Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]

CHAPTER 7

.

Di salah satu ranting pohon yang cukup tebal di pohon besar itu.

Tubuh Kyungsoo tergantung, bersimbah darah. Tak bernyawa.

Kedua bola matanya sudah hilang dari liang matanya, membuat kedua liang matanya dan seluruh wajahnya dipenuhi darah.

Sekujur tubuhnya dipenuhi banyak luka sayatan.

Dan yang lebih mengenaskannya adalah...

Di tubuh Kyungsoo yang tergantung tak bernyawa itu, tidak ada kedua kaki ataupun kedua tangannya.

Karena potongan kedua kaki dan potongan kedua tanganya.. Tergantung di ranting-ranting yang agak kecil yang berada di bawah ranting besar itu.

Bau anyir darah tercium dengan sangat kuat di area itu.

"Hoeeeeeeeeekkkksss..." Jin langsung muntah saat itu juga karena takut dan mual.

Wajah Jimin menjadi sangat pucat, sementara Hoseok sudah terkapar pingsan dalam pelukan Yoongi.

"Kyungsoo!" pekik Taehyung. Air mata mulai membasahi wajah Taehyung.

"Pasti pelakunya memang ada di dekat sini! Atau memang.. Salah satu di antara kita.." sahut Yoongi sambil berusaha menahan tubuh Hoseok yang pingsan dalam pelukannya.

Semua mata tertuju ke arah Lee Joon dan Jongsuk.

"Mengapa kalian semua menatapku?" tanya Jongsuk.

"Lee Joon hyeong yang berteriak kali ini, berarti pelakunya bukan dia.." sahut Namjoon.

"Bisa saja ia pelakunya dan berpura-pura ketakutan agar tidak dituduh!" sahut Jungkook.

"Mengapa kalian jadi menatap kami seperti itu?" tanya Lee Joon ketika menyadari kini semua peserta perkemahan yang tersisa tengah menatapnya dan Jongsuk dengan tatapan curiga.

"Kalau bukan kalian, lalu siapa lagi? Hanya kalian yang tahu lokasi terpencil ini!" sahut Taehyung.

"Kami juga ketakutan asal kalian tahu!" sahut Lee Joon.

Kulit putih pucat milik Jongsuk makin terlihat pucat kali ini. "Apa benar... Ada psikopat gila yang berkeliaran di sini?"

"Kau sedang membicarakan dirimu sendiri, hyeong?" tanya Yoongi sambil menatap Jongsuk.

"Aku berani bersumpah aku tidak tahu apa-apa!" Kali ini Jongsuk mulai lepas kendali atas emosinya.

Suasana hening seketika. Jongsuk, yang biasanya selalu terlihat tenang, kali ini mulai terlihat emosi.

Lee Joon pun terkejut melihat ekspresi Jongsuk kali itu.

"Kalau memang aku pelakunya, mengapa tidak kuhabisi kalian secara langsung? Bukankah kalian tidak tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanya Jongsuk sambil berusaha mengatur emosinya.

Semua peserta terus terdiam. Begitu juga dengan Lee Joon.

Untuk beberapa saat lamanya, suasana menjadi sangat hening.

"Menurutku, ketimbang menuduh siapa pelakunya diantara kita, sepertinya yang terpenting saat ini adalah memperkuat keamanan.. Jangan ada yang keluar dari area ini sendirian, mengerti?" sahut Lee Joon. "Bukankah sudah ku peringatkan sejak kemarin, jangan pernah pergi sendirian atau nyawa kalian taruhannya!"

Yoongi mengernyitkan keningnya.

Beberapa peserta perkemahan yang tersisa menganggukan kepalanya.

Dan kini Lee Joon menatap Taehyung.

"Apa kau sama sekali tidak tahu bagaimana Kyungsoo keluar dari tenda semalam hingga nasibnya senaas ini?" tanya Lee Joon.

Taehyung menundukkan kepalanya. "Semalam, ia tiba-tiba mengajakku kabur bersama. Ia bilang... Ia tidak tahan harus merasa ketakutan seperti ini..."

Semua tatapan kini menatap Taehyung.

"Lalu? Mengapa hanya ia yang berakhir tragis begini?" tanya Namjoon.

"Aku... Tidak mau mengikutinya kabur dari sini.. Aku tahu, justru aku tidak akan selamat jika aku pergi dari sini. Berdiam disni bersama kalian justru jalan yang terbaik untuk selamat.." sahut Taehyung.

"Kau tidak berusaha mencegah Kyungsoo?" tanya Jungkook.

"Aku sudah berusaha mencegahnya, aku bahkan memohon agar ia menemaniku saja di tenda, tapi ia bilang ia benar-benar tidak bisa berdiam diri disini, makanya ia memilih untuk kabur.." sahut Taehyung, masih sambil menundukkan kepalanya.

"Mengapa kau tidak membangunkan aku ataupun Lee Joon hyeong? Kami kan bisa membantumu mencegah Kyungsoo!" sahut Jongsuk.

Taehyung mengangkat kepalanya dan menatap Jongsuk. "Kami berpikir, kalian berdua pelakunya! Makanya Kyungsoo berjalan sangat pelan agar tidak diketahui kalian bahwa ia pergi dari sini!"

Suasana kembali hening seketika.

Jongsuk memejamkan kedua matanya, begitu juga dengan Lee Joon.

"Jadi, kalian benar-benar mencurigai kami?" tanya Jongsuk sambil memijat pelan keningnya.

"Besok hari terakhir perkemahan ini berlangsung. Mobil van itu akan datang kesini menjemput kita. Akan kami buktikan bahwa kami sama sekali tidak tahu apa-apa. Besok kita bisa pulang dari tempat mengerikan ini dan kami akan memulangkan kalian ke rumah masing-masing dengan selamat, jadi kumohon, seharian ini hingga besok pagi, jangan ada seorangpun yang berkeliaran sendirian lagi, araseo?" sahut Lee Joon dengan ekspresi sangat serius.

Tak lama kemudian, mereka kembali ke tenda masing-masing untuk menenangkan diri mereka.

.

.

.

DUA JAM SEBELUM SANDEUL MENINGGAL

Malam sudah semakin larut.

Pukul 11.13 PM, Sandeul terbangun karena ada seseorang yang memanggilnya dari luar tenda.

"Uh? Nugu?" gumam Sandeul sambil mengucek pelan kedua matanya.

Sandeul berencana ingin membangunkan Jin untuk menemaninya, namun Jin terlihat tertidur sangat lelap dengan earphone masih menempel di kedua lubang telinganya.

Toh, suara yang memanggilnya itu adalah suara seseorang yang dikenalnya. Jadi, untuk apa Sandeul harus merasa takut?

Sandeul berjalan keluar tenda dan menemui pria yang memanggilnya itu.

"Ada apa?" tanya Sandeul.

"Sejak tadi sore, ada yang ingin kutanyakan padamu.. Apa bisa kau ikut sebentar bersamaku?" tanya pria itu.

"Ikut kemana? Ini sudah malam..." sahut Sandeul.

"Kudengar, udara malam di hutan sangat menyegarkan.." sahut pria itu. "Lagipula, aku tidak akan mengajakmu terlalu jauh, hanya di sekitar sini saja.."

"Araseo.. Kajja~" sahut Sandeul sambil merapatkan jaketnya karena udara malam itu sangat dingin.

Mereka berjalan-jalan sejenak sambil membahas beberapa hal.

Dan tiba-tiba saja, ketika mereka sudah berada agak jauh dari area perkemahan...

BUK!

"Arggghhhhhhhhhhhhhhhh..."

Pria itu, diam-diam, dari belakang Sandeul, memegang sebuah batu yang tidak terlalu besar namun sangat tajam dan langsung saja memukul kepala Sandeul dengan sangat keras hingga kepala Sandeul langsung mengeluarkan darah sangat banyak.

"Arrrghhhhhhhhhh.." Sandeul terus merintih kesakitan sambil memegang kepalanya yang bocor itu.

Pria itu berdiri di dekat Sandeul, sambil menatap ke arah Sandeul dengan sebuah seringai yang sangat mengerikan.

"Mengapa kau... Arghhhh... Mengapa kau melakukan ini?" pekik Sandeul.

"Karena kau membuatku kesal hari ini.. Dan aku paling benci jika ada yang membuatku kesal.." sahut pria itu dengan nada sangat dingin.

"Kau..." sahut Sandeul dengan nada lemah. Tubuhnya semakin lemah karena banyaknya darah yang keluar dari kepalanya.

Dan pria itu, tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Sebuah pisau lipat kecil yang sangat tajam.

Sambil menyeringai, pria itu berjongkok dan menatap Sandeul.

"Kau.. Mau.. Apa lagi?" tanya Sandeul denga kesadaran yang semakin menurun.

"Aku? Ingin mendengarkanmu berteriak kesakitan... Rasa sakit yang kau rasakan adalah melodi yang sangat indah di telingaku.." sahut pria itu sambil menyeringai.

"An... dwe..."

Sebelum Sandeul sempat menyelesaikan ucapannya, pisau lipat itu sudah menyayat pipi kirinya.

"ARRRRGGHHHHHHHHHHHHHH!"

Membuat darah segar berwarna merah menetes dari luka sayatan di pipi kiri Sandeul.

Pria itu memejamkan kedua matanya, menikmati semua teriakan yang keluar dari mulut Sandeul.

"Tidak akan ada yang bisa mendengarmu.. Karena kita di tengah hutan, dan area ini cukup jauh dari area perkemahan.." sahut pria itu.

"Psikopat.. Gila... Kau.. Arghhhhhhhhhhhh!"

Sayatan lainnya mendarat di hidung Sandeul kali ini.

Dan pria itu terus menambah sayatan-sayatan di wajah Sandeul sambil menyeringai puas karena teriakan Sandeul terdengar begitu merdu di telinganya.

"ARGGGHHHHHHHHHHHHH!"

Darah mulai membasahi seluruh wajah Sandeul.

Dan kini, tangan pria itu mulai turun ke tubuh Sandeul.

Pria itu membuka jaket dan kaos yang dikenakan Sandeul, lalu ia mulai asik menyayat-nyayat bagian dada Sandeul dengan nikmatnya, seolah ia tengah asik bercinta.

Sementara teriakan Sandeul semakin melemah akibat kesadarannya yang semakin menurun.

Setelah puas bermain dengan area dada Sandeul, ia langsung, tanpa ampun, menusukkan pisau lipat kecil yang sangat tajam itu ke perut Sandeul.

Lalu, ia mencabut pisau itu, membuat darah mengalir sangat deras dari lubang bekas tusukan itu.

Dan pria itu memejamkan matanya, menikmati rintihan Sandeul dan bau darah yang menyengat itu.

Tak lama kemudian, Sandeul benar-benar sudah tidak sadarkan diri.

Saat itulah, pria itu dengan asiknya menyayat urat nadi di pergelangan tangan Sandeul, dan darah pun semakin banyak keluar dari tubuh Sandeul.

Setelah memastikan Sandeul sudah tidak bernafas, ia menyeret tubuh Sandeul ke area perkemahan.

Namun, ternyata mayat ular yang tadi menggigit Taehyung dan dibunuh Jongsuk itu ikut terseret bersama dengan tubuh Sandeul.

Jadi, pria itu sekalian menyayat-nyayat mayat ular yang sudah mati itu, lalu menggantungkan mayat ular dan tubuh Sandeul di atas pohon dekat area perkemahan.

"Pemandangan yang sangat indah dan artistik..." gumam pria itu sambil menyeringai menatap mayat Sandeul dan ular yang tergantung mengenaskan di hadapannya.

.

.

.

"Hyeong.. Apa benar bukan Jongsuk hyeong atau Lee Joon hyeong pelakunya?" tanya Jungkook sambil menatap Jimin.

"Molla, Jungkook ah... Aku... Aku benar-benar tidak tahan lagi harus melihat mayat-mayat mengenaskan begitu.. Aku ingin tidur saja rasanya seharian ini agar besok segera tiba dan kita bisa kembali dengan mobil van itu..." sahut Jimin.

Jungkook mengusap-usap pelan punggung Jimin, menenangkan sunbaenya itu.

Tiba-tiba, Yoongi masuk ke dalam tenda Jungkook dan Jimin.

"Uh? Yoongi hyeong? Ada apa?" tanya Jungkook.

"Aku boleh kan disini sejenak?" tanya Yoongi.

"Kenapa dengan tendamu, hyeong?" tanya Jimin.

"Hoseok tertidur pulas.. Sangaaaat pulas. Sampai mendengkur. Sementara aku harus membuat lagu. Aku tidak bisa berkonsentrasi mendengar dengkuran Hoseok." sahut Yoongi dengan gaya swagnya.

"Mengapa kau tidak membuat lagu di alam terbuka? Bukankah biasanya lebih menginspirasi?" sahut Jungkook.

"Aku takut. Psikopat sialan itu masih berkeliaran di sekitar sini. Bagaimana kalau ia menghabisiku ketika melihatku duduk sendirian di luar sana?" sahut Yoongi.

"Benar juga katamu, hyeong. Tapi, bukankah pernah kau bilang akan menyenangkan kalau perkemahan ini menjadi semacam survival game menghindari psikopat?" tanya Jimin.

"Taehyung hyeong dan Kyungsoo hyeong juga pernah berkata begitu kan.." sahut Jungkook.

Yoongi menatap Jungkook dengan tatapan tajam.

"Justru karena itu, aku jadi semakin takut. Kyungsoo sudah menjadi korban atas ucapan tidak bertanggung jawabnya. Bagaimana jika psikopat sialan itu tengah mengincarku dan Taehyung saat ini karena sempat mendengar ucapan kami tentang serunya survival semacam itu?" sahut Yoongi.

"Ah! Majjayo! Itu masuk akal, hyeong.. Setelah Kyungsoo hyeong, maka target sasaran berikutnya dari psikopat gila itu kemungkinan adalah kau dan Taehyung.." sahut Jimin.

"Karena itu aku tidak akan berkeliaran sendirian..." sahut Yoongi.

"Baiklan, silakan mengerjakan pekerjaanmu sebagai composer di tenda ini.." sahut Jungkook.

.

.

.

Jin tengah tertidur dengan sangat lelap siang itu.

Trauma yang dialami Jin semakin parah setelah melihat mayat Kyungsoo pagi tadi.

Namjoon menatap wajah Jin yang tengah terlelap itu.

Berbagai pertanyaan berkeliaran di benak Namjoon.

"Kalau bukan Jongsuk hyeong atau Lee Joon hyeong, lalu siapa? Peserta lainnya? Mana mungkin!" gumam Namjoon.

Namjoon sendiri sebenarnya sudah merasa sangat ketakutan, tapi melihat Jin selemah itu, Namjoon mau tidak mau harus terlihat kuat untuk menenangkan teman satu tendanya itu.

"Atau.. Memang ada psikopat gila yang berkeliaran di hutan ini?" gumam Namjoon lagi.

Tiba-tiba, perut Namjoon terasa sangat lapar. Dan snack miliknya sudah habis.

Namjoon ingat, ada banyak snack yang dibawa Hoseok, jadi Namjoon pelan-pelan berjalan keluar dari tendanya dan menuju tenda Hoseok.

Ketika Namjoon masuk, ia terkejut karena Hoseok tengah tertidur pulas sendirian dalam tenda itu.

"Uh? Kemana Yoongi hyeong?" gumam Namjoon.

Namjoon akhirnya memilih menuju ke tenda Taehyung.

Ketika Namjoon berjalan masuk, Taehyung juga tengah tertidur lelap sendirian.

"Mengapa mereka semua bisa tidur selelap itu dalam keadaan begini?" gumam Namjoon.

Namjoon pun masuk ke dalam tenda Jungkook dan terkejut ketika melihat Yoongi ada disana.

"Kau disini rupanya, hyeong?" tanya Namjoon.

"Bagaimana kau tahu aku disini?" tanya Yoongi.

"Aku berniat meminta snack kepada Hoseok, tapi barusan ketika kau ke tendanya, ia sedang terlelap sendirian di sana." sahut Namjoon.

"Aku ada snack di tasku. Kau mau, hyeong?" tanya Jimin.

"Gumawo, Jimin ah.. Aku benar-benar merasa sangat kelaparan." sahut Namjoon.

Untung tenda Jungkook dan Jimin cukup luas, jadi bisa menampung keempat bocah itu di dalam sana.

Tak lama setelah berbincang-bincang, Yoongi berkata, "Aku akan ke tendaku sebentar. Ada yang harus ku ambil di tasku."

Lalu Yoongi berjalan keluar menuju ke tendanya.

"Ia masih bisa membuat lagu dalam suasana begini? Ckckckck.. Ia benar-benar luar biasa!" sahut Namjoon setelah Yoongi berjalan keluar dari tenda Jungkook.

"Aku juga heran, mengapa ia bisa setenang itu.." sahut Jimin.

Beberapa waktu kemudian, ketika Namjoon akan kembali ke tendanya untuk menemani Jin yang mungkin saja sudah terbangun, Yoongi kembali masuk ke tenda Jungkook.

"Hoseok masih tidur, hyeong?" tanya Namjoon.

Yoongi menganggukan kepalanya.

Lalu, Namjoon segera menuju ke tendanya dan ternyata Jin masih terlelap disana.

Setelah perutnya merasa kenyang, Namjoon pun akhirnya ikut terlelap di samping Jin.

.

.

.

SATU JAM SEBELUM SUNGJAE MENINGGAL

Baru saja Sungjae selesai buang air besar dan membersihkan tubuhnya, tiba-tiba ia mendengar ada suara kaki di antara rerumputan, berjalan mendekat ke arahnya.

Sungjae memiringkan kepalanya. "Seperti ada suara langkah kaki menuju kesini..."

Karena itu siang hari, Sungjae tidak sedikitpun merasa takut.

"Apa Yoongi hyeong menyusulku karena mencemaskanku?" gumam Sungjae sambil meresletingkan celananya.

"Yoongi hyeong? Itu kau?" Sungjae berteriak pelan.

Namun tak ada jawaban.

"Mwoya?" gumam Sungjae.

Sungjae pun berjalan menjauh dari danau itu, hendak menuju ke area perkemahan.

Dan tiba-tiba saja.

BUK!

Sebuah suara pukulan terdengar.

"Arghhhhhhhhhh!"

Sungjae segera tergeletak tak sadarkan diri, sementara darah mulai mengucur deras dari kepalanya.

Pria itu tersenyum. Senyuman yang mengerikan. Sambil menatap tubuh Sungjae yang tergeletak tak sadarkan diri dengan kepala yang dibasahi oleh darah segar.

Pria itu berjongkok, lalu menyentuh darah segar itu dengan jari telunjuknya.

Jari telunjuknya yang kini berwarna merah itu didekatkan ke hidungnya.

"Bau yang paling kusukai di dunia ini..." sahut pria itu sambil tersenyum menyeringai.

Pria itu kembali menatap Sungjae.

"Cih.. Ia sudah tak sadarkan diri? Mana seru kalau aku menyiksanya tanpa mendengar jeritannya?" gumam pria itu.

Pria itu memegang tangan Sungjae dan berusaha merasakan denyut nadi Sungjae.

"Ia masih hidup.. Hanya saja sudah tidak sadarkan diri.." gumam pria itu.

Pria itu segera mengelurakan pisau lipat kecil itu dari sakunya, lalu mulai menyayat-nyayat wajah Sungjae, membuat darah merah segar seketika itu juga mengalir dari wajah Sungjae.

"Cih! Padahal akan lebih seru kalau aku mendengar jeritannya..." gumam pria itu lagi.

Namun, karena ia begitu suka dengan bau darah segar, ia memutuskan untuk melanjutkan aksinya.

Setelah puas menyayat-nyayat wajah Sungjae, pria itu mulai dengan asiknya membuat beberapa sayatan di leher Sungjae.

Lagi-lagi, darah merah segar itu mengalir dari balik kulit leher Sungjae yang tersayat.

"Bau yang paling menyegarkan di dunia ini..." sahut pria itu sambil berhenti sejenak untuk menikmati aroma darah segar yang tengah mengalir keluar dari balik kulit Sungjae.

Setelah itu, pria itu mulai menyayat-nyayat tangan dan kaki Sungjae, lalu merobek kulit perut Sungjae, membuat darah mengalir dengan sangat deras dari perut Sungjae, membasahi tanah di sekitarnya.

Dan terakhir, pria itu menusuk-nusukkan pisau lipat kecil yang sangat tajam itu ke dada Sungjae, berkali-kali, demi memuaskan hasrat psikopatnya.

.

.

.

Jin membuka kedua matanya. Ia menatap wajah Namjoon yang tengah terlelap di sampingnya.

"Namjoon juga tertidur rupanya?" gumam Jin.

Tak lama kemudian, Namjoon terbangun.

"Kau sudah bangun, Namjoon ah?" sapa Jin ketika Namjoon membuka kedua matanya.

"Uh? Kau juga sudah bangun, hyeong?" tanya Namjoon.

Jin menganggukan kepalanya.

"Tidurmu nyenyak?" tanya Namjoon lagi. "Bagaimana kondisimu sekarang? Sudah merasa jauh lebih baik?"

Jin lagi-lagi menganggukan kepalanya sambil berkata, "Aku sudah merasa jauh lebih baik, Namjoon ah.. Gumawo.."

Namjoon tersenyum, menampilkan kedua lesung pipinya. "Dahengiya..."

Mereka berdua pun berjalan keluar tenda karena mendengar di luar sana sudah cukup ramai.

Jungkook dan Jimin sedang memasak air panas di atas api unggun kecil, karena mereka berniat untuk memasak ramyeon untuk mereka makan sore itu.

"Jin hyeong, kau sudah bangun?" tanya Jimin ketika melihat Namjoon dan Jin keluar dari tenda mereka.

"Kondisimu bagaimana, hyeong?" tanya Jungkook.

"Gwenchana.. Aku sudah merasa jauh lebih baik.. Kalau kau, Jimin ah?" tanya Jin.

Jimin tersenyum, menampilkan eye smile yang sangat manis miliknya. "Aku juga sudah jauh lebih baik, hyeong.."

"Malam ini.. Hanya tinggal malam ini.. Setelah malam ini berlalu, besok kita semua akan selamat, ya kan?" sahut Taehyung sambil berjalan menghampiri keempat bocah itu.

"Majjayo.. Hanya tinggal malam ini.. Setelah malam ini lewat, semua rasa takut kita akan segera menghilang.." sahut Jungkook.

"Ngomong-ngomong, Yoongi hyeong dan Hoseok ada dimana? Mereka masih tertidur?" tanya Namjoon.

"Molla.. Yoongi hyeong tadi tertidur di tenda kami.. Kalau Hoseok hyeong, kurasa ia masih terlelap di tendanya.." sahut Jimin.

"Yoongi hyeong tertidur di tendamu?" tanya Jin.

Jungkook menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu, aku akan membangunkan Hoseok, ia sudah terlalu lama tertidur.." sahut Namjoon.

Setibanya di depan tenda Hoseok, Namjoon mengintip ke dalam, namun tenda itu kosong. Tidak ada siapapun disana.

Namjoon kembali menghampiri keempat bocah itu. "Hoseok tidak ada di tendanya.."

"Jinjja?" tanya Jin.

"Majjayo.. Tendanya kosong.." sahut Namjoon.

"Aku dari tadi tidak melihat Hoseok hyeong sama sekali.." sahut Taehyung.

"Kami juga..." sahut Jimin. "Aku dan Jungkook sudah disini sejak setengah jam yang lalu, dan kami sama sekali tidak melihat Hoseok hyeong keluar dari tendanya."

Tak lama kemudian, Yoongi keluar dari tenda Jungkook dan Jimin, lalu menghampiri kelima bocah itu.

"Kau sudah bangun, hyeong?" tanya Jimin.

Yoongi menganggukan kepalanya. Wajahnya masih terlihat mengantuk.

"Hoseok mana? Ia masih tidur?" tanya Yoongi.

"Ia tidak ada di tendanya." sahut Namjoon.

Yoongi mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu?"

"Dari tadi, kami tidak menemukan dimana Hoseok hyeong.." sahut Taehyung.

"Mwoya?" sahut Yoongi. "Maksudmu.. Hoseok menghilang?"

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top